Memasuki bulan Mei 2012.
Satu tahun berlalu. Kembali aku dipertemukan dengan tanggal satu mei satu tahun setelah pertemuan itu terjadi. Entah sejak kapan, tapi bagiku hari itu seolah menjadi hari yang isitimewa. Pun bagi Alif Lam Mim. 1 Mei 2012. siang hari, sekitar ba'da dzuhur. Ada pesan singkat masuk ke HP ku.
"selamat tanggal 1 mei monyet cantik". aku tersenyum melihat pesan singkat itu. Bahkan aku tak berani untuk emulai pembicaraan dengan Alif. Terlebih untuk kembali mengingat kejadian satu tahun silam. Tanpa berucap secara langsung pun aku jga mengucapkan selamat tanggal 1 mei untuk Alif Lam Mim. Aku sendiri juga tak mengerti. Orang kebanyakan merayakan anniversary hari jadi pernikahan ataupun yang masih pada taraf pacaran. Tapi antara aku dengan Alif bukan pada tahap kedua hubungan itu. Hubungan antara aku dengan Alif Lam Mim hanyalah hubungan persahabatan tidak lebih. Meski tak jarang aku menerima signal-signal dan pesan tersirat yang sesekali membuatku merassa istimewa. Tapi ku biarkan perasaan itu begitu saja. Aku tak pernah berani berharap lebih pada Alif Lam Mim. Jika aku telah memulainya entah sejak kapan harinya, maka biarlah nanti tuhan yang menghentikan dengan sendirinya sehingga aku tak lagi mempedulikan perihal kekecewaan itu.
Penutupan bulan Mei 2012. itulah harinya. Hari dimana perpisahan benar-bear di depan mata dan kebersamaan dengan semua yang ada di sekolah akan berahir hanya dalam hitungan kurang dari sehari. Dan besok, benar-benar akan menjadi hari dimana kita akan menjadi manusia baru. Bukan lagi siswa SMA. Mungkin disebut manusia dewasa bagi mereka yang akan terjun ke masyarakat dengan menikah ataupun bekerja. Dan akan ada sebtan mahasiswa untuk mereka yang melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Aku sendiri masih bingung degan ap yang akan aku lakukan esok hari. Aku telah diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negri Favorit di Provinsi tempat aku tinggal. Meski ia bukanlah universita yang ku impikan sejak kelas 4 SD itu. Namun aku yakin, tuhan mempunyai rencana lain yang lebih baik untuk ku karena menempatkan ku di tempat itu. Sebut saja Universitas Pahlawan. Karena logonya adalah salah satu nama Pahlawan yang berjuang untuk Indonesia di Kota Semarang.
Lalu Alif Lam Mim, beberapa hari setelah perpisahan sekolah ia berangkat ke Ibu Kota, Jakarta. Untuk mengikuti seleksi sebelum ia menuju negri Bulan Bintang, Turkey. Berbagai tahap seleksi telah dilalui dengan baik. Dari mulai seleksi hafalan Al Quran minimal 5 juz sampai tes tertulis yang sempat membuat Alif ragu dengan kemampuannya. Dialah Alifku yang pemalu tapi mampu membuatku lebi pemalu saat berhadapan dengannya. Tidak. Bahkan hanya saat aku mendengar suaranya. Dialah Alif yang pendiam tapi mampu membuatu menjadi lebih pendiam saat aku berbicara dengannya.
Aku mengisi waktu luangku untuk menunggu saat-saat masuk kuliah dengan bekerja paruh waktu di sekolah dasar tempat aku bersekolah dulu. Dengan menjadi assisten Pembina Pramuka di sana. Sejak sekolah menengah aku tertarik dengan dunia yang identik dengan panas dan lapangan itu. Itu hanya yang terlihat sepintas saja. Di dalam pramuka itulah aku merasa hidup, menemukan teman-teman sejati yang sampai hari ini masih berteman baik denganku. Mengenal orang-orang baru, bisa berjalan-jalan ke luar kota gratis. Dan belajar untuk bertahan dalam situasi terberatpun. Sedangkan Alif Lam Mim harus fokus pada karantinanya. Sejak kelulusan sekolah itu, kebiasaan kami saling berkirim surat terhenti. Saling mengirim pesan pun jarang. Lebih tepatnya aku tak memiliki keberanian untuk memulai karena aku takut akan mengganggu konsentrasi Alif Lam Mim. Dia sudah melakukan sejauh ini, maka aku tak boleh merusaknya.
....
Memasuki bulan Agustus 2012
Masa perkuliahan telah dimulai. Aku akan disibukkan dengan prosesi penerimaan mahasiswa baru dan dilanjutkan dengan hari-hari perkuliahan secara resmi. Hari-hari dimana aku akan disibukkan dengan tugas-tugas kuliah yang kadang kala hanya perihal sepele tapi juga tak jarang pada hal-hal yang harus membuat kami para mahasiswa bekerja keras untuk menyelesikannya.
Satu semester pertama berjalan baik-baik saja. Hari-hari perkuliahan tak terasa berat karena aku bertemu dengan teman-teman baru yang sejalan denganku pula. Sesekali Alif Lam Mim menelpon, memberi kabar, bertanya kabar dan bertukar cerita. Tentang kehidupan mahasiswa baru, kehidupan baru ku sebagai anak kos, dan tugas-tugas yang bertubi-tubi dari para dosen. Tentang cerita Alif pada kehidupannya yang sekarang menurutnya jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupannya di Pesantren sebelumnya. Tentang temanteman barunya yang berasal dari beragam suku di Indonesia. Tentang mereka yang sudah selangkah lebih maju karena berasal dari Peesntren dengan program tahfidz ( mencetak santriwan/santriwati menjadi hafidz al quran). dan tentang kerasnya perjuangan yang harus dilakukan dengan Alif Lam Mim karena harus mengejar ketertinggalan. Semangatnya begitu tinggi. Aku hanya akan terus diam tersenyu antusias mendengarkan cerita-cerita Alif Lam Mim setiap minggunya. Meski Alif pun tak akan pernah melihat bagaimana aku bersemangat saat harus mendengar cerita-ceritanya. Meski ia tak akan melihat raut wajahku yang memerah seperti kepiting rebus tatkala melihat nama Alif Lam Mim di layar Hp. Ekspresi kegilaan yag mungkin tak akan pernah terlihat bahkan diketahui oleh Alif Lam Mim. Ini rumit bukan, dan sekali lagi aku menikmati setiap kerumitan yang terjadi antara aku dengan Alif Lam Mim. Aku tak ernah bermaksud mencari tahu perasaan apa yang tengah ku rasakan. Yang aku tahu, aku menikmati saat-saat aku bahagia tak terkira karena hal-hal sederhana yang dilakukan Alif Lam Mim.
ngenal zQ +Z
YOU ARE READING
Bila Dunia Hanya Dalam Sebuah Coretan
RomanceBila dunia hanya dalam sebuah coretan, apa yang ada di benakmu ketika mendengar kalimat itu? Alam semesta yang begitu luas ini, ternyata hanyalah seluas kertas yang berisi goresan-goresan tinta cerita kehidupan anak manusia. Goresan tentang kehidupa...