Author pov
Meja makan ini bisa dikatakan cukup besar. Apalagi hanya ada satu orang yang berada disana. Dengan tanpa selera Aisyah melahap satu potong roti yang telah dioleskan selai kesukaannya. Dia hanya sendiri di meja makan, mamanya telah berangkat pagi-pagi sekali. Setelah selesai sarapan Aisyah langsung menyelempangkan tas nya di pundak , lalu berjalan keluar rumah.
"Neng saya supir baru disini, nama saya Ujang panggil aja mang Ujang. Mau berangkat sekolah kan?ayo neng" ucapnya
"Iya mang panggil aja saya Aisyah"
Diperjalanan Aisyah masih bingung, kenapa mamanya mengambil jasa supir lagi? Jarak rumah dan kantor mama itu tidak jauh, toh biasanya juga setelah mengantar mama supir langsung ke rumah. Lalu ini? Bahkan mama sampai membeli mobil lagi.
"Neng udah sampe" tegur mang ujang mengacaukan lamunan Aisyah.
"Eehhh.. iya makasih mang"
"Ini saya pulang dulu apa nunggu disini neng?"
"Pulang aja, nanti saya kabarin kalo saya udah pulang " kata Aisyah menjelaskan, tidak mungkinkan dia meminta supirnya untuk menunggu dia selama lebih dari 6 jam.
Setelah meminta nomor telepon mang ujang , Aisyah langsung keluar dari mobil. Berjalan menuju kelas melewati koridor sekolah seperti biasa seperti pagi-pagi sebelumnya , sesekali tersenyum ketika ada yang menyapanya. Hanya ada satu yang berbeda.
Senyumnya.
Ya hanya senyum nya yang berbeda, senyuman kali ini adalah palsu. Ia tidak benar-benar tersenyum, melainkan hanya berpura-pura.
Walaupun dia sedang dalam suasana hati yang tidak baik karena masalah yang datang silih berganti, dia tetap tersenyum (berpura-pura) . Bersikap seakan tidak ada masalah apapun adalah keahliannya , hampir semua orang tertipu dengan itu. Satu hal yang harus disadari, mata bisa saja menipu siapa yang melihatnya.
*****
Aisyah pov
Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, tapi aku sama sekali tidak berminat untuk meninggalkan kelas . Maya dan Vannesa sudah membujukku untuk ke kantin, tapi aku sedang tidak nafsu makan.
Saat ini aku sedang melipat tanganku dimeja dan meletakan kepala ku diatasnya. Memejamkan mata sejenak, berharap ini semua hanya mimpi dan ketika nanti aku membuka mata semua akan kembali seperti semula. Berharap kak Risa dan papa kembali kerumah , berharap mama yang akan meluangkan waktu untukku serta Diraf yang kembali selalu ada sisiku . Ya aku memang egois jika meminta Diraf kembali, tapi salahkah jika seorang sahabat meminta sahabatnya kembali?
Setidaknya dengan adanya Diraf, dia pasti bisa membuatku lupa tentang masalah yang ada. Dia membuat semuanya menjadi sederhana. Dan sekarang aku merindukannya.
"Syaaahhh"panggil kak Rena
Mendengar namaku dipanggil, langsung kuangkat kepalaku menghadap sumber suara "eehh..kak Rena, kenapa ya kak?"
"Sekolah kita mau ngadain pertadingan olahraga, tapi kita kekurangan panitia. Gue rekomen lo buat jadi panitia tambahan. Gimana? " ajaknya
"Gue ijin pikirin dulu ya kak"
"Please mau yaa, sekarang susah nyari panitia yang bener-bener mau kerja. Biasanya kan pada numpang tenar doang"
'Bener juga sih kata kak Rena, nanti yang ada acara sekolah malah ga jalan kalo gini. Lagipula siapa tau kalo aku ikut kegiatan ini jadi bisa ngalihin pikiran dari masalah di rumah'pikirku dalam hati.'
KAMU SEDANG MEMBACA
A Rainbow
Teen FictionPersahabatan memanglah sangat indah. Dan sahabat adalah keluarga kedua kita, bahkan kita lebih dekat dengan sahabat di bandingkan dengan keluarga sendiri. Tapi di setiap persahabatan pasti terdapat masalah. Lalu bagaimana jika permasalahan itu ada...