A/n:
Chapter ini dan beberapa chapter kedepan memang tidak saling berhubungan. Karena menjelaskan empat kejadian di waktu yang sama, tapi tempat yang berbeda. Aku bakal berusaha nyelesain chapter ini secepatnya biar ga pusing, hehe
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TING...TONG...Bel di kereta terdengar keras. Getaranya terasa sampai ke besi dan jendela kereta. Syafira terbangun. Melihat kanan kiri dengan heran dan mata yang berat.
Dia sudah sampai di rumah.
"Kartunya, dek?" tanya masinis dan Fira mengambil kartu dari saku roknya.
Syafira masih mengucek matanya. Berjalan keluar stasiun dan mendekati kios jajanan. Saat hendak merogoh tasnya, dia merasakan sesuaru yang rumpang.
"Dimana dompetku?"
"Ibu, nanti aku kesini lagi, ya." itu hanya ide Syafira untuk kabur. Mungkin seseorang bisa membantunya di panti.
"Sial! Aku pasti kecopetan di kereta! Huh, seenaknya memanfaatkan waktu tidur orang." gadis itu hanya bisa sumpah serapah sepanjang jalan.
Namun di pertigaan dekat sawah, dia mengambil arah kanan. Dari situ langkahnya mulai riang.
"Oi semua! Aku udah pulang lho! Jessica, aku juga punya cerita," dari beberapa rumah sebelum panti asuhan, dia sudah berteriak.
"Yang menarik lho, Jesi?!" yang kini di depanya adalah puing-puing bangunan yang sebagian tinggal abu dan arang.
Tasnya ia jatuhkan. Dia melompat tinggi melewati puing-puing. Megibaskan tanganya sampai terlihat cahaya merah muda menghancurkan tiang kayu.
Syafira melempar ke belakang puing yang lebih kecil. Menarik kain wol biru belang putih yang tinggal beberapa inci karena terbakar.
"Jesi... Hiks..hiks" cairan bening mengalir dari matanya. Rintihan lirih terus terdengar darinya. Fira berjalan pergi sambil terisak.
Syafira meneriakan nama adiknya sepanjang jalan dengan nada memilukan. Pasti sedih saat dia pergi berbulan-bulan, dan saat kembali semua menghilang.
Berikut tempat tinggalnya.
Uangnya hilang bersama dompet itu. Pulsa di kartu keretanya ludes untuk kemari. Ditambah panti asuhanya kebakaran, adik kesayanganya masih menghilang.
Gadis itu sekarang menangis di sudut balai kayu.
••••
Hujan mengguyur tempat itu. Bak ikut menagis melihatnya.
Tiba-tiba seorang pria datang dan mendekatinya.
"Dek, kamu kenapa" tanya pria itu.
"Huh?!" gadis itu mendongak dengan mata berkaca-kaca. "Itu pak, ano..."
"Dimana rumahmu? Mau kuantar"tanya bapak itu bersahabat.
"Tempat tinggalku kebakaran."jawab Fira murung.
"Ikutlah denganku. Tenang aku bukan penculk kok." ajak bapak itu.
Syafira berdiri dan mengusap air matanya.
Pria itu memperhatikan almamater yang Syafira gunakan.
"Eh, dari sky magica juga?"tanya pria itu sambil memperhatikan bajunya Fira. "Kelas apa?" tambahnya."Tamer tingkat 8." jawab Fira.
"Bapak juga alumni sana. Kelas tamer juga." satu tangan pria itu mengangkat payung, tangan lainya masuk ke saku. Sebuah tas gendong melintasi tubuh besar pria itu secara diagonal."Nama bapak Shiro. Kamu? Dan apa kau punya uang untuk kembali? Tidak ada gunanya disini kalau Kamu tak punya rumah." Shiro menghujani gadis itu dengan pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Sya.Ve.Ya: Guardian Friends
FantasyLahir dari latar belakang dan kekuatan yang berbeda. Edgar, Syafira, Vero, dan Maya di pertemukan di sekolah untuk anak-anak berkekuatan ajaib. Takdir juga membawa mereka menjadi sahabat. Mereka mengalami petualangan luar biasa. Puncaknya sabotase...