Beruntung hari ini cerah dan membuat ku semakin bersemangat, Ku cek ulang beberapa barang yang akan kubawa aku tak mau repot-repot membawa koper jadi hanya butuh ransel dan satu tas kecil.
"Baju udah, makanan udah, alat solat udah, obat-obatan udah, terus apa lagi ya.." kurasa semua sudah ku masukan dalam tas.
Aku masih duduk diruang tamu bersiap berangkat sambil menunggu bang Ijal yang masih dikamar, karena kesal aku berteriak.
"Bang.. cepetaann!! Bang Ijall !!!" Yang dipanggil masih tak menyahut aku duduk kembali dengan wajah kesal. Kulihat dia berjalan santai keluar kamar dan menuruni tangga.
"Udah kaya toak musholah lo" katanya begitu sampai dihadapanku.
"Lagian lama banget"
"Lagi mandi"
"Cowok mandi lama banget, luluran emangnya"
"Bawel yaudah yuk" ajaknya.
"Kalian udah mau berangkat?" Belum sempat kami berpamitan bunda sudah muncul dari arah dapur bang Ijal mengangguk.
"Iya bunda " kataku.
"Ini bunda bawain bekel buat makan kan jauh juga" aku meraih godybag berisi makanan.
"Makasih bunda" kataku bersalaman dan memeluk bunda aku sedih karna tak bisa mngajak bunda karena bunda yang sedang banyak borongan kue.
"Iya hati-hati ya Ijal jagain adeknya" bunda mengelus kepala bang Ijal.
"Siap bunda tenang pasukannya banyak" bang Ijal tersenyum. Kami berjalan menuju pintu depan bunda seperti sedih kami tinggal pergi. Langkahku terhenti seperti mengingat sesuatu.
"Tunggu, kaya ada yang ketinggalan"
"Apaan?"
"Hanphone"
"Ceroboh banget sih yaudah sono ambil" seru bang Ijal dan aku segera berlari kekamarku.
Kudapati handphone yang tergeletak diatas kasur segera ku ambil dan berjalan keluar kamar, Entah apa yang terjadi otakku seperti memerintahkan ku untuk membuka pintu kamar yang sudah kututup. Aku berjalan menuju meja belajar dan mataku tertuju pada benda yang ada didalam laci yang terbuka. Awalnya ku hanya ingin menutupnya tapi tanganku justru mengambil dan membawanya keluar.
"Lama banget sih" gerutu bang Ijal setelah aku didekatnya.
"Bawel"
Aku dan bang Ijal berpamitan lagi dengan bunda dan berangkat dengan kendaraan umum. Aku merasa bang Ijal terus melihat kearah kotak yang aku bawa, merasa risih dilihat seperti itu segera ku masukan dalam renselku yang masih cukup untuk beberapa barang.
"Kenapa lo bawa?" Dan aku tahu apa yang dia maksud.
"Nggak tahu"
"Eh, kenapa ga tahu semua hal itu ada alasannya"
"Nggak tahu ya nggak tahu" karena aku sendiri juga bingung kenapa ga tahu dan ga tahu alasannya.
"Lo tuh aneh, lo bawa baju buat lo ganti, lo bawa makanan biar lo ga laper, lo bawa obat buat jaga-jaga itu semua ada alasannya." Aku masih diam bukan tak mau menanggapinya tapi aku masih tak tahu jawabannya.
"Atau itu buat jaga-jaga siapa tahu lo bisa ketemu Lugas?" kali ini bang Ijal menyeringai dengan senyum aneh. Aku terkejut.
"Nggak perlu ada alasan, bahkan dia aja pergi tanpa alasan apapun."
"Itu pasti ada cuman lo belom tahu"
"Kenapa lo kaya tahu tentang Lugas bang?"
"Hem, ng-nggak cuma gue ngerasa nggak mungkin Lugas pergi tanpa alasan" dia sedikit terbatabata membuatku semakin kesal.
"Gue juga udah ga peduli lagi sama dia, mungkin alasan kenapa gue bawa tuh barang buat gue buang jauh-jauh"kataku dan aku berhasil membuat bang Ijal bungkam tak berani bertanya sedikitpun.
Kami sudah berkumpul distasiun kereta dan bersiap untuk berangkat.
