tujuh

292 24 0
                                    

Aisyah pov

Hari demi hari telah ku lalui,  sudah 2 minggu sejak malam itu. Aku mulai terbiasa jika melihat dia dengan yang lain a.k.a pacarnya .

Lagipula aku bisa apa?  Jika aku cemburu , tidak mungkin kan kalau tiba-tiba aku mendatangi mereka dan mengatakan 'gue ga suka liat kalian berduaan terus' .

Aku bukanlah sesiapa baginya , dia hanya mengenalku sebagai adik kelasnya tidak lebih.

Namun aku bukan tipikal orang yang gampang suka sama orang, dan bukan pula orang yang gampang move on. Jadi ku putuskan untuk mengikuti saran Maya ,biarlah waktu yang membuat aku melupakan nya.

Cinta tak harus memiliki ,cukup melihat ia bahagia walaupun bahagianya dengan orang lain. Karena cinta yang tulus tidak menuntut agar ia jadi milikmu melainkan membuat orang yang kita cintai bahagia dengan cara apapun itu .termasuk dengan menyakiti hati kita sendiri saat melihat dia bahagia dengan orang lain.

Aneh memang jika kita mencintai seseorang bahkan mungkin menunggu seseorang itu agar suatu saat nanti akan datang kepada kita dengan membawa cinta. Padahal jelas bahkan sangat jelas cintanya sudah berlabuh kepada orang lain dan aku melihat itu semua dengan mata yang selalu mengeluarkan air mata bagai awan yang mengeluarkan air atau biasa kita sebut sebagai hujan.

Hujan itu mengeluarkan rintik demi rintik air yang semakin lama semakin banyak. Hujan itu memberikan manfaat bagi bumi namun apakah air mata ku memberikan manfaat?  Entahlah mungkin itu hadiah karena aku menyimpan kesedihan yang menyebabkan sesak di dada. Air mata yang menjadi luapan kesedihan yang ku simpan dalam lubuk hatiku.

Tetapi bukankah setelah hujan ada pelangi? Lalu mengapa pelangi itu tidak datang? Bahkan pelangi pun tidak datang kepadaku

Penantian ini sia-sia, yang di tunggu tidak akan pernah datang. Lalu, untuk apa aku masih disini. Aku bahkan tidak tahu kenapa. Yang aku tahu, aku mencintai nya sangat amat mencintainya entah apa yang membuatku bisa jatuh cinta kepada dia.

Cinta memang tidak perlu alasan, ia datang tiba-tiba dengan menyelusup ke dalam hati tanpa mengetuk pintu. Dia menyelinap masuk ke dalam hatiku, lalu ia menulis kan sesuatu di sana. Namanya. Dan sekarang hanya ada satu nama disana tidak ada yang lain!!

Aku terkejut saat tiba-tiba kak Risa mengetuk pintu kamar. Aku tersadar dari lamunan ku. Langsung saja aku beranjak bangun dari tempat tidur ku untuk membukakan pintu kamar.

"Kenapa kak?"tanya ku langsung to the point

"Dari tadi kakak, mama,  sama papa udah nungguin kamu dari tadi, ayo cepat turun kita makan malam" ucap kak Risa

"Ohiya aku lupa hehe.. tunggu tadi kakak bilang papa?" sontak aku sedikit kaget

"Dasar masih muda pelupa kayak nenek-nenek aja hahaha,  iya ada papa di bawah" ledek kak Risa

"SERIUS??!!!"

Tanpa menunggu jawaban dari kak Risa aku pun langsung berlari menuju meja makan. Aku sangat merindukan papa,  sudah lama kami tidak bertemu. Papa terlalu sibuk dengan pekerjaan,  jadi papa jarang sekali berada di rumah.

"Papaaa" aku langsung berlari memeluk papa

"Waahhh.. anak papa ga malu nih? Udah gede masih minta di peluk sama papanya" ledek papa

Biar saja aku tidak peduli,  aku teramat merindukan papa. Bahkan aku lupa kalau aku sedang galau gara-gara kak Rendi .

"Sampe kakak nya di tinggal sendiri di atas , masih untung di ingetin sama kakak" sindir kak Risa.

A RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang