Hari ini, entah kapan harinya. Mungkin pagi, siang, atau sore hari yang selalu meneduhkan sebelum datangnya malam. Hampir tujuh tahun terlewati, aku mengenal Alif Lam Mim seperti aku mengenal Jogja. Sejak suara Alif Lam Mim masih terdengar biasa saja sampai suaranya terdengar lebih berwibawa. Suaranya yang kadang terdengar parau menandakan kekecewaannya. Tapi sesekali ia akan memperdengarkan suara yang membuncah menggambarkan kebahagiaannya. Pun dengan Jogja, aku mengenalnya sejak ia masih sepi tak seramai hari ini, udaranya masih hangat dan sejuk tak sepanas hari ini. Jogja dan Alif Lam Mim adalah dua hal yang berbeda, tapi mereka sama-sama terbuat dari rindu. Seperti rasa cokelat yang menjadi pemanis saat hujan gerimis.
YOU ARE READING
Bila Dunia Hanya Dalam Sebuah Coretan
RomantizmBila dunia hanya dalam sebuah coretan, apa yang ada di benakmu ketika mendengar kalimat itu? Alam semesta yang begitu luas ini, ternyata hanyalah seluas kertas yang berisi goresan-goresan tinta cerita kehidupan anak manusia. Goresan tentang kehidupa...