Nessa terus menggerutu dan mengomeli Adam sejak tahu naik kereta dan kelas ekonomi dan lagi-lagi merasakan kursi yang tegap. Aku sudah seperti kehilangan mood ku karena pertanyaan-pertanyaan bang Ijal dan ku lihat bang Ijal masih merasa bersalah akan hal itu.
"Gimana kalo kita main games aja biar ga suntuk" celetuk Bagas mencairkan suasana.
"Bukannya lo ga suka nge-game?" Tanya Alif.
"Kalo di HP atau komputer PS gua nggak suka kalo cuman kartu gua suka"
"Lo bawa?" Tanya Adam.
"Monopoli, uno, ular tangga, poker sampe gitar gua juga bawa" jelas Bagas.
"wih udah persiapan" seru Adam tertarik, Lalu kami memainkan kartu dan yg kalah harus dicoret bedak.
Sederhana tapi mood ku kembali lagi bahkan Nessa melupakan tentang kursi datarnya, kereta berhenti dibeberapa stasiun dan ada penjual yg menjajakan dagangannya masuk ke dalam kereta.
Hari sudah gelap dan aku tak tahu kita sudah sampai mana karena kereta itu sangat cepat sekeliling kereta juga sudah tak terlihat pepohonan terlalu gelap. setelah beberapa membuka makanan dari kami mencoba untuk tidur.
Kulihat Alif dan Nessa yg tidur saling bersandar dan bang Ijal yang berada disampingku juga sudah tidur dan lama-lama aku juga sudah mengantuk.
Aku mengerjakap kan mata ku karena tidurku tidak terlalu nyenyak tapi cukup memulihkan tenaga ku. Kulihat kursi Adam dan Bagas kosong entah kemana mereka pergi beberapa kursi juga sudah kosong mungkin mereka sudah turun distasiun sebelumnya. Aku berdiri dan berjalan ke belakang seperti mendengar sesuatu. Dan kenyataannya itu Bagas dan Adam yang sedang merokok di sambungan atara dua gerbong. Mereka terlihat akrab dan aku berfikir Adam tidak mungkin cuek dengan Bagas lagi dan selalu membanding-bandingkan dengan Lugas.
"Gue pikir lo mirip sama temen gue" kata Adam terdengar samar.
"Siapa?" Tanya Bagas penasaran.
"Sahabat gue sahabat Nita juga dia care banget sama kita bahkan sama gue padahal dulu gue musuhin dia"
"Pastia dia orang keren, sampai-sampai semua orang bahas dia"
"Jangan cemburu bro dia emang temen yang the best lah" mendengar itu aku tersenyum dan bersembunyi di kursi yg kosong dekat mereka.
"Tapi sayang dia sedikit bikin gue kecewa" kali ini ucapan Adam membuat dada ku agak sakit.
"Kenapa?"
"Dia pergi tanpa alasan dan ga pamit sama sekali ya gue tau dia sering ngilang tiba-tiba dan kali ini dia kaya nggak balik lagi." Pernyataan Adam membuat air mataku jatuh. Bagaimana tidak Adam yang tak pernah peduli begitu kecewa apalagi aku.
"Lo udah anggep dia sahabat kan? Yaudah kenapa lo ga percaya sama dia"
"Maksud lo?"
"Kalo lo nganggep dia sahabat lo ya lo harus percaya kalau dia bakal balik lagi seandainya dia nggak balik lagi harusnya lo berdo'a supaya dia masih nafas. Lo bilang dia selalu care sama lo harusnya lo juga care sama dia ya mungkin saat lo harus care sama dia"
Aku tak mendengar suara Adam lagi setelah itu aku kembali ketempat dudukku dan mengusap air mataku. Kata-kata Bagas membuat otak ku berfikir untuk tak peduli pada rasa sakit yang ditinggalkan tanpa alasan itu. Mencoba untuk memejamkan mata lagi dan melupakan semua yang ada di otakku.
Hayy kembali lagii😊... maaf ya kalo updatenya lama makasih buat kalian yang masih setia menunggu dan mau membaca cerita yang absurd ini silahkan vote dan comment yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BEST FOR YOU
Teen FictionDia adalah makhluk Alien yang diciptakan oleh Tuhan entahlah atas dasar apa dia diciptakan dan terbuat dari apa dia diciptakan dia selalu membuat onar. Dan dengan lancar dia mengaku bahwa dirinya adalah makhluk penguasa angkasa, semua orang sangat...