dua puluh sembilan

100 8 1
                                    

Authir pov

Setelah terbaring selama dua minggu di rumah sakit, dan Aisyah akhirnya mulai kembali bersekolah walaupun dengan syarat tidak mengikuti jam pelajaran olahraga.

Sudah tiga bulan setelah ia keluar dari rumah sakit, kak Risa sudah kembali ke Jerman melanjutkan study nya. Tidak ada yang berubah ,hanya saja sekarang Risa mau berbicara lagi dengannya dan juga Risa selalu menghindar saat bertemu dengan mamanya.

Awalnya Aisyah berfikir jika dia sendiri, dan tidak ada yang peduli bahkan keluarga nya sendiri. Aisyah membenci mama dan kakaknya. Namun setelah lama berpikir dan merenung , akhirnya meninbulkan satu pertanyaan 'darimana asal mula situasi ini?' . Pasti ada sebab kenapa kakaknya seperti itu,dan kenapa mereka menyembunyikan kematian papanya.

Dan dia memilih diam. Mungkin sekarang bukan saat yang tepat.

Saat ini Aisyah sedang duduk di sebuah ruangan, sambil menyiapkan makan malam untuk panitia MABIT (MAlam Bina Iman dan Takwa) . Acara ini adalah kerjasama antara pengurus OSIS dan ROHIS, sekolah nya memang aktif di berbagai acara. Dan karena sebentar lagi adalah jam untuk tidur, maka waktu ini digunakan untuk makan malam panitia . Beberapa panitia lain mulai masuk ke ruang panitia untuk makan, dan beberapa bertugas sesuai dengan jobdesc nya.

Aisyah duduk menyenderkan tubuhnya di bangku yang tersedia. Ia memegang kepalanya pelan sambil menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja menyerang kepalanya. "Syah lo kenapa? "tanya Nita

"Gapapa kok cuma pusing sedikit "

"Yakin? Belum makan sih, makan dulu coba"bujuk Nita

"Nanti aja, gue belum laper."

Dua orang cowo yang juga panitia saat itu masuk ke ruang panitia, mereka mengambil makanan dan langsung duduk di kursi dekat pojok.

"Udah ah gue gapapa,  kalian ga usah khawatir "ucap Aisyah.

"Ehhh.. itu dia kenapa?"bisik salah satu cowo kepada temannya, Aisyah menunduk mendengar itu,suara yang dia kenal.

"Nit itu Aisyah kenapa?"tanya Nefa temannya Diraf yang lain , yang ditanya hanya menjawab singkat "sakit"

'Gue mohon jangan peduli lagi, gue takut berharap Raf'batinnya bersuara.

Dia merasa ada yang memperhatikan sedari tadi, dan Aisyah tahu siapa itu. Dia hanya diam menunduk, tanpa mau menengok. Berasumsi jika itu hanyalah pikirannya saja, dan sebenarnya Diraf hanya melihat kearah lain yang kebetulan dekat dengan arah yang sedang dia lihat. Sampai sebegitunya.

Tak lama Diraf segera keluar, bergantian berjaga dengan panitia yang lain nya. Karena ini adalah waktu bebas bagi para peserta.

Rasanya seperti keluar dari tumpukan jerami yang menimbun badannya ,bebas. Itulah yang dipikirkan Aisyah. "Istirahat sebentar juga pasti sembuh"katanya sambil tersenyum pada diri sendiri.

Setelah kondisi nya membaik, Aisyah berjalan-jalan keluar. Masih ada rasa sakit kepala yang tertinggal namun itu tidak terlalu menjadi masalah. Saat dia sedang bejalan , Aisyah melihat salah seorang dari peserta sedang bersender ke dinding . Karena penasaran Aisyah berjalan mendekati orang tersebut "Al... Alghi.." panggil Aisyah ragu, ia tidak yakin jika itu benar Alghifahri teman satu eskulnya.

Alghi menengok ke arah Aisyah, lalu tanpa menjawab panggilan itu dia langsung menundukkan pandangannya kembali. Tidak mendapatkan jawaban Aisyah menghampiri Alghi ,berdiri di samping nya. "Al, lo ngapain disini?"tanya Aisyah memulai pembicaraan.

Yang ditanya masih tidak menjawab, menundukan pandangannya kebawah menatap sepatu. "Lagi ada masalah?"tanyanya lagi, masih berusaha agar Alghi mau berbicara.

A RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang