Sooyoung POV
Aku berjalan keluar dari cafe dengan hoodie abu-abu yang menutupi badanku dan berjalan menuju halte yang terletak 20 meter dari cafe tempat janjianku bersama Sungjae. Cuaca malam ini sangat dingin. Aku bahkan berkali-kali menggosok-gosokkan tanganku lalu menyembunyikan di balik kantong hoodie yang aku gunakan.
Setibanya di halte, ku hempaskan tubuhku di bangku halte yang kosong. Sesekali aku melihat keadaan sekitar, sepi. Ah... Wajar saja sepi, ini sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku mengeluarkan ponsel dari ransel yang ku gunakan sedari tadi. Kini tanganku telah menari di layar ponsel lalu kemudian ku letakkan ponsel tersebut di telinga sebelah kananku.
“Doyoung-ahh... kau dimana?”, ucapku yang sedang menelpon Doyoung, sahabatku.
“Aku baru saja mengantar Yerin pulang. Weo?”, tutur Doyoung dari balik ponsel yang ku letakkan di telinga kananku itu.
“Kau bawa mobil?”
“Nee.. Hyung tadi meminjamkanku. Weo?”
“Bisakah kau menjemputku? Aku sangat lelah. Sepertinya sudah tidak ada bus lagi yang lewat.”
“Kau dimana sekarang? Aku akan menjemputmu.”
“Aku akan share location via line.”
“Baiklah, aku tunggu.”
“Gomawo Doyoung-ahh..”, tuturku dan dilanjutkan dengan menekan bulatan merah yang berada di layar ponsel. Ku buka aplikasi line dan membuka chatku dengan Doyoung. Kini aku bergelut dengan share location yang telah ku janjikan kepada Doyoung. Tidak cukup semenit, masuk balasan dari Doyoung.
D.young
Sekitar 15 menit lg aku sampai disanaDdoongiiiii
Aku menunggumu (Read by D.young at 23.17)
Aku tidak menyukai suasana seperti ini. Menunggu. Menunggu bisa saja menjadi lebih menyenangkan apabila ada aplikasi games di ponsel. Tapi itu tidak berlaku padaku karena aplikasi games sudah ku hapus dari ponselku. Bukan hanya games saja, tetapi akun SNS juga banyak yang ku hapus. Hanya tersisa line, twitter, dan instagram saja. Sengaja ku lakukan agar aku tidak tergoda dan dapat lebih fokus untuk menyelesaikan penelitian, latihan, dan istirahat.
Meskipun begitu, menunggu kali ini nampaknya menyenangkan setelah ku dengar suara seseorang yang memanggilku. Suara yang ku kenal. Siapa lagi kalau bukan dia.
“Doongdoongiiee...”, tutur namja yang sudah berdiri di dekatku. Ia menggunakan mantel hitam, topi hitam, dan masker hitam. Meskipun begitu, aku sangat mengenalnya.
“Ah.. Oppaaa.. Duduk sini”, ucapku kepada namja yang berdiri itu dan ku pukul-pukul bangku kosong yang ada di sampingku. Namja ini adalah orang yang dekat denganku.
“Apa yang kau lakukan tengah malam disini?”, ucap namja yang kini sudah duduk di sampingku. Perlahan ini mulai menurunkan masker hitamnya.
“Aku menunggu si cungkring. Oppa sendiri?”
“Cungkring? (diam sejenak) Ah... Doyoung maksudmu?”
“Nee.. Oppa sendiri? Kenapa oppa ada disini?”
“Oppa habis bertemu dengan teman. Tadinya oppa langsung mau pulang tapi oppa lihat kau sendiri di halte ini. Kau sendiri kenapa ada disini?”
“Ah.. aku juga tadi habis bertemu dengan seseorang hehehe”
“Seseorang? hm... aku curiga padamu hahaha.”
“Yaaaa!! apa yang kau pikirkan? Tenang aku bukan pengedar kok Oppa hehehe”, tanyaku bingung dengan perkataan yang diucapkan namja yang lebih tinggi dariku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Research in Love [ysj.psy] ✔
FanfictionPark Sooyoung; Mahasiswa semester lima Departemen Psikologi di Inha University yang harus berurusan dengan subjek penelitian tugas akhirnya, Yook Sungjae. "Kalau saja dia bukan subjekku, aku sudah memecahkan rekor menjadi lulusan tercepat di Univers...