“Andai saja pada malam itu Sungjae Sunbaenim masih mau menjawab pertanyaan-pertanyaanku, pasti hari ini kita sudah ujian hasil. Mianhee Doyoung-ah... gara-gara aku, kita tidak bisa ujian hasil lagi”, tuturku ke Doyoung dengan wajah yang tidak penuh semangat. Yaa.. Hari ini sudah hari keempat setelah pertemuanku dengan Sungjae Sunbaenim.
“Tidak apa-apa. Apabila pada saat itu aku tidak sakit, bukannya kau yang harus berurusan dengannya tetapi aku”, kata Doyoung sambil menepuk-nepuk pundakku yang katanya sebagai tanda untuk menenangkan.
“Kau masih selalu menghubunginya kan?”, sambung Doyoung.
“Ya.. Setiap hari aku mencoba menghubungi manager Hong, tapi katanya Sungjae Sunbaenim masih kekeuh menolak. Aku juga mengirimkan pesan via Line tapi tidak di balas. Ia hanya me-read saja. Rasanya sedih sekali”, keluhku pada Doyoung.
“Apakah kita harus mengganti subjek?”, tanya Doyoung.
“Aku rasa begitu.. Apakah kita bicarakan saja kepada Lee Seonsangnim?”, saranku kepada Doyoung. Aku harap Lee Seonsangnim terbuka hatinya untuk membiarkanku dan Doyoung mengganti subjek.
“Baiklah... aku akan mencoba menghubungi Lee Seonsangnim”, ucap Doyoung sambil mengambil handphonenya. Doyoung pun memilih menjauh dariku untuk menelpon dosen pembimbing kami itu.
Tidak lama berselang, Doyoung kembali menghampiriku. Ah.. aku benci dengan wajah Doyoung saat ini. Wajah itu selalu ia tampilkan apabila ada hal yang tidak membuatnya bahagia. Dan...
Benar saja.
“Aku sudah menanyakan Lee Seonsangnim. Katanya kita harus menunggu seminggu lagi. Kalau memang Sungjae Sunbaenim masih ngotot tidak mau, maka kita boleh mencari subjek baru.”, tutur Doyoung menjelaskan.
“Sial! Kenapa harus seminggu sih? Kenapa tidak sekarang saja”, ucapku kesal.
“Emangnya kalau sekarang, kau sudah dapat subjek penggantinya?”
“Donghae Oppa.. Dia bisa kan jadi subjek pengganti hmmm”, tuturku penuh semangat. Apapun yang berkaitan dengan Donghae Oppa aku pasti semangat.
“YAAA! Pabo-yaaa! Bagaimana bisa kau ambil Donghae Hyung. Donghae Hyung itu kan dari SM Entertainment. Kau harus mencari subjek pengganti dari Cube Entertainment juga, supaya jumlah dari setiap agensi itu sama rata. Dan... yang harus kau cari juga adalah subjek cowok!”, tutur Doyoung panjang lebar. Tapi tunggu dulu... dari tadi Doyoung mengatakan kata ‘kau’? YAAAAAAAA! Apakah dia tidak sadar kalau ini subjek kita berdua. Ah sialan Doyoung itu.
“YAAAAA! Bukan aku saja yang harus mencari subjek! Kau jugaaaa! Bagaimana pun kita disini berdua”, aku sangat kesal dengan Doyoung.
“Ahh... aku tidak perlu lagi. Bukannya apa yang kucari sudah terjawab oleh Sungjae Sunbaenim pada malam itu?”, tutur Doyoung. Aku tidak habis pikir Doyoung akan mengatakan hal itu.
“Oh... pantasan kau sangat tenang ternyata hal-hal yang ingin kau gali dari Sungjae Sunbaenim sudah kau dapatkan. Hmmm...”, tuturku dengan suara yang semakin meninggi dari sebelumnya. Aku lupa kalau pada malam interviewku dengan Sungjae Sunbaenim, pertanyaan-pertanyaan penelitian Doyoung sudah ku tanyakan semua. Termasuk kuesionernya. Sudah terisi oleh Sungjae Sunbaenim. Wajar saja sih, pertanyaan-pertanyaan penelitian Doyoung tidak terlalu sensitif karena hanya membahas mengenai komitmen. Sementara penelitianku membahas mengenai penghayatan dan itu jauh lebih sensitif.
“Pergi sekarang kau dari hadapanku!!! aku malas lihat wajahmu hari ini!”, kini ku dorong tubuh Doyoung keluar dari apartemenku. Ia terus mengetuk pintu apartemenku itu. Sesekali aku mendengar samar-samar ia mengatakan “Mianheee Soyoung-ahhhh”. Tapi aku lagi malas berurusan dengan Doyoung hari ini. Perkataannya itu membuat aku jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Research in Love [ysj.psy] ✔
FanfictionPark Sooyoung; Mahasiswa semester lima Departemen Psikologi di Inha University yang harus berurusan dengan subjek penelitian tugas akhirnya, Yook Sungjae. "Kalau saja dia bukan subjekku, aku sudah memecahkan rekor menjadi lulusan tercepat di Univers...