10. Superhero

98 20 4
                                    

***

Beberapa hari kami melihat pertandingan. Baru kali ini Lugas benar-benar fokus. Melihat pertandingan. Selesai pertandingan kami makan dikantin.

"Tadi seru ya pertandingannya" kata Nessa. "Apalagi yang maen keren banget" lanjutnya. Alif melotot padanya aku hanya tersenyum sementara Lugas sibuk mengunyah.

"Ngapa lu melototin gue" kata Nessa melihat Alif.

"Nggak apa-apa" katanya cemberut.

"Makannya main basket" celetuk Lugas, Alif semakin cemberut.

"Apa hubungannya dia melotot sama main basket" kata Nessa bingung.

"Katanya detektif, pake intuisinya, Tapi pake hatinya juga sekarang" kata Lugas.
Aku hanya memperhatikan mereka dan sibuk mengunyah.

"Emang kasus apa sekarang? " Tanya Nessa.

"Kasusnya kenapa Alif cemberut dan melotot pas lu bahas basket" Lugas menjelaskan.

"Hem.. Nanti deh gue makan dulu" Nessa mulai menyendok makanannya.

"Nih, Nit dari Helmi" kata Lugas sambil menyodorkan Amplop berwarna hijau. Aku kaget dan bingung.

"Helmi? Siapa? " tanyaku.

"Yang superhero itu" jawabnya sambil menyedot minumannya.

"Haa.. Surat Cinta Nit? " tanya Nessa.

"Nggak tau" jawabku sambil menggeleng.

"Itu lamaran kerja buat jadi superheronya Nita" celetuk Lugas. Aku hanya menarik ujung bibirku tersenyum sinis.

"Yaa kok Nita doang sih buat gue mana. Gue kan juga mau" Nessa cemberut Lugas hanya tersenyum.

"nih sama Aa' Alif Ba Ta" katanya sambil menaruh tangannya kepundak Alif.

"Ogah" cegah Nessa.

"Ntar juga mau" Alif mulai menyaut. Nessa hanya buang muka. Alif tersenyum bingung.

Aku segera membuka isi amplop hijau itu kubaca surat itu dan hanya tertulis.

'Gue Helmi boleh kenalan nggak?'

"Kok gini pendek banget" kataku pada Lugas.

"Pulpennya abis kali" sahutnya dan aku tersenyum.

"Ya udah kalo boleh gue kasih nomer lu ke dia" Lugas menyarankan.

Aku sedikit berfikir lalu mencoba menulis nomor handphone ku, setelah kutulis Lugas pergi entah kemana sebelum dia sempat berkata.

"Tenang, aman sama pak pos" katanya sambil menepuk dadanya.

Semenjak saat itu kami sering berkomunikasi dia adalah orang yang asyik dan Lugas telah mengenalnya makannya aku tak khawatir berteman dengannya. Hingga hubungan kami lebih dari teman.

Awalnya aku sangat menyukai hubungan kita dia benar-benar sangat menyenangkan. Helmi orang yang ramah Bunda menyukai sikapnya tapi bang Ijal tidak. Bang Ijal lebih akrab pada Lugas dari pada dengan Helmi.

Aku merasa kita kan bertahan lama namun akhir-akhir ini dia seperti berubah. Selalu terlambat setiap kali janjian dan berubah menjadi sesuatu yang tidak ku inginkan, overprotektif, seperti yang Nessa katakan Helmi tak pernah suka melihat ku dengan laki-laki lain kecuali Lugas.

Adam pernah dipukuli karena mengantarku pulang waktu itu.
Sebenarnya aku mulai kesal dengan sikapnya tapi entah kenapa aku masih ingin bertahan.


"Hei kok bengong aja" suara itu mengagetkanku membuat lamunanku buyar. Aku menoleh padanya.

"lagi nunggu tukang ojek lama banget" kataku sedikit kesal.

"Masa, pacarnya dibilang tukang ojek sih?" katanya sambil tersenyum. Ia menyodorkan Helm. Ku angkat daguku seolah bertanya 'buat apa' dia masih mengacungkan helmnya dihadapanku mengisyaratkan agar aku tetap memakainya.

Aku berdiri dan meraih helm yang ada ditangannya. Kupakaikan dikepalaku sementara dia sudah menyalakan mesin motornya.

"Ayo naik" suruhnya sambil tersenyum.
Aku segera naik ke atas motor.

"Mau kemana sih? " tanyaku karena aku yakin dia tak akan langsung mengantarku pulang.

Kami berhenti disebuah toko ice cream yang cukup besar. Ini adalah tempat pertama kami nge-date dan disini juga helmi mengatakan perasaan padaku.

Tempat ini istimewa tapi sekarang aku merasa tempat ini biasa saja kecuali Ice creamnya yang sangat enak dan membuatku selalu ingin kesini.
Dia memesankan ice cream strawberry dan vanila lalu dia duduk dihadapanku kami saling berhadapan.

Aku menyendok ice cream ku dan memakannya. Dan kulihat dia hanya diam saja melihat sekeliling toko.

"Ada apa? " kubertanya karena melihatnya aneh.

"Nggak papa" dia tersenyum menggeleng lalu kembali memakan ice creamnya aku tersenyum heran senyumnya masih manis seperti biasanya kecuali kalau dia sedang marah.

"Lugas Sehat? " tanyanya tiba-tiba. Aku menggeleng. "kenapa? "Dia bertanya lagi.

"Kamu tau kan dia gimana?."

"Hmm.. " dia hanya bergumam. "Kangen ya sama dia " dia terseyum seolah menyeringai.

"Ya kadang kelas sepi nggak ada dia."

"Kalau sama aku? " aku menoleh padanya. Apa maksud pertanyaan itu, Bercanda atau apa.

"Iya sama kangen juga " kurasa itu jawaban yang aman. Walaupun kadang aku tak merasakan itu. Entahlah aku harus jawab seperti itu.

Aku terus memikirkan bagaimana Helmi bisa menanyakan tentang Lugas padaku apalagi tentang kata 'kangen', Entah mengapa aku merasakan sesuatu tapi apa? Apa mungkin Helmi cemburu dengan Lugas tapi Helmi tak pernah seperti itu sebelumnya.


















Adu du duhhh dikit yaa.. Gimana menurut kalian ayolah vomment kek elah 😂😂.
Biar jadi semangat nulisnya dan ngelanjutin ceritanya..

THE BEST FOR YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang