Vero menatap antusias pemandangan di depanya. Tanpa pikir panjang, dia menelusuri hutan menuju air terjun.
Air terjun itu dia kira-kira setinggi tiga perempat gedung asrama. Banyak bunga dan pohon mengelilinginya.
Hanya simfoni dari suara hewan, gesekan daun oleh angin, dan gemericik air terjun, temanya saat ini.
Sepi,
Seperti yang ia suka.
Perjuanganya melewati jalan hutan berbatu dan tak rata selama tiga jam tak sia-sia.
"Haha, beruntung aku bisa menemukan surga terpendam. Saatnya nyebur!" Vero bicara sendiri sambil membuka bajunya.
Hanya bersisa celana renang, dia terjun dari pohon di tebing dekat air terjun menuju bagian kubangan yang cukup dalam.
"Ahh, seger dan adem!" itulah yang pemuda pirang itu katakan setelah menyembul ke permukaan air.
Meski kolam tersebut agak berbatu, Vero begitu menikmati berenang disana sampai beberapa jam. "Waduh, udah sore, nih. Lebih baik aku cari tempat bermalam sebelum gelap." pikirnya. Segera, Vero mengambil lagi bajunya.Dengan rambut yang masih basah, Vero meneruskan perjalanan.
Berjalan menyusuri hutan. Sesekali tupai mendatanginya untuk mengeledah tasnya.
" hey, jangan!" Vero menangkap 'pencuri kecil' dengan satu tangan, kemudian mengesekan hidung pengerat itu dengan miliknya. Dia menemukan buah liar dan memberikanya pada tupai itu.
"Dah lucu! Hati-hati!" Vero melepas tupai itu lagi.
"Menyerah godain orang, kamu beralih pada hewan?" selonong Koko dari saku jaket Vero.
"Enak aja! Aku cuma berbuat baik pada mahluk lain kok! Masih mending, kan dibanding diusir pake cara kasar?" bantah Vero.
"Yah, tapi emang, sih dari dulu aku lebih mudah mendekati mahluk yang tak bisa bicara." tambahnya sambil terus berjalan.
"Tolong... Tolong!" jeritan samar itu terdengar oleh Vero maupun Koko.
Vero memindahkan tasnya kedepan.
Sayapnya menyembul dari lubang yang sengaja dibuat. Melompat dan terbang agar melihat ke seluruh hutan.
"Aha! Disana!" remaja itu menemukan dua orang dikepung sosok hitam. Vero segera meluncur saat Koko sudah berubah jadi pedang.
Pedangnya dilapisi cahaya bermacam warna membentuk mozaik, dalam beberapa tebasan pelindung sosok hitam berbulu itu retak dan merobek sedikit kulitnya. Saat sosok hitam lain mendekat, Vero memotong kuku tajam sosok itu, hingga penganggu tersebut kocar-kacir.
"Terimakasih, nak" kata seorang kakek.
Vero hanya mengangguk sambil terengah.
"Kau siapa?" elf muda di samping si kakek bingung melihat sayap dan penampilanya. Sebagian wajahnya tertutup rambut ungunya.
"Aku turis." vero menyeringai.
"Aku tak tanya urusanmu kesini." responya datar.
"Namaku Vero." sekarang Vero mengulurkan tanganya.
"Bukan namamu! Tapi kamu ini mahluk apa." perkataan pemuda itu di perjelas. Nada bicaranya agak jengkel.
"Nah, Vero, aku Ryu dan Dia juga Ryu" kakek Ryu membalas jabatan tanganya.
"Aku–– sejenis half blood" jelas Vero.
"Apa kalian tahu tempat yang bisa aku tinggali?" tanya Vero
KAMU SEDANG MEMBACA
E.Sya.Ve.Ya: Guardian Friends
FantasíaLahir dari latar belakang dan kekuatan yang berbeda. Edgar, Syafira, Vero, dan Maya di pertemukan di sekolah untuk anak-anak berkekuatan ajaib. Takdir juga membawa mereka menjadi sahabat. Mereka mengalami petualangan luar biasa. Puncaknya sabotase...