lima belas

204 16 1
                                    

Author pov



Seorang perempuan berdiri di depan cermin, ia mengenakan sweater abu-abu dengan jeans putih yang digulung tiga lipatan serta sepatu adidas berwana putih. Rambutnya  ia biarkan tergerai . Setelah menerima line dari Diraf , dia akan menjemput pukul lima sore.

Sepulangnya Aisyah dari sekolah,ia segera mandi dan bersiap-siap. Dan sekarang ia sedang menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sudah berkali-kali ia membenarkan posisi rambutnya. Dari di kepang waterfall,  kuncir setengah,  dan berakhir dengan di biarkannya rambut terurai.

'Kenapa jadi gini ya?padahal kan cuma mau nonton sama Diraf aja.kok gua jadi alay gini ya?'pikirnya sendiri, sambil menertawakan sikapnya yang aneh saat ini .

"Non,  ada tamu. Katanya temen non Aisyah" kata bi inah sambil mengetuk pintu kamar.

Aisyah segera baranjak dari depan cermin menuju pintu.Diputar kunci agar bisa membuka pintu,  terlihat wanita paruh baya yang sedang tersenyum kecil.

"Oh iya bi, aku segera turun nanti" katanya seraya menaikan sudut bibir.

Diambilnya slingbag yang terletak di atas kasur, lalu menutup pintu dan tak lupa untuk menguncinya kembali. Aisyah turun melalui tangga menuju ruang tamu. Benar saja Diraf sedang duduk di sana sambil memainkan ponsel nya.

"Hhmm... sudah lama nunggu?" tanya Aisyah sedikit ragu

Dia menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum. Oh my god senyuman itu sungguh manis,  membuat siapapun yang melihatnya jadi salah tingkah. Tak terkecuali dengan Aisyah .

"Ga kok " jawab Diraf,  ia melirik sekilas jam tangan yang menempel di lengan kirinya. "Langsung berangkat apa ijin dulu?" Tanya nya

"Langsung aja, lagi ga ada orang dirumah" jawab Aisyah

"Yaudah,  yuk " ajak Diraf sambil menggamit tangan Aisyah. Aisyah sedikit terkejut,  tapi dia pandai menyembunyikan keterkejutannya.Mereka berjalan keluar menuju motor Diraf.

Di perjalanan tidak ada yang memulai percakapan terlebih dahulu. Hanya ada suara hingar bingar jalan yang ramai. Hingga mereka sampai di salah satu mall yang ada di kota Jakarta.

"Mau nonton apa?" Tanya Diraf

"Terserah,  kan lo yang ngajak. " jawab Aisyah

"Hhmm.. horror gimana? " tanya Diraf lagi

"Jangan horror deh yang lain" pinta nya

"Tadi katanya terserah, yaudah bukan horror " ucap Diraf sambil mencubit hidung Aisyah pelan , lalu ia segera membeli tiket . Kebetulan pintu teater untuk film yang mereka tonton telah terbuka.Jadi setelah membeli popcorn dan minuman, mereka menuju pintu masuk dan mencari tempat yang tertulis di tiket.

Filmnya akan segera di mulai, namun betapa terkejutnya Aisyah ketika ia melihat seorang pria bersama dengan wanita yang tidak ia kenal. Ya dia memang tidak kenal dengan wanita itu, tetapi dia kenal dengan pria itu bahkan sangat kenal. Pria itu juga sempat terkejut ketika melihat dirinya dengan Diraf, namun ia segera duduk di kursi sebelah Diraf.

Ini seperti sepasang kekasih yang sama-sama sedang berselingkuh akan tetapi di pertemukan dan saling ketahuan. Ah tidak,  jelas berbeda. Mereka bukanlah sepasang kekasih,  hanya sebatas adik kelas dan kakak kelas.

Yap tebakan kalian benar,  pria itu ialah Rendi. Rendi bersama dengan seorang wanita , bahkan dia belum pernah melihat wanita itu sebelumnya.

*****

Aisyah pov



Sungguh aku bener-bener terkejut melihat kak Rendi bersama dengan seorang wanita. Aku memang tidak mengenal siapa wanita itu, tapi satu yang aku ketahui. Sepertinya ia sudah sangat akrab dengan kak Rendi.

Sempat kulihat wajah kak Rendi yang juga terkejut saat melihat diriku dengan Diraf . Ah mungkin ini hanya perasaan ku saja,  buktinya sekarang aku melihat mereka sedang bercanda dan tertawa bersama sesaat sebelum film itu di mulai.

Diraf melirikku sekilas, sepertinya ia menyadari keberadaan kak Rendi. Aku mencoba fokus pada film di depanku . Jujur saja aku tidak benar-benar fokus pada film tersebut,  bahkan aku tidak mengerti alurnya.

Aku tahu kalau Diraf melihat ke arahku , aku juga melihat saat Diraf melihat kearah samping . Saat Diraf melihat kearah samping tempat kak Rendi berada,  aku bisa melihat juga jika kak Rendi menatap ke arahku. Diraf langsung fokus pada filmnya.

Untuk menghilangkan kegugupan yang ada dalam diriku aku memakan popcorn yang berada di antara aku dan Diraf. Entahlah jangan tanyakan mengapa aku jadi gugup begini, aku sendiri tidak tau jawabanya.

Lalu, tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan di atas tanganku.Aku menoleh ke tangan ku ,lalu beralih ke arah pemiliknya. Sesaat setelah itu ia mengeratkan tangannya, ia mengenggam nya seakan menyalurkan kekuatan agar aku tidak gugup.

Tunggu dulu,  bukankah Diraf tidak tahu jika aku gugup? Darimana dia tahu? Diraf selalu tahu apa yang aku rasakan tanpa perlu aku beritahu. Dan itu membuat aku nyaman bersamanya.

Oh apa yang baru saja aku pikirkan? Aku segara menarik tanganku tanpa menoleh ke arahnya. Aku berusaha kembali fokus kepada film yang ada di depan layar itu. Ku sadari bahwa Diraf menoleh ke arahku dengan sedikit bingung,  mungkin dia bingung ketika aku melepaskan genggaman tangannya tadi.

Setelah filmnya selesai,  aku dan Diraf segera keluar lewat pintu yang telah di sediakan. Tentu saja kak Rendi dan wanita itu juga keluar. Mereka telah duluan keluar , bahkan sudah tidak terlihat lagi oleh mataku.

"Makan dulu yuk"ajak Diraf

"Engga deh , langsung balik aja" kataku menolak

"Hhmm.. oke" jawabnya pelan,  sebenarnya aku tidak enak menolak Diraf.Tapi mood
ku sedang tidak baik.

Sama seperti saat kita berangkat, di perjalanan pulang pun tetap tidak ada yang memulai pembicaraan. Kita saling diam dengan pikiran di kepala masing-masing. Sesampai nya di rumah,  ku lepaskan helm di kepala lalu aku berikan kepada Diraf. "Makasih ya untuk hari ini" kata ku.

"Harusnya gue yang bilang gitu, thanks for today"jawabnya sambil tersenyum.

"Ehh.. mmm.. mau maa-suk?"kataku

"Hahaha lo lucu banget sih, kenapa gugup?  Gue tau kok klo gue itu ganteng!" Katanya dengan muka sok ganteng.

"Ga Raf, lo ga ganteng"kataku 'tapi lo manis' lanjutku dalam hati.

"Akuin, jujur aja" katanya lagi.

"Ga , ini udah jujur" kataku tak mau kalah.

"Yaudah ah, gua mau balik " pamitnya sambil mencubit pipiku.

"Aaahhhh.. sakit" segera ku pukul pelan lengannya, lalu mengusap pipiku yang pastinya sudah memerah.

"Hahaha lo blushing" ejeknya

"Udah sana pulang" kataku mengalihkan pembicaraan.

"Jadi ngusir nih?" Tanya nya sambil mendekatkan mukanya ke arah ku.

"Ga gitu"jawabku pelan,  lalu tak lama ku dengar suara Diraf ketawa lagi. Ih dia itu ngeselin banget, jadi dia ngerjain gue huufftt. Langsung saja ku pukul dia,  ya aku tahu tenagaku tidak lah cukup kuat. Tapi aku sungguh kesal padanya.

"Hahaha , udah ah. Gue mau balik " katanya lagi , kali ini dia bersungguh-sungguh. Dia menyalakan mesinnya lalu menoleh kearahku sebelum meninggalkan gerbang rumahku.

"Hati-hati di jalan" kataku pelan, dia hanya mengangguk dan segera meninggalkan aku sendiri di sini.

*****
yah Aisyah ditinggal sendiri sama Diraf,  ambigu banget ya? padahal cuma mau pulang Dirafnya wkwk. Semoga Diraf ga ninggalin Aisyah beneran ya *lohh. Eh mereka kan cuma sahabat hehe

Thanks buat kalian yang udah baca 😘😘 , jangan lupa vote & comment ya guyss 😘😘

A RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang