Ku kira kak Reno adalah orang yang cukup dewasa tapi ternyata tidak, dan benar-benar menyebalkan aku tak menyesal menolaknya. Dia masih sering datang kerumah dan menemuiku dikampus, beruntung Bagas bersama ku tapi itu justru malah membuat mereka berkelahi terus.
Kadang aku tak tahu harus berbuat apa. Selain Nessa, Alif, Bagas dan bang Ijal juga selalu mengingatkanku.Minggu ini hanya kunikmati acara TV dengan santai sambi bermain dengan simanis kucingku. Bunda sedang menjaga toko kue dengan bibi. Bang Ijal datang membawa laptop dia ikut duduk disampingku.
"Nggak hangout?" Tanyanya.
"Males ah sama siapa juga."
"Nessa."
"Dia mau kondangan sama si Alif."
"Bagas." aku diam. "Lo deket kan sama dia, kenapa ga main aja." Lanjutnya aku menatapnya tajam.
"Emang lo ga suka gue dirumah?"
"Ya bukan gitu lo keliatan suntuk banget dirumah, sepet gue ngeliatnya." Aku berdecak. "Nggak apa-apa lo jalan sama Bagas dari pada Reno"
"Kenapa, dulu ga ngelarang kenapa sekarang ngelarang?"
"Gue ga suka aja sama dia." Tersirat kebencian disana bang Ijal juga tak pernah suka sama Helmi tapi tak sebenci ini. Rasanya aku ingin bertanya tapi aku yakin dia tak ingin menjawab.
"Lo kangen ga sama Lugas?" Ucapnya santai sambil jarinya mengotak-atik keyboard latopya yang ia pangku. Pertanyaan itu membuat hati ku berdesir.
"Masa gue kangen sama dia soalnya ga ada yang bisa ngalahin gue main game selain dia." Aku masih terdiam tak tahu harus berkata apa.
"Lo enak ada Bagas. Tapi kalo Bagas gue ajakin maen game dia ga suka main game." Aku menolehnya matanya masih menatap layar laptop.
"Gue kira Bagas sama kaya Lugas tapi ternyata mereka beda." Katanya.
"Emang nggak ada yang sama, semuanya ga ada yang sama, keadaan juga udah ga sama." Aku langsung masuk kekamar membawa si manis dan meninggalkan bang Ijal yang masih sok sibuk dengan laptopnya.
Aku tak tahu apa dan bagaimana bang Ijal berpendapat tentangku. Bukan hanya bang Ijal bahkan semuanya mengingatkan bahkan bunda pun juga sering bertanya tentang Lugas menanyakan kabarnya, dia melanjutkan kuliah atau tidak, bunda juga menanyakan mengapa dia sudah tidak pernah main kerumah karena bunda ingin dibantu membuat kue saat pesanan banyak.
Dan ku perhatikan Alif sekarang sangat akrab dengan Bagas, Nessa yang awalnya menganggap Bagas mirip dengan Lugas kini merasa tak suka dan menyuruhku menjauhinya.
"Nit lo suka sama Bagas?" Tanyanya saat aku sibuk memelihat Bagas dan Alif bercanda.
"Hah?"
"Lo suka sama dia?"
"Dia temen yang baik"
"Maksud gue lebih dari temen"
Aku hanya diam mencoba mencerna perkataannya.
"Lo bahagia sama Bagas ya?" Aku mengerutkan dahi.
"Keliatan kok Nit sikap lo berubah, saat kehilangan Lugas dan Bagas dateng awalnya gue pikir mereka mirip tapi ternyata nggak." Jelasnya. Aku berfikir sama dengan Nessa aku berfikir juga Bagas itu sama dengan Lugas tapi saat aku sering dekat dengannya ternyata tidak sama sekali.
"Gue harap walapun lo udah sama Bagas, lo nggak lupain Lugas Nit."
Aku sedikit terkejut dengan perkataan Nessa itu seperti dia setuju dengan Bagas walau dengan terpaksa. Tapi yang harus dia tahu aku tak pernah bisa melupakan Lugas sampai kapan pun walau aku berusaha dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEST FOR YOU
Teen FictionDia adalah makhluk Alien yang diciptakan oleh Tuhan entahlah atas dasar apa dia diciptakan dan terbuat dari apa dia diciptakan dia selalu membuat onar. Dan dengan lancar dia mengaku bahwa dirinya adalah makhluk penguasa angkasa, semua orang sangat...