Seorang remaja berambut pirang tidur terlungkup di padang rumput. Beberapa saat tak ada sedikitpun gerakan dari pemuda itu. Celananya compang-camping, bertelanjang kaki dan tubuh yang dekil. Nampak bagai kalah bertarung.
Pemuda itu tak lain adalah Vero.
Tempat itu semakin terang saat matahari tak terhalang awan. Vero refleks membuka matanya, terganggu dengan cahaya itu.
Hal pertama yang ia lihat adalah rerumputan. Perasaan sejuk menyelimutinya karena embun dari rumput. Selain itu, tempatnya sekarang terasa dingin meski matahari bersinar.
Erangan pelan keluar dari mulutnya saat ia memaksa tubuhnya untuk bangun.
"Berapa lama aku tidur? Dan dimana ini?" dia berbicara sendiri dengan suara parau.
Masih diliputi perasaan bingung, sekarang dia mendengar suara kepakan. Rerumputan disana melambai, diikuti rambut Vero yang ikut terangkat.
Pandanganya mengarah keatas.
Iris merah darahnya melebar.
Sesosok burung raksasa terbang menutupi langit disana.
Burung itu turun menuju batu besar dihadapan Vero. Membuatnya tergagap kehabisan kata.
Tinggi burung itu sedikit melebihinya. Bentangan sayapnya cukup lebar untuk menghalangi pandanganya.
Bulu dan sekujur tubuhnya berwarna keemasan. Hanya matanya berwarna merah keunguan
"Aku sudah lama menunggumu, Vero Aprian."
Vero menumbuhkan sulur berduri yang melilit di tanganya. Memasang kuda-kuda dan meningkatkan kewaspadaan. "Siapa kau? Apa maumu dan kembalikan aku ke pondok!" serunya siap menyerang.
Burung itu tertawa . Membuat Vero sedikit bingung.
"Aku Garuda. Panglima generasi sebelumnya dari kalangan makhluk ajaib." ucapnya dengan kalem.
Mata merah Vero terbelalak. Sekujur tubuhnya menjadi kaku. Seketika ia berlutut dan malu atas perkataanya.
"Maafkan aku, tuan. Saya memang dibesarkan di lingkungan yang keras sehingga mudah curiga. Selain itu saya sangat takut karena tiba-tiba sudah ada di sini." pemuda tersebut hampir bersujud sambil memohon.
"Bangunlah Vero. Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan." respon burung itu dengan nada bijaksana.
"Umm..." masih diliputi perasaan ragu, pemuda pirang satu ini mendekatinya.
"Hidupmu pasti berat, melewati banyak rintangan dan cobaan."ucap burung raksasa itu. "Terlepas dari itu,ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu."
Sedikit aneh burung bicara itu dapat mencairakan suasana.
"Apa?" tanya Vero tanpa basa-basi.
" Kau dan tiga orang sahabatmu, mewarisi kekuatan milikku dan temanku."jelasnya.
"Jadi kemampuan kita sama? Tapi kau hanya seekor burung raksasa." tanya Vero
"Ya, aku pemilik semua kekuatan creatures sepertimu dan––" omongan burung itu terputus saat cahaya menyilaukan memancar beberapa detik.
Vero menutup matanya ketika Sang Garuda berubah jadi pria dua puluh tahunan berambut hitam gondrong terikat dan memakai ikat kepala sedikit sobek. Pria itu memakai baju hijau pucat tanpa lengan yang tertutup jubah putih.
"––Mungkin ada hal yang hanya aku atau kau yang bisa lakukan. Tapi kita sama kuatnya." tambahnya.
"Kau--kau bisa merubah wujudmu jadi apapun." kata Vero setengah tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Sya.Ve.Ya: Guardian Friends
FantasyLahir dari latar belakang dan kekuatan yang berbeda. Edgar, Syafira, Vero, dan Maya di pertemukan di sekolah untuk anak-anak berkekuatan ajaib. Takdir juga membawa mereka menjadi sahabat. Mereka mengalami petualangan luar biasa. Puncaknya sabotase...