Perjodohan

33 0 0
                                    



Entah kenapa jika mendengar kata  perjodohan hatiku selalu menjadi tidak karuan. Pikiran menerawang liar kemana mana. Sesuatu yang seharusnya tidak aku pikirkan. Pun tidak untuk dibayangkan. Jodoh. Bukankah jodoh adalah sesuatu yang telah dijanjikan Tuhan pada setiap manusia?. Seperti firmanNya dalam Al Quran, bahwasannya laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik. Dan hal itu juga berlaku untuk sebaliknya. Perempuan yang baik diciptakan untuk laki-laki yang baik. Maka tugas manusia hanya berusaha untuk menjadi baik.

Perjodohan. Diam-diam adalah satu hal yang aku takutkan terjadi dalam kehidupanku. Bukan karena ini bukan lagi jaman Siti Nurbaya. Bukan pula karena orang-orang di sekitar ku yang masih kolot. Tapi hanya takut untuk menghadapinya seandainyahal itu benar-benar terjadi dalam kehidupanku. Entah itu akan terjadi pada diriku sendiri, ataupun pada kehidupan
Alif Lam Mim. Hampir sepuluh tahun ia menjalani kehidupan di dalam penjara suci. Hidup di bawah naungan kiai-kiai besar. Mungkin saja hampir tidak mengenal perempuan di luar selain Ibu dan kakak-kakaknya, dan mungkin saja selain aku. Sejauh aku mengenal Alif Lam Mim, belum pernah aku mendengar dia menyebut satu nama perempuan yang dia sukai. Belum pernah aku tahu Alif Lam Mim mengalami kegamangan jika saja ia tidak segera dipertemukan dengan jodohnya. Alif Lam Mim adalah seorang pemuda yang meyakini segala sesuatu yang akan terjadi di dalam kehidupannya adalah skenario dari Tuhan Yang Maha Menciptakan segala macam perasaan termasuk rasa cinta pada sesama manusia.Suatu hari percakapan antara aku dengan Ibu,

"Apa perlu kita sowan kepada kiainya Alif, nduk?"
Saat itu aku yang sedang makan menjadi tersedak mendengar perkataan Ibu.
"Sowan untuk apa bu? Kan Alif sekarang juga sudah tidak nyantri di sana lagi"
"Ya sekedar untuk memastikan, setidaknya jika yang bertanya kiainya Alif tidak akan mungkin mengelak"
Aku terdiam sesaat. Aku paham maksud Ibu. Kepastian.
"Ndak usah bu, biarkan Alif konsentrasi pada hafalan Al Qurannya"
"Ah kau ini jika diberitahu orang tua"

Ibu hanya menelan ludah. Tidak melanjutkan pembicaraannya dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Aku mengerti maksud Ibu. Ibu mana yang rela anaknya bertahun-tahun hidup dalam kebimbangan, tanpa sebuah kepastian.
Lalu apa yang aku takutkan tentang perjodohan dan juga Alif Lam Mim. Jika kalian memahami kehidupan santri, kalian akan tahu bahwa ada beberapa santri yang sudah bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai santri dan ia sudah memasuki usia layak untuk menikah, maka kiai mereka akan datang memanggil untuk menjodohkannya dengan santriwati ataupun dengan anak perempuan dari kiai tersebut. Dan hal itulah yang aku takutkan jika terjadi pada Alif Lam Mim. Karena Alif Lam Mim adalah pemuda baik-baik dan santun. Perempuan mana yang nantinya tidak akan jatuh hati padanya. Karena kesolehan dan kesantunannya.

Segera ku singkirkan jauh-jauh pikiran buruk itu. Karena tidak seharusnya aku terlalu memikirkan perihal itu. Bukankah Tuhan telah menjanjikan pada manusia di dalam firmanNya pada QS Al Hujarat: 13.
"Wahai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki laki dan perempuan, kemudian kami jadikan berbangsa bangsa dan bersuku suku agar kamu saling mengenal, sungguh Allah mengetahui maha teliti".
....

Malam lebaran 2016
"Gimana teh? Mau engga sama A Dikdik? Malah diem aja dari tadi ditelpon teh"
Ku dengar suara Thea menggerutu dari kejauhan sana.
"Teteh kan ngga pernah kenal sama A Dikdik. Ketemu setahun sekali juga ngga pernah ngobrol"
"Ih ya kan kata Thea teh kenalan dulu, ya ngga perlu langsungan nikah. Temen aja dulu. Kesian A Dikdiknya teh, udah tua engga nikah nikah"
"Terus kamu engga kasian sama teteh yang jadi korban perjodohan ini?"
"Ya bukan gitu si teh, tapi gimana ya Thea mah ngga ngerti da urusan orang gede"
Ku letak kan gagang telepon rumah sebelum Thea berbicara lebih banyak lagi. Jauh jauh hari, sebelum seseorang itu datang melamarku aku telah dijodohkan dengan saudara jauh yang berasal dari Bogor. Usianya sudah matang. Pekerjaan mapan. Tapi belum juga memiliki pendamping. Keluarga Thea bermaksud menjodohkan aku dengan pemuda bernama Dikdik itu.
Ayah dengan santai saja menerima tawaran perjodohan itu tanpa terlebih dahulu bertanya padaku apakah aku mau atau tidak.
"Cobalah jalani dulu Annisa jangan langsung menolak" bujuk Ayah padaku saat aku mengetahui perjodohan itu.

Besok adalah hari besar bagi umat muslim di seluruh dunia. Hari kemenangan atas berpuasa selama satu bulan lamanya. Semua orang bersuka cita menyambut hari raya esok hari. Tapi tidak denganku. Sudah sampai selarut ini belum juga Alif Lam Mim memberi kabar kepadaku. Tidak seperti malam lebaran sebelumnya. Selepas adzan isya, Alif Lam Mim akan segera menelponku untuk mengucapkan selamat lebaran atau hanya sekedar bertukar cerita tentang suasana di tempat masing masing. Mungkin saja di tempat Alif Lam Mim sekarang ini sedang tidak ada signal. Pikirku untuk sekedar menenangkan suasana hati.
.....

Bila Dunia Hanya Dalam Sebuah CoretanWhere stories live. Discover now