Author pov
Dia sedikit berlari kecil di koridor. Dengan langkah yang lebar dan terburu-buru ia segera menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Aisyah tidak mau mengecewakan Diraf, dia tidak mau Diraf menunggunya di depan kelas untuk meminjam buku. Itu pasti akan menjadi bahan gosip di sekolah, mengingat populernya dia di sekolah.
Saat sudah tiba di depan pintu kelas dia tersenyum, lalu dia segera menormalkan kembali langkahnya. Dia meletakan tas nya diatas meja, lalu ia mengeluarkan buku sejarah dari dalam tasnya.
Dia keluar dengan senyum yang masih belum hilang dari wajah nya. Aisyah jadi membayangkan semalam ia tidak bisa tidur karena menantikan hari dimana ia pikir Diraf akan kembali menjadi sahabatnya. Dimana mereka saling berbagi suka dan duka bersama, saling memberi saran jika ada masalah, dan saling melengkapi kekurangan masing-masing.
"Kenapa lo senyum-senyum?"tanya seseorang yang memperhatikan tingkah Aisyah
"Gapapa hehe"
"Terus lo ngapain bawa buku sejarah? Pelajarannya kan hari Jumat, sekarang itu hari Rabu "tanyanya lagi
"Ada temen gue yang mau minjem, dari kelas sebelah"jawab Aisyah
"Terus kenapa keliatannya lo itu seneng banget?"tanyanya semakin penasaran melihat Aisyah yang terus saja menaikan sudut bibirnya ke atas.
"Aduuhh.. Vannesa kok lo kepo banget sih jadi orang"ucap Aisyah mengalihkan topik pembicaraan.
"Yaudah ga jadi dah, males amat gue kepoin lo. Mending gue kepoin doi"
"Jangan lah, ntar sakit kalo kepoin doi eh taunya doi udah ada yang punya hahahaa"kata Maya yang entah kapan datangnya.
"Hahaha mampus nyesek kan lo"sambung Aisyah di sertai tawanya
Tiiiiiingggggnnoooonngggg
"Eh udah bel tuh"ucap Maya
"Belom ada guru, nanti aja ah masuknya. Biasa juga males lo"
"Sialan lo Syah, aslinya gue itu rajin. Cuma belum waktunya aja"
"Tau lo Syah, dia tuh bukannya males. Tapi emang ga niat"
Vannesa memukul pelan kepala Maya sambil berkata"apa bedanya coba?"
Setelah beberapa saat terdiam pura-pura berfikir "ya ga ada hahaha" ucap Aisyah dan Maya bersamaan disertai tawa mereka.
Saat Aisyah tertawa bersama teman-temannya , dia tidak sengaja melihat ke arah lapangan.
'Dia lagi olahraga, pantes aja ga ke kelas. Belom di pake bukunya berarti'ucapnya dalam hati.
Beberapa detik kemudian raut mukanya berubah, lalu ia segera berdiri dari kursi panjang yang dia duduki dan berkata "gurunya udah di tangga tuh, ayo masuk kelas" setelah mengatakan itu ia langsung masuk begitu saja ke dalam kelas.
Suasana di dalam kelas cukup hening, hanya ada siswa yang sedang mencatat penjelasan pak guru yang ada di papan tulis.
Lain halnya dengan Aisyah, ia bahkan belum mencatat apapun di buku tulisnya itu. Hanya ada kertas putih dengan garis-garis di bukunya.
Dia sedang melamunkan kejadian beberapa detik setelah Aisyah memikirkan hal mengapa Diraf tidak ke kelasnya, Aisyah melihat Diraf sedang dipanggil oleh seorang perempuan yang dia kenal. Sepertinya mereka sedang berbicara, setelah itu mereka berdua langsung pergi ke arah kantin.
Itu lah sebabnya ia segera masuk ke kelas , walapun memang betul ada guru yang akan masuk ke dalam kelasnya itu. Tapi alasan utama nya adalah kejadian itu.
*****
Aisyah pov
Dengan malas aku memperhatikan guru yang sedang mengajar. Pikiranku benar-benar tidak bisa fokus, apa yang aku lihat tidak lah salah. Tidak mungkin jika aku salah lihat.
Tapi jika itu benar, berarti mereka.... ah untuk apa juga aku memikirkan tentang hal itu. Aku tidak peduli dengan yang terjadi dengan mereka. Toh aku dan Diraf juga cuma teman.
Setelah kejadian itu dia tidak membicarakan lagi perihal buku itu. Sepertinya dia tidak jadi meminjam buku ku, mungkin dia meminjam buku cewe itu. Ah kenapa kesan nya aku terlihat seperti sedang cemburu? Tentu saja tidak.
Apa alasan ku untuk cemburu?
Tttiiiinngggggggnooooongggg
"Baiklah anak-anak pelajaran hari ini cukup sampai disini"pamit Bu Isti
Setelah bu Isti keluar dari kelas, semua murid segera membereskan barang-barang di atas meja mereka , lalu meninggalkan kelas.
"Ayooo pulang Syah, Van"ajak Maya
Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba kak Renata datang menghampiriku"Syah ayo rapat, besok kita mulai acaranya"
"Ohiya lupa gue, untung lo ingetin gue kak. Kalian pulang duluan aja"
"Yaudah , kita duluan ya. Byee kak Rena, Syah"pamit Vannesa dan Maya bersamaan.
"Langsung ke ruang osis nih?"tanyaku
"Iyaa, Rendi udah disana kok hahaha "katanya sambil meledekku
"Ish udah ah, malu gue. Lu diem-diem aja kak"pintaku
"Hahaha iya deh, lagian udah banyak kali yang tau"
"Hhmm... sekarang kan udah engga "kataku sambil berjalan keluar meninggalkan kak Rena sendiri di kelas.
"Ehh.. maaf deh, gue ga bahas lagi deh"katanya tulus
"Iya gapapa"kataku, seketika mood ku menjadi turun. Bukan , bukan karena kak Rena yang mengejekku dengan kak Rendi. Tapi karena setiap aku mengingat kak Rendi, yang terbayang adalah Diraf.
*****
Author pov
"Ma, kapan sih mama ada waktu buat aku lagi"kata Aisyah sambil memandang langit-langit kamarnya. Hal yang sering dia lakukan di malam hari sejak kepergian kak Risa dan hilangnya jejak papa nya.
"Aku tuh butuh mama di samping aku, aku juga butuh penjelasan tentang semua ini. Kenapa kak Risa ga pernah ngabarin tentang kuliahnya di Jerman?kenapa juga papa tiba-tiba hilang gitu aja. Papatuh sebenernya kemana sih"ucap Aisyah
"Aku ngelakuin kesalahan apa sampe kalian semua ngejauhin aku kayak gini?"kini Aisyah mulai mengeluarkan bulir air matanya, ia terisak di atas bantal nya.
Dia lelah dengan ini semua, semuanya pertanyaan belum terjawab. Tidak ada satupun yang terjawab.
"Ma , apa aku sebenernya bukan anak papa sama mama?"
Tanpa sadar dari balik pintu ada orang yang ikut menangis mendengarkan keluhan yang begitu menyayat hati.
"Maafin mama sayang, mama belum siap ngasih tau yang sebenarnya ke kamu. Mama ga mau kamu ninggalin mama kalo kamu tau yang sebenarnya, seperti kakak kamu yang juga memutuskan untuk pergi ninggalin mama"
Dengan langkah yang tertatih-tatih mamanya berjalan turun menuju kamar. Dia berjalan sambil terus menangis.
Setibanya dikamar ia pergi ke kamar mandi dan segera berganti baju. "Mama ga sanggup kalo harus melihat atau mendengar kamu sedih kayak gini, maafin mama yang pengecut. Ini alasan mama selalu mengambil proyek di luar kota" ucapnya lagi
*****
Thanks for read my story 😘😘😘😘
Gaya banget pake bahasa inggris wkwk, jangan lupa Vote and Comment yaa.. aku juga butuh vote 😊 dan saran atau kritik untuk cerita ini hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
A Rainbow
Teen FictionPersahabatan memanglah sangat indah. Dan sahabat adalah keluarga kedua kita, bahkan kita lebih dekat dengan sahabat di bandingkan dengan keluarga sendiri. Tapi di setiap persahabatan pasti terdapat masalah. Lalu bagaimana jika permasalahan itu ada...