Cerita Klasik Bermula

39 0 0
                                    


Dia Adalah

Dia, bukan sosok yang pandai memainkan gitar

Tapi dia pandai menyuarakan ayat-ayat suci firman tuhan

Dia, bukan sosok yang pandai merangkai nada notasi balok

Tapi dia pandai melantukan pujian-pujian penyejuk hati

Dia, bukan seorang yang lugas menyatakan perasaan

Tapi dia seorang yang tegas menyatakan salah adalah salah

Dia, bukan sosok yang sempurna seperti mereka

Tapi dia adalah seorang yang akan menuntunmu

Menuju kesempurnaan iman

.....

Aku pikir Alif tidak akan menghubungiku selamanya. Tentang dia meminta nomor HP, aku kira itu hanyalah dalih darinya saja untuk menghindar berdekatan denganku. Tapi ternyata dugaanku salah. Malam itu, setelah pergi meninggalkan Rumah Jogja Alif benar-benar menghubungiku. Perkiraanku dia SMS pada saat bis melaju ke Malioboro dari Rumah Jogja. Tapi pada saat itu aku sama sekali tidak melihat HP. Aku terhanyut dalam gurauan sederhana Medina dan teman-temanku lainnya.

Aku masih tidak menyangka Alif akan menghubungi malam itu juga. Lagi-lagi aku mendadak gugup. Setiap kali membaca pesan dari Alif. Ada perasaan senang yang tidak aku mengerti. Alif bukan siapa-siapa. Lalu mengapa aku menjadi kelu dibuatnya?

"Sibuk banget, neng! Smsan sama siapa sih?" Zara menyadarkanku dari lamunanku.

"Aku cuma sedang sms Ayah biar nanti Ayah jemput kita di sekolah"
"Smsan sama Ayah sampe cengar cengir begitu?" Zara berusaha menggodaku.

Sesungguhnya aku juga tidak mengerti. Mengapa aku merasakan hal yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Bahkan ketika hanya mendengar namanya saja aku bisa merasa gugup. Dan sampai pada hari-hari selanjutnya nanti, aku akan selalu merasa gugup setiap kali nama Alif Lam Mim disebut
...
Hari senin adalah hari yang sibuk bagiku. Meski kantuk masih menggelayuti ke dua mataku, aku tetap harus bangun untuk kembali pada rutinitasku seperti biasanya. Pergi ke sekolah. Seolah ada suatu kekuatan yang muncul dari dalam diriku yang mampu mengalahkan rasa lelah karena perjalanan kemarin. Kekuatan itu adalah Alif. Alif Lam Mim. Aku penasaran, ingin melihatnya di sekolah hari ini. Tapi tunggu, bukankah biasanya sama sekali aku tidak memperhatikan laki laki pendiam itu? Aku sering melihatnya berjalan melewati depan kelasku saat dia dan teman-temannya menuju masjid sekolah. Tapi aku tidak pernah memperdulikan keberadaannhya. Lalu sejak kapan aku memperhatikannya? Bahkan aku ingin melihatnya berjalan di depan kelasku. Dan sejak hari itu,akumenjadi Annisa yang gemar menunggu bel tanda istirahat berbunyi.

Pertemuan tempo hari di Pantai Selatan membawa perubahan besar pada hidupku. Selalu ada semangat di pagi hari untuk pergi ke sekolah. Meski harus melawan rasa gugup setiap kali berpapasan dengan laki laki pemalu itu. Menunduk setiap kali melihat dia mulai berjalan ke arah kelas ku padahal itu adalah jalan yang memang harus dia lewati untuk menuju masjid sekolah. Tapi aku menikmati semua itu.

Saat-saat aku gugup karena Alif. Adalah saat saat dimana aku tidak menyadari bahwa sedari awal pertemuan itu, ada rasa yang tak pernah aku mengerti. Dan tak ada keinginan untuk mengerti. Karena saat itu, aku hanya ingin menikmati tanpa harus memahami. Itu sudah cukup. Meski di hari-hari berikutnya, terkadang rasa itu membuatku merasa tercekat dan udara seolah menjadi mahal untuk ku hirup.

Mungkinkah ini cinta? Bahkan aku tak mengerti apa itu cinta. Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan apa itu cinta. Jika dia ingin memiliki, maka Alif pernah menyebut itu adalah nafsu. Jika dia harus merelakan, maka aku akan menyebutnya sebagai kemunafikan. Cinta. Adalah hal yang selalu menjadi rumit untuk ku, terhadap Alif. Dan aku menikmati setiap kerumitan demi kerumitan yang terjadi di dalamnya.

:jusE�Ԃ�� 

Bila Dunia Hanya Dalam Sebuah CoretanWhere stories live. Discover now