sembilan

213 21 0
                                    

Aisyah pov

Beberapa minggu ini, aku sudah tidak berhubungan lagi sama kak Rendi. Bukan karena ingin menjauh atau apa melainkan aku tahu dia sedang sibuk dengan event yang sedang di jalani. Jadi aku tidak menghubungi ia untuk sementara waktu karena aku takut menggangu dia.

Tapi hari ini aku merasa rindu, aku benar-benar rindu padanya. Biarlah aku menghubunginya sekarang,  setidaknya sebentar. Dan itu tidak akan mengganggu banyak.

Aisyah Sheilla  : kak

Rendi  : what?

Aisyah Sheilla  : gpp wkwk

Rendi : lagi bete ya?

Aisyah Sheilla  : iya wkwk

Iya aku bete karena ga ada dia yang biasanya nemenin aku. Lebih karena rindu sih hehe

Rendi : cukup tau

Aisyah Sheilla  : lah

Pesanku langsung tidak di baca oleh nya.Sepertinya aku salah,mungkin ia berfikir kalau aku hanya menghubungi dia saat akau bosen . Itu salah, ini tidak seperti apa yang ia sangka.  Aku menspam nya berkali-kali minta maaf. Tapi tidak juga di balas,  jangankan di balas di read saja tidak.

Aku bingung harus bagaimana, lalu aku pergi ke tempat tidur. Berharap ini hanya mimpi buruk dan saat aku bangun besok , semua akan kembali seperti semula .

****

Author pov

Besoknya Aisyah bangun pagi seperti biasa dan melakukan aktivitasnya di pagi hari. Setelah selesai sarapan ia pamit berangkat ke sekolah pada mama dan papanya yang kebetulan sedang ada di rumah.

Sesampainya di sekolah ia mengecek Iphone nya dan ada notif pesan bbm dari kak Rendi. Segera dia buka dan hanya satu kata yang tertulis 'iya' .Padahal semalam Aisyah sudah berkali-kali meminta maaf dan hanya di balas dengan pesan singkatnya itu.

Di sekolah biasanya mereka saling tegur atau menyapa dan ini tidak. Bahkan tatapan mata Rendi pun tidak mau menatap Aisyah.

Waktu berlalu begitu cepat,  ia memberikan kenangan pahit. Dia datang menyapa ramah namun pergi tanpa pamit dengan meninggalkan luka.

Hari demi hari berlalu, sikap Rendi pada Aisyah tetap sama. Cuek, dingin, dan tidak peduli. Persis seperti apa yang dipikirkannya dulu. Secepat itukah seseorang bisa berubah?

Aisyah sudah tidak menangis,  namun matanya sedih. Dia bercanda dengan temannya namum matanya tidak menunjukan bahagia,  malah kesedihan yang ada di sana.

Kesedihannya bisa ia lupakan saat ia bersama sahabat-sahabatnya. Terutama Diraf ia selalu menyuruh Aisyah untuk move on.

Diraf selalu bercanda dan membuat mood Aisyah naik.

Dirafna Aryuna  : gue mau bikin lu baper

Aisyah Sheilla    : Gimana gue mau baper kalo gua belom bisa move on

Dirafna Aryuna :  yaudh lupain aja

Aisyah Sheilla    : ga gampang raf

Dirafna Aryuna  : kali aja kita jodoh wkwk. Kan ga ada yang tau

Aisyah Sheilla     : dih wkwk

Akhir-akhir ini bercanda Diraf lebih seperti modus. Aisyah menyadari perubahan sikap Diraf kepadanya yang mulai berubah. Dia bersikap manis,  tapi Aisyah hanya menganggap itu bercanda.

Bahkan Diraf mengirimkan kalimat sajak ,yang berisi curahan hatinya. Isinya ia merasakan bahagia tetapi berujung rasa pahit.

Entah itu buat siapa, tetapi Aisyah tidak begitu mengerti. Karena ia sedang galau, dia lemot kalau galau. Mungkin otaknya berhenti bekerja saat ia sedang galau,  atau terjadi macet di sana.

****

Aisyah pov

"Van gue bingung deh" ucap ku memulai pembicaraan

"Pegangan lah" ujarnya bercanda

"Ih serius,  masa sikap Diraf ke gue berubah "

"Gimana berubahnya?"tanya Vannesa penasaran.

"Nih liat aja sendiri "kataku sambil menunjukkan chatt serta sajak yang di kirimkan.

"Tapi jangan bilang ke yang lain ya, kalau kami itu deket" ucapku menambahkan.

"Iyaa sans"

Vannesa diam sambil membaca kata demi kata.Lalu ia menatapku dan berkata "lo beneran ga peka apa cuma pura-pura ga peka?"

"Ish apaansih?" Jawabku kesal

"Lo bego ya?"Tanyanya lebih kesal.

"Maksudnya?" Aku tambah bingung dengan perkataannya

"Dia itu kode sama lo!"katanya dengan penekanan kata pada kata 'kode'.

"Itu cuma bercanda tau,  baper deh"

"Terserah deh" ucapnya pasrah

"Mending kita ke kantin aja?" Kataku mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah ayok"

Kami pergi ke kantin karena kebetulan ini sedang jam istirahat. Saat di koridor kami berpapasan dengan Diraf dan Fito, dia hanya jalan biasa tanpa menyapa saat bertemu denganku sama halnya dengan sikap ku ke dia. Mungkin tidak ada yang tahu kalau kami adalah 'sahabat(?)' , karena memang kami tidak pernah menunjukkannya kepada orang lain.

Sebenarnya aku sedikit kepikiran dengan kata-kata Vannesa barusan. Tapi logika ku berkata lain,  tidak mungkin Diraf suka padaku. Mungkin aku mulai sedikit baper dengan sikapnya sama seperti Vannesa tadi.

Aku harus segera menghilangkan pikiran ku. Mungkin itu hanya sekedar bercanda,  dan sajak itu hanya sekedar mengirim untuk pamer.

Saat bel masuk berbunyi aku dan Vannesa langsung menuju ke kelas. Aku hanya berdua dengan Vannesa saat ini, Maya sedang izin tidak masuk sekolah karena ada urusan keluarga. Maya tidak tahu jika aku sedekat ini dengan sepupunya,  dan untuk saat ini biarlah begitu.

Terkadang memang perlu ada rahasia yang tidak diketahui oleh orang lain. Itu bukan berarti aku tidak percaya dengan Maya dan hanya percaya pada Vannesa.

Dia akan tahu tapi belum tahu, namun suatu saat nanti cepat atau lambat aku akan menceritakannya.Semua hanya tinggal menunggu waktu



*****

Butuh Vomment kalian 😂😂

Thanks buat yang udh baca cerita gua, walaupun ceritanya ga jelas huhuu..

A RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang