Saat Festifal

36 1 0
                                    

Mading sudah dikerubuti siswa. Beberapa berseorak saat berbalik, ada juga yang sedikit murung.

Maya menarik lengan Syafira. Saat mereka berdua mendekat, siswa kelas delapan menatap gadis yang kebetulan sekamar ini.

"Ano–– ada apa?" Fira mengaruk rambutnya.

"Eh, kamu ngebohongin aku, ya?" selonong kawan centilnya.

"Siapa suruh percaya sama lembar yang aku kasih? Tapi kalau kamu pengen aku atau Edgar dan Vero ngajarin kamu, kami mau aja, kok. Itu lebih baik daripada cara instan gitu" Syafira menghindar dari salah satu remaja 'menyebalkan' di kelasnya.

Kini mata Maya dan Syafira berbinar. Perjuangan mereka tak sia-sia. Saat keluar dari kerumunan, mereka  berdua melakukan tos.


"Ciee, yang baru masuk 50 besar dan langsung peringkat 30-an" goda Edgar di ambang pintu kantin.

Maya terkekeh. "Apaan,sih?"

Vero datang terahir. Mendarat dengan mulus di belakang mereka. Terlihat sayapnya telah kembali seperti sedia kala.

"Senang bisa terbang lagi. Ohya, syaf, aku peringkat berapa?" kata Vero.

"Kedua, dan nilanya stabil. Om banyak cingcong  itu masih akan biayain kita satu semester kedepan." jelas Syafira.

"Om siapa yang kalian maksud kalian?" tanya Maya bingung.

"Oh, itu, penyedia beasiswa. Aku dari panti asuhan dan  walinya Vero kayak ngak ingin dia sekolah. Jadi biaya sekolah, alat musiku, SSB vero dan sebagian uang jajan kami ditanggung mereka."  jelas Syafira.

"Nguntungin, tapi aturanya beneran ketat" tambah Vero.

••••

Tak lama anggota klub seni senjata di panggil  untuk berkumpul. Fira dan Vero datang terahir. Sedikit menyebalkan karena Syafira harus berjingkit.

"Saat  magic game nanti kita akan melakukan demo masal. Semua menggunakan senjata kayu yang tidak tajam dan sesuai dengan alat yang kalian kuasai." jelas pria paruh baya berpenampilan serba hijau.

"Sudah terpilih sepuluh orang yang akan demo. Tapi kami butuh dua orang untuk praktek bertarungnya. Diantara kalian ada yang mau?" tawar pria di sebelahnya berpenampilan  serba ungu tua. Mereka berdua tampak seperti kembar.

Vero iseng mengacungkan tangan Syafira bersamaan dengan tanganya sendiri.

"Hey, apa yang kamu lakuin, Vero?!" tanya Syafira.

"Kita cuma akan jadi pusat perhatian." Vero malah cengar-cengir.

"Ya, Vero dan-- Syafira. Maaf kamu agak pendek jadi ngak kelihatan." kata pria serba hijau.

"Untuk yang akan uji coba pertarungan boleh tanya apa saja ke kami  untuk tambahanya. Bubar, dan latihan diaadakan mulai besok." kumpul singkat itu diahiri oleh pria serba ungu.

••••

"Hey, edgar!" Maya masih belum menyentuh tehnya.

"Aum..mm?" Respon Edgar sambil melahap kue legit.

"Kau mau ngapain di festifal magic game?" tanyanya.

"Apapun, kalau ada lomba ya aku ikut. Kalau ada yang butuh bantuan ya aku bantu." jawab penyihir ini santai

"Mentang-mentang kau bisa segala"  Maya terkekeh pelan sambil menggeleng. Kemudian mereka meminum tehnya.

"Kalau kamu, May?" sekarang giliran Edgar bertanya.

"Mungkin menari atau melihat sesuatu yang lucu. Di festifal pasti ada yang berjualan." Maya memutar jarinya di pinggir cangkir.

"Jawaban yang feminim sekali!" Edgar tersenyum sambil menyodorkan cangkir kosong, meminta tuk diisi.

"Dan kamu juga harus lihat Syafira dan Vero mau tampil." Maya menuangkan tehnya.

E.Sya.Ve.Ya: Guardian FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang