Chapter 19

873 106 29
                                    

“Mianhee”, ucapku pada sosok yeoja yang saat ini duduk di hadapanku.

“Kau pasti menyesal meninggalkanku hahahah. Kau pasti mau kembalikan padaku kan?”, ucapnya padaku diiringi tawanya yang lepas. Tidak tega rasanya aku harus menghentikan tawanya itu, tapi untuk kebaikan bersama aku tetap harus melakukannya.

“Bukan itu tujuanku mendatangimu. Mianhee”, ucapku sambil melihat manik matanya. Entah dia mulai mengerti arah pembicaraanku atau tidak, tapi aku melihat linangan air mata di matanya itu.

“Terus? Apa tujuannya?”, katanya dengan suara yang gemetar.

“Mianhee Noona. Hmmm..” Aku tidak tahu harus mulai dari mana mengatakannya. Dari tadi mulutku hanya terus mengatakan kata ‘mianhe’. Kalau diingat-ingat, aku memang sangat jahat padanya. Tapi aku betul-betul baru menyadarinya akhir-akhir ini.

“Alasanku putus darimu sebenarnya bukan karena perasaan bosan”. Akhirnya aku bisa mengucapkan setelah hening selama lima menit. Tak ada komentar darinya, ia sibuk menahan air matanya yang hendak keluar.

“Terus karena apa?”, akhirnya ia mulai berkomentar. Masih dengan suara yang gemetar. Aku tahu ia masih menahan air matanya.

“Karena Noona hanya jadi pelarianku saja. Mianhee Noona”, ucapku sambil menundukkan kepala. Kali ini aku yang takut melihat wajahnya.

Tidak ada respon darinya. Padahal aku sudah siap fisik apabila ia mau menampar, memukul, atau bahkan menendangku. Tidak masalah bagiku asalkan masalah ini cepat selesai.

“Siapa wanitanya?”, tanyanya lagi padaku. Aku mengerutkan dahiku. Aku tidak mengerti maksud pertanyaannya itu.

“Siapa wanita yang membuatku jadi pelarian?”. Seakan mengetahui kalau aku bingung dengan pertanyaannya sebelumnya.

“Apakah Sooyoung-ssi?”, sambungnya.

“Ani.. Dia tidak ada hubungannya dengan itu”. Ucapku jujur. Karena Sooyoung memang bukan alasan mengapa aku putus darinya.

“Terus siapa?”, tanyanya sekali lagi. Suaranya semakin mengecil dan semakin bergetar.

“Sungyoung Noona. Noonaku sendiri”. Jawabku jujur.

Suasana kembali hening. Aku menatapnya yang sedang melihat ke segala penjuru ruangan. Mungkin ia sedang menahan air matanya untuk keluar. Sangat jelas ada linangan air mata di matanya. Tapi ia tetap tidak mau mengeluarkannya di depanku.

“Kau mencintainya?”, kembali lagi Nana Noona bertanya padaku.

“Sungyoung Noona?”, tanyaku memastikan apakah yang dia maksud Sungyoung Noona.

“Ani.. Sooyoung-ssi”, ucapnya yang berhasil membuatku semakin bingung. Kenapa tiba-tiba bertanya tentang Sooyoung padahal topik pembahasannya tentang Sungyoung Noona. Dan.. yang buatku semakin bingung adalah aku tidak tahu apakah aku mencintai Sooyoung atau tidak. Aku baru saja membuka hatiku padanya. Entah perasaan apa yang ada padaku. Apakah perasaan kagum, suka, sayang, atau sudah cinta. Aku tidak bisa mendeteksinya.

“Nee.. aku mencintainya”. Aku ucapkan itu saja. Agar masalahnya tidak terlalu berlarut. Bukannya begitu yang harus aku jawab?

Geurae.. Aku akan melepaskanmu”, ucapnya masih dalam nada suara yang kecil.

“Nee?”. Aku kaget mendengarkannya. Apakah semudah itu dia melepaskanku? Bukan begitu maksudku. Kalau saja dari dulu aku tahu topik pembahasan seperti itu akan membuat ia melepaskanku, kenapa tidak dari dulu saja aku membahasnya?

“Kau bahkan tidak pernah mengatakan cinta padaku”, ucapnya sambil menghapus air matanya yang sudah turun dengan menggunakan tissue.

“Aku baru sadar kalau memang dari awal aku hanya jadi pelarianmu saja. Sayangnya aku tidak ngeh dengan perkataanmu waktu itu hahaha”, ucapnya masih sambil menghapus air matanya. Di sertai juga dengan tawa yang dipaksakannya.

Research in Love [ysj.psy] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang