Kejutan

4 0 0
                                    


"Ini pempeknya jangan lupa dibawa" Ibu menyodorkan sebuah kotak nasi kepadaku.
"Oke siap bu"
"Mau buat siapa sih?"
"Kan Nisa uda bilang mau buat temen-temen Nisa"
"Temen temen apa temeeen?" Kakak ku ikut menggoda.

Hari ini aku akan memberi kejutan untuk Alif. Karena Alif Lam Mim sangat jarang pulang ke Palembang, aku rasa dia pasti sangat merindukan suasana dan juga makanan khas di sana. Maka dari itu pagi ini aku akan membawakannya makanan khas Palembang itu. Semoga itu bisa sedikit mengurangi kerinduan Alif terhadap suasana kampung halaman. Meski tidak akan banyak jumlahnya.
.....

Tiba di sekolah aku segera menemui Rasya di kelasnya. Pempek ini akan aku titipkan kepada Rasya.
"Buat aku ndak ada An?" Goda Rasya kepadaku.
"Kan uda makan kemaren, yang ini khusus buat Alif. Jangan dimakan loh. Dan jangan lupa suratnya. Sudah ya aku ke kelas dulu"

Tanpa menunggu respon dari Rasya aku segera bergegas meninggalkan kelas Rasya. Karena aku takut akan semakin ramai anak-anak IPA yang lain.
Hari itu entah kenapa rasanya sangat ringan sekali. Sedari pagi aku merasa bahagia. Entah karena apa. Mungkin karena sakit gigi Alif sudah sembuh dan aku bisa melihat dia tersenyum lagi. Meskipun harus dengan jarak yang cukup jauh. Itu sudah cukup bagiku. Setidaknya, ketika aku malas untuk pergi sekolah dialah salah satu pemicu kenapa aku harus pergi ke sekolah. Untuk melihat Alif tersenyum. Apalagi? Sesederhana itukah yang disebut dengan cinta anak remaja.
.....
Satu minggu berlalu begitu cepat. Dan satu minggu ini sangat menyenangkan. Karena setiap jam istirahat aku bisa melihat Alif tersenyum lebih lebar dari biasanya. Mungkin dia sudah lebih dapat menikmati alur kehidupannya sekarang ini. Menjadi lurah pondok, dan jam tambahan dari sekolah yang menyita waktu.

Hari ini hari sabtu. Aku sedikit kesiangan berangkat ke sekolah karena begadang semalam. Kelas 3 SMA ternyata tanggung jawabnya pun semakin banyak. Tidak ada yang begitu istimewa pada mulanya, tiba di kelas seperti biasa aku disambut dengan kehebohan oleh teman-teman sekelasku. Sampai aku menemukan secarik kertas kecil di dalam laci mejaku yang bertulikan."Kantin Pak Mujahidin" Apa maksudnya kertas ini. Dan siapa penulis surat kaleng ini. Apa mungkin Alif Lam Mim. Sampai akhirnya HP ku berbunyi. Ternyata ada pesan masuk.

"Aku menaruh sesuatu di kantin Pak Mujahidin di meja dalam. Cepat kamu cek sebelum menjadi basi makanannya.
By: Budi Ipa"
"Ini Alif?"
Sent
"Iya. Maaf lupa memberi nama"
By: Budi Ipa
Tanpa merespon pesan itu aku segera berlari keluar kelas menuju kantin Pak Mujahidin.
"An... Mau kemana? Uda mau masuk nih"Zara meneriaki ku ketika aku berlari keluar kelas. Tapi aku tak menghiraukannya. Sesampainya di kantin aku mencari benda yang dimaksudkan Alif pada pesannya tadi.
"Nyari apa Neng?"
"Bapak lihat bungkusan gak? Di meja dalam katanya pak?"
"Oh yang tadi ditaruh sama anak Ipa temennya Rasya itu?" Bu Mujahidin menimpali.
"Alif bu namanya. Ada dimana bungkusan itu?"
"Ini". Bu Mujahidin menyerahkan bungkusan itu. Aku tidak berani langsung membukanya di tempat. Nanti saja di kelas.

