Semakin Parah Saja

22 2 0
                                    

Air masih menetes dari pakaian mereka berempat. Edgar menjibakan rambut coklatnya kebelakang.

Syafira terus menyeka tetesan air yang jatuh ke wajahnya.

Sepatu basah Maya ditentengnya.

Dan Vero sedang memeras kemejanya.

Ketiga penyhir tadi? Sudah lari entah kemana

"Apa yang kalian lakukan disana?"

••••

Dua gadis berdiri di depan sebuah ruangan memakai baju olahraga. Keduanya tampak gelisah dan rambutnya basah. Tak lama datang seorang gadis berambut ungu dikuncir tinggi.

"Ehkem––," gadis yang rambutnya panjang ikal berdeham

"Kamu berhutang penjelasan sama kita!" ucap gadis bermata biru safir di sampingnya jutek. reaksi yang tak biasa dari gadis se ceria Fira

"Ini bukan ideku," elak Nadira.

Sekarang kedua permpuan dari kelas delapan ini menatapnya intens. Terpancar perasaan ingin marah dari bola mata keduanya.

"Kenapa kau – – Eh?!" Fira hendak menyemprot Nadira. Namun terinterupsi pintu ruang BK yang dibanting pelan.

  Pemuda berambut pirang menghela nafas lemas sambil berjalan murung menjauh dari pintu yang ia buka.

"Kalau ngak salah kalian punya sebuah penjelasan. Maaf kemarin aku menolak, tapi sekarang aku ingin dengar." kata Vero membuat Fira dan Maya terheran.

••••

"Yah, sejak minggu lalu sampai kemarin, aku membaca buku yang menceritakan tentang iblis dan kutukan. Dan Vero, Kamu harus tau segel yang dipakaikan padamu itu bukan segel sembarangan." ucap Syafira serius. Keempatnya bicara di padang rumput belakang sekolah— tempat yang cukup aman untuk bicara apapun—

"Ro juga mengancam akan membunuhku kalau sampai ahir musim gugur nanti aku belum bisa mengalahkanya." kata Vero sambil mengangguk serius.

"Dan dari buku itu aku mulai memperkirakan apa yang ia lakukan setelah kau mati plus dampaknya." kata Syafira lagi.

Dialog dua sahabat ini diinterupsi penyihir bermata hazel. "Memangnya seberapa bahaya dampaknya?" tanya Edgar.

Tanpa disadari dua kawanya yang lain, Maya mencubit pingang Edgar dari belakang. "Diem dulu, Fira baru mau menjelaskan!" dia mengomeli Edgar namun sambil berbisik.

"Ro sebenarnya tak punya wujud. Dia memakai tubuh orang lain dan berencana pindah ke tubuhmu secara permanen.

Meski di buku dihitung creatures, kemampuanya sama dengan tamer. Bisa mengendalikan makhluk lain, bedanya dia kebal sihir penyihir.

Kemampuanmu itu langka dan begitu kuat. Jika Ro memilikinya ditambah kemampuan dasarnya maka– –"

"Itu akan jadi bencana besar!" penjelasan panjang lebar Syafira dipotong Maya, Edgar dan Vero yang menerka perkataanya.

"Dan ingatlah kita sahabat. Ngak semudah itu kami biarin kamu melawan makhluk se-berbahaya itu sendirian!" tambah Edgar.

"Kita juga ngak ingin Kamu mati, Ver." Maya menatap penuh Arti.

"Yah, dulu Syafira bilang mau melawan seluruh dunia demi temanya. Kelihatnya virus nekadnya sudah menular pada kalian," ceplos Vero membuat ia ditatap Manik biru safir itu.

E.Sya.Ve.Ya: Guardian FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang