musim panas telah tiba. Kondisi alam berubah jadi lebih panas, dan tak se-berbunga musim semi. Biar begitu, cerahnya mentari ditemani awan berarak dan hewan pencinta kehangatan menjadi sisi indah dari musim ini.
Bel berbunyi tanda pelajaran telah usai. Terlihat dua siswa yang suntuk setelah belajar di cuaca yang panas.
"Rasanya otakku mau terbakar! Mana pendinginya rusak lagi!" keluh Maya sambil mengipas tubuhnya dengan sebuah buku tipis.
Vero kemudian terkekeh."Mana coba otak kebakaranya. Aku ngak lihat asapnya, tuh?" candanya. Terlihat sayapnya masih diperban "tapi aku setuju, sih ini panasnya kebangetan. Pake kemeja paling tipis aja udah gerah." tambahnya.
"Kita neduh di pohon yang biasa aja gimana?" usul Edgar yang entah datang dari mana
"Ada eskrim juga. Fira juga udah nuggu disana." tambah Edgar.Keempat anak itu duduk bersama di pohon yang dikelilingi bangku semen.
"Musim panas di Amerta ngak bakal separah kayak sekarang" Syafira menerawang ke langit sambil memegang ukulelenya.
"Satu setengah bulan lagi sebelum kamu bisa kembali ke pegunungan penuh manusia itu lagi, Syaf. Tapi aki ngak habis fikir!" Vero mengambil sebungkus es krim.
"Kenapa?"
"Bagaimana kamu bisa tahan ditengah manusia itu?" Tanya Vero.
"Karena-- aku juga manusia. Secara teknis, aku manusia super." jelas Syafira dengan pembawaan ringanya.
"Seburuk apapun tempatmu berada, asal di situ ada yang menyayangimu, kamu pasti betah." opini Syafira membuat si pirang terdiam
"Hmm-- ah, sudah. Yo makan eskrimnya" Tawar Vero.
"Padahal ambil aja ya, Ver." Edgar terkekeh. Mereka melewati siang dengan bercengkrama dan menghabiskan es krim.
••••
Vero sendirian membaca buku di lorong kelas. Maya dan Edgar ada rapat osis. Dan Syafira sedang mengerjakan tugas bersama teman sekelasnya. Sekolahpun tak begitu ramai saat ini.
Tiba-tiba sesuatu menghalangi cahaya matahari yang datang.
"Hey, itu tempat duduk kami!" seseorang bergaya sangar bak preman- preman ber almamater Sky Magica tepatnya- bicara menggunakan nada tak sedap. Sementara Vero masih santai menutup buku dan melepas kacamatanya sebelum melihat siapa di depan.
"Ini tempat umum. Siapa aja boleh duduk di sini." respon Vero datar sambil berdiri hendak pergi.
"Kenapa sayapmu? Oh! Pasti saking payahnya kau sampai melukai dirimu sendiri! Hahaha..." salah satu dari tiga preman sekolah itu mentertawakanya.
"Asal tau aja. Minggu lalu aku nolongin orang sampai sayapku patah. Dan luka kecil begini? Ah, cetek bagiku!" Vero bicara setenang mungkin tapi agak arogan.
"Kalau luka segitu cetek, mau kutambah?" remaja berambut kribo menarik leher bajunya dan melemparnya kearah tong sampah. Vero mengerang pelan dan langsung berdiri lagi.
"Jiyah, ga berani ngelawan, huh? Payah!" ucap remaja lain yang hanya sepantar Syafira.
"Lagi baca buku, ya? Sudahlah, cowok payah kayak kamu ngak usah terlalu pinter." pemimpin geng itu merobek buku Vero. Kemudian mengambil kacamata si pirang yang tak sempat diamankan. Menjatuhkanya kemudian diinjak sampai lensanya hancur.
Sebenarnya Vero sangat kesal dan ingin memukuli mereka satu-persatu. Tapi ia redam keinginan itu.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Sya.Ve.Ya: Guardian Friends
FantasíaLahir dari latar belakang dan kekuatan yang berbeda. Edgar, Syafira, Vero, dan Maya di pertemukan di sekolah untuk anak-anak berkekuatan ajaib. Takdir juga membawa mereka menjadi sahabat. Mereka mengalami petualangan luar biasa. Puncaknya sabotase...