Aku berjalan ke kelas dengan wajah berseri-seri. Terus tersenyum sambil membawa bingkisan dari Alif. Para guru keheranan melihatku sebahagia ini.
"kamu kenapa Annisa? Kok malah di luar kelas, ini kan jam pelajaran?"
Tanya bu BK saat berpapasan denganku di depan ruangannya. Eh tidak, maksudku Ibu Rina, nama guru BK itu Ibu Rina, tapi aku lebih senang memanggilnya dengan Ibu BK. Dan Bu Rina senang dengan panggilan dari ku itu.
"Iya ini kan mau jalan ke kelas bu, hehehe. Permisi"
Bu Rina geleng-geleng melihatku. Beruntung, Bu Rina tidak memarahiku saat itu. Setibanya di kelas, ternyata sensei (panggilan untuk guru bahasa Jepang) sudah duduk manis di depan kelas. Beliau menatap tajam ke arahku.

"Osoku ni natte, sumimasen sensei"
"Doko he ikimashitaka?"
"Eeto, toire e ikimashita" aku menjawab dengan sedikit terbata. Kaget. Mungkin ini ujian dadakan untuk ku karena terlambat.
"ee. Hontou desuka?"
Aku mengangguk cepat.
"Aa sou desu. Ja, suwatte kudasai"
"Hai. Arigatou gozaimashita sensei"

Akhirnya aku bisa duduk dengan lega dan mengikuti jam pelajaran sampai seasesai. Kriiiiing. Bel tanda istirahat telah tiba. Sensei keluar dari kelas. Dan aku segera mengambil bingkisan hitam dari Alif. Zara, Lia, Medina dan teman-temanku lainnya segera mengerubungiku. Meminta untuk segera membuka bingkisan misterius dari Alif Lam Mim. Pelan-pelan ku buka bingkisan itu. Ternyata isinya adalah sebuah tempat nasi milik ku. Ah pasti Alif hanya bermaksud mengembalikan tempat nasi milik ku yang ku gunakan untuk memberinya pempek tempo hari. Tapi tunggu, ternyata tempat nasi itu tidak kosong. Melainkan ada isinya. Dan inilah yang hari itu membuat perempuan perempuan di sekitarku histeris iri kepadaku untuk pertama kalinya.
Isi dari tempat nasi itu adalah nasi beserta sayur dan lauk pauknya. Tentu saja hal itu biasa dilakukan bukan? Namun yang tidak biasa hari itu adalah karena nasi, cha kangkung, sambel goreng teri dan tempe goreng hari itu adalah buatan tangan Alif Lam Mim. Alif Lam Mim sendiri yang memasak menu pagi itu. Aku terharu. Di tengah kesibukan Alif Lam Mim di Pesantren dia masih sempat memasak untuk ku meskipun hanya menu masakan sederhana. Tapi ketika itu adalah masakan Alif, aku merasa makanan sderhana itu adalah makanan istimewa.

Untuk pertama kalinya aku makan masakan laki-laki selain Ayah.
"Alif So Sweet banget sih An. Hmmm jadi pengen deh punya pacar kaya Alif". Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Ara. Ya, wajar jika hari itu semua perempuan iri padaku. Karena aku mendapatkan perlakuan istimewa dari seorang laki-laki sederhana. Banyak yang tidak menyangka jika Aliflah yang melakukan ini semua. Dibalik keluguannya, ternyata dia pandai bagaimana membuat perempuan merasa istimewa. Meskipun dengan cara-cara yang sederhana. Iya. Dialah Alif Lam Mim, laki-laki ederhanaku yang selalu mempunyai cara tersendiri untuk membuatku tersenyum bahagia. Cara-cara yang tidak akan dilakukan oleh laki-laki lain pada umumya. Entah apa harinya, tapi hari itu aku merasa semua pihakpun merestui kebahagiaan sederhana yang diciptakan oleh laki-laki sederhanaku pula.

Dan kelak, aku akan sekali lagi membuat perempuan-perempuan di sekitarku kembali histeris dan merasa iri atas perlakuan Alif terhadapku.
....
Terima kasih Alif Lam Mim.

e'><>

Bila Dunia Hanya Dalam Sebuah CoretanWhere stories live. Discover now