Chapter 14

720 103 17
                                    

Aku masih diam membeku. Masih terbayang-bayang pertanyaan dari Noona Sungjae Oppa semenit yang lalu – Sampai kapan kau akan menyembunyikan Sooyoung dariku? Aku tahu wanita disampingmu itu Sooyoung kan? Tidak ada kata yang dikeluarkan Sungjae Oppa untuk menjawab pertanyaan dari Noonanya itu.

“Joy! Kau Joy kan?”

Jantungku berdetak lebih cepat. Aku semakin takut. Bagaimana bisa dia mengetahui nama panggilan yang diberikan Sungyoung Eonni padaku? Ah.. matta... Sudah berapa tahun aku tidak bertemu padanya? Aku rindu.

“Joy.. Berbaliklah. Aku ini Sungyoung Eonni”. Apakah aku tidak salah dengar? Untuk memastikan,  refleks badanku berbalik. Entah aku taruh kemana rasa ketakutanku itu tadi. Dan tebak... apa yang ku lihat saat ini.

Benar!

Dia Sungyoung Eonni dan Sungjae Oppa disampingnya yang terlihat kesakitan.

“Eonniiii!” aku berlari menuju Sungyoung Eonni dan memeluknya. Terakhir kali aku bertemu dengannya pada saat aku duduk dibangku sekolah. Sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Tepatnya di Daegu.

-Flashback-

Daegu (Sekitar tiga tahun yang lalu)

Tingkat terakhir ternyata membuatku harus terus belajar agar dapat lulus ujian akhir dan bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi. Hari ini aku penat sekali. Dari pagi hingga sore, ku habiskan waktuku hanya untuk belajar. Aku sangat suka dengan dunia detektif-an. Aku senang menonton Detective Conan. Tapi akhir-akhir ini perhatianku teralihkan sama drama korea Dr. Frost. Aku tidak terlalu suka drama percintaan yang melankolis.

“Sooyoung-aah... Ayo ikut imo! Sedari tadi imo lihat kau belajar terus”, perkataan Seunghee Imo menghentikanku dari aktivitas belajar yang entah sudah berapa jam ku geluti. Seunghee Imo adalah seorang yang sangat baik, dia adik dari Eomma. Aku tinggal bersamanya sudah dari kecil. Eomma dan Appa sangat sibuk mengurus perusahaan keluarga. Setahun yang lalu mereka bahkan harus menetap di Jepang. Aku ingin seperti Seunghee Imo. Dia sangat cantik, peka terhadap lingkungan, dan care dengan sesama. Ia seorang psikolog. Oleh karenanya aku juga ingin menjadi seorang psikolog.

“Ah nee.. imo. Tapi bisakah aku mandi dulu? Aku belum mandi seharian hehehe”, aku hanya nyegir dihadapan imo yang kini sudah berdiri disampingku.

“Ya ampun.. Anak gadis ini belum mandi? Sana gih pergi mandi”, Seunghee imo sudah mendorongku masuk ke kamar mandi.

“Cepat yaa mandinya. Imo tunggu dibawah”, teriak Seunghee imo dari luar kamar mandi.

***

Tidak ku sangka. Ternyata Seunghee imo mengajakku menonton drama musikal yang bersetting outdoor. Biasanya drama musikal itu settingnya indoor. Sangat banyak orang di sana. Aku memilih untuk duduk dibangku paling depan agar aku dapat lebih jelas melihat pertunjukannya. Untung saja bangku di depan masih ada yang kosong.

Pada saat pertengahan pertunjukan, Seunghee imo meninggalkanku karena ingin menjawab telpon. Kondisi di tempat ini memang sangat tidak kondusif untuk menerima telpon. Aku kembali melihat ke arah pertunjukan itu saat Seunghee imo meninggalkan tempat duduknya. Aku menikmati pertunjukan drama musikal ini.

Namun suatu hal terjadi ketika adegan dimana sang pemeran utama mengeluarkan pistol dan mengarahkan pistol itu ke arah orang yang berperan sebagai ayah dari sang pemeran utama. Suara tembakan dari pistol itu pun berbunyi dan mengakibatkan orang yang berperan sebagai ayah itu mengeluarkan banyak darah. Tentu saja itu adalah skenario dari drama. Bahkan dari tempat dudukku saja aku bisa mencium bau darah yang keluar dari tubuhnya itu adalah pasta strawberry. Tetapi bersamaan dengan tembakan suara pistol itu, aku juga mendengar suara teriakan dari kursi penonton di belakang. Mungkin saja penonton itu menjiwai sekali alur drama ini. Namun semakin lama, semakin besar kegaduhan penonton di belakangku.

Research in Love [ysj.psy] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang