tujuh belas

166 15 0
                                    

Author pov

Setelah malam itu dimana pertama kalinya setelah empat tahun lalu mamanya membentak dirinya,  perlahan sikap mamanya pun ikut berubah.

Sudah satu minggu mamanya tidak keluar dari kamar. Aisyah sudah berkali-kali membujuk mamanya agar makan bersama di meja makan,  tapi mamanya tetap diam tidak menjawab. Aisyah sudah tidak tahu lagi harus membujuk mamanya dengan cara apa lagi.

Hingga akhirnya , hari ini mamanya keluar dan duduk bersamanya di depan meja makan.

"Ma, sebenernya seminggu yang lalu mama kenapa?" dengan keraguan hati, Aisyah memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Ga ada apa-apa, sana kamu berangkat. Mama mau ke kantor" jawab mama pelan sambil berjalan meninggalkan Aisyah sendiri di meja makan.

Aisyah tersenyum getir melihat mamanya. 'Ada apa ini? Pertama papa, lalu kak Risa,  sekarang mamanya? Setelah ini siapa yang akan pergi? Kapan semesta mendatangkan kebahagiaan kepadaku?' batinnya berteriak,  menuntut penjelasan atas semua yang terjadi

*****

Aisyah pov


Aku berjalan menuju halte bus dekat rumah. Saat aku sampai di depan rumah tadi, mama sudah berangkat bersama mang ujang. Alhasil aku berangkat ke halte terdekat untuk menunggu bus sekolah yang biasa lewat.

Belum lama aku tunggu,  bus sudah berhenti tepat didepan halte tempat aku menunggu. Saat pintu terbuka, segera aku melangkahkan kaki untuk masuk dan mencari kursi kosong. Aku memilih duduk di kursi belakang dekat jendela.

Kupandangi jalan , melihat banyak motor dan mobil yang mulai memadati jalanan.Jalan belum terlalu ramai seperti siang hari ,  mungkin jika agak siang nanti mulai macet. Permasalahan yang terus terjadi di Negara kita ini.

Lima belas menit kemudian aku sudah sampai di halte depan sekolah . Kulangkahkan kaki masuk ke gerbang, aku datang terlalu pagi sepertinya. Sekolah masih sepi,  hanya ada segelintir murid yang baru datang serta petugas kebersihan sekolah yang sedang menyapu lapangan.

Mood ku hari ini benar-benar buruk. Memikirkan mama yang tiba-tiba saja berubah, aku berusaha mengalihkan pikiranku dengan membaca novel yang baru saja kubeli kemarin sore.
Namun tiba-tiba konsentrasiku buyar saat Maya & Vannesa datang

"Ooiiii,  serius banget bacanya"ucap Vannesa sambil mengambil novel dari tanganku

"Rese banget si lo van"kataku sambil memajukan bibirku kesal

"Yailah , jadi pertemanan kalian sebatas tarik-tarikan novel doang?"sindir Maya yang ku tahu hanya bercanda

Lalu aku dan Vannesa menoyor pelan kepala Maya sambil tertawa.

"Tuh,  aku mah di dzalimi terus " ucapnya lagi sambil pura-pura sedih

"Bodo may bodo "aku dan Maya langsung pergi ke kantin meninggalkan Maya yang segera menyusul di belakang kami.

Setibanya di kantin Vannesa memesan sarapan sedangkan aku dan Maya hanya membeli minum.

"Syah gimana hubungan kalian? " tanya Vannesa tiba-tiba,  aku tersedak karnanya.

"Makanya minum tuh pelan-pelan,  takut banget diminta sih" ujarnya bercanda

Bukannya menjawab aku malah balik bertanya "apasih?gue ga ngerti deh?"

"Diraf"satu kata yang terucap oleh Maya,  tapi seakan membuat aku diam ditempat.

"Haaii.. kalian disini"sapa seorang cowo yang suaranya ku kenal

A RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang