Part 1

1.1K 73 8
                                    

"Graciaaaa!" suara melengking itu terdengar di sepanjang koridor dan membuat Gracia yang sedang berjalan santai menoleh malas ke belakang. Di sana Feni sedang lari marathon dari gerbang sekolah menuju ke arahnya. "Kakak kelas, hhh, nabrak--kemarin, duhh..."

"Hah? Ada kakak kelas kecelakaan?" Gracia langsung merubah mimik mukanya menjadi panik.

Feni melambaikan tangannya kanannya, sedangkan tangan kirinya bertumpu pada lutut. Perempuan itu masih menetralkan nafasnya. "Bukaaann! Yang nabrak lo kemarin itu lho!" kini Feni mengguncang tubuh Gracia ke segala arah.

"Iy-iya, apaan? Kenapa dia?"

Feni menghentikan aktivitasnya mengguncang Gracia ke segala arah. Dan membuat Gracia merasakan sensasi pening. Walau hanya sedikit. "Namanya Veranda. Jessica Veranda. Anak kelas 12 IPA-2. Gillaaa! Anak IPA, Gre! IPA!!—"

"Stttt! Iya, Feni, biasa aja kali, ah."

Gracia langsung menyeret Feni ke kelas sambil membungkamnya setelah menyadari orang-orang di sana memandangi mereka heran. Terutama para senior yang mulai berbisik, sedangkan Gracia hanya memamerkan deretan giginya yang lebih mengarah pada senyum terpaksa.

"Ish, Gracia apa-apaan sih? Sesak tahu nggak?" celetