11. Kembalinya si Alien

122 15 9
                                    

☀☀☀

Pagi itu suasana lobi sekolah ramai aku berjalan santai dengan mendengarkan musik seolah tak peduli suasana sekitar.
Aku melihat seseorang kelas X berfoto-foto ria dengan siapa saja yang lewat didekatnya. Aku berhenti dan memperhatiakan sejenak. Siswa itu dengan wajah bingung menurut saja jika ada yang mengajaknya berfoto. Setelah mereka berfoto mereka menertawakannya sambil pergi meninggalkan siswa itu. Menurutku itu aneh.

"Aneh banget sih mereka" gumamku.

"Biasa aja sih menurut gue dia itu maniak foto" suara itu membuat aku menoleh padanya.

"Aaaaaa... Lugasss...!! " teriak ku gemas.

"Eh biasa aja dong kayanya kangen ya lo sama gue?" katanya sok santai aku hanya tersenyum.

"Itu paling juga kerjaan lo bro" kata Adam yang baru datang. Lugas hanya tersenyum dan aku mulai berfikir begitu.

"Lugass...!! " teriak Nessa dari jauh sambil menghampirinya. Lalu dia meremas bahu lugas seperti gemas

"Hahaha... Pada kangen apa sama gue"

"Iya kangen banget"celetuk Nessa.

"Kangen pengen ditraktir? " Tanya Lugas. Semua mengangguk termasuk aku dan Lugas hanya nyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Kami menuju kelas. Sambil berjalan aku melihat siswa itu dipunggungnya ada kertas bertulikan.

'Foto bareng yuk!! Aku maniak Foto'

Aku hanya menggeleng dan tersenyum pada Lugas. Dia hanya menyengir kuda. Dia berjalan santai sepertinya kakinya sudah baikan. Kami duduk dikursi masing masing.

"Yah Lugas masuk lagi " kata salah seseorang dibelakang.

"Males banget gue kalo ada dia" sahut temannya.

Aku mendengar beberapa orang kecewa dan kesal karena Lugas telah kembali. Lugas entahlah dia mendengarnya atau tidak dia sibuk mengobrol dengan Alif. Tapi aku merasa pelajaran akan lebih seru karena dia yang membuat guru bingung dengan pertanyaan-pertanyaan Lugas.

Sepulang sekolah kami jalan-jalan dulu di mall sebenarnya untuk merayakan kembalinya si Alien acaranya makan-makan saja. Ini atas permintaan Alif dan Adam tapi yang membayar tetap Lugas.
Bagi Lugas ini seperti pamalakan.

"Harusnya kalian yang bayarin gue bukannya gue yang bayarin lu pada" katanya sambil meminum pesanannya.

"Sekali-kali lah gas" kata Alif tersenyum.

"Ya itung-itung sukuran karna lo udah sembuh" Adam terkekeh Lugas tersenyum sinis.

"Gue pikir gue udah merdeka dari lo tapi ternyata gue masih dijajah"

"Berisik pada makan-makan aja " Nessa kesal karena tak berhasil menyumpit dimsumnya. Kami tertawa melihat tingkah Nessa yang kesulitan menyumpit makanan.

Tapi ketika itu aku diam mataku tertuju pada seseorang yang berjalan disebrang sana. Aku kenal dengan orang itu dan aku tahu siapa dia. Dia bersama orang lain yang tak kukenal.

"Eh semut... Makan buruan" Lugas sedikit menyentuh tanganku membuat aku menoleh.

"Apa"

"Yee bengong buruan makan cacing"

Aku kesal dia mulai mengganti-ganti namaku seenaknya. Tapi pikiranku masih dengan orang tadi. Setelah pulang aku mengirim pesan pada Helmi,

To: Helmi.
Kenapa tadi ga ikut ngumpul?

Cukup lama aku menunggu pesan darinya.

Helmi.
Sorry. Lagi ada acara keluarga ini baru kelar. Gimana seru nggak tadi?

Rasanya sedikit terkejut tak menyangka ia akan membalas seperti itu. Ingin rasanya aku bertanya dengan detail acara keluarga yang dimaksud tapi aku tak mau terlihat posesif. Biasanya tanpa diminta dia akan menjelaskan dengan sendirinya. Namun kali ini seperti berbeda. Lebih baik aku tak membalasnya.

☀☀☀

Beberapa hari ini aku terus memikirkan kejadian waktu itu, waktu helmi dengan perempuan lain. Meskipun kami masih saling berkomunikasi tapi rasanya berbeda.

Plakk...
Kepalaku dipukul dengan buku tulis, dan rasanya sakit aku mengusap kepalaku dan mencari siapa pelakunya. Terlihat seseorang duduk dimeja guru sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Lugas sini lo gue bales! " teriakku padanya dia lalu berlari keluar kelas.

Karna malas mengejarnya keluar aku kembali duduk dikursiku dengan perasaan kesal dia kembali dan duduk didekatku.

"Kenapa lu daun? "

"Gas berhenti ganti-ganti nama gue apa" kataku kesal.

"Oke Nita, lu kenapa? " tanyanya dengan wajah serius.

"Ngakpapa" jawabku pelan.

"Jangan bohong, gue tau ada yang lu pikirin"

Aku hanya diam sedangkan Lugas terus memperhatikanku. Bosan melihat pandangannya aku mengambil aerphone dan mendengarkan musik sambil bersandar menutup mata. Aku tak mendengarnya berbicara apapun hanya mendengar suara helaan nafas yang berat. Aku merasa dia juga ikut bersandar dikursi.

"Kalo lo belum mau cerita ngakpapa, tapi kalau lo mau cerita lo bisa hubungin gue" suaranya terdengar jelas namun aku masih menutup mataku.

Suara langkah kaki yang menjauh juga terdengar setelah itu. Aku membuka aerphone kemudian aku membuka mata perlahan dan melihat dia sudah berada diluar kelas bercengkrama dengan Adam membahas game favorit mereka.

Ada sebuah kertas dan Nomor handphonenya dibawahnya juga tertulis PIN bbm, Nama instagramnya. Aku sedikit tersenyum.

"Apa dia pikir dia itu konsultan" kataku lirih.





Gimana menurut kalian ayo dong Vomment. Part selanjutnya lebih seru ni guys tungguin yaa sekali kali lah nunggu jangan gue terus nunggu vomment kalian 😘😘😘😘😘

THE BEST FOR YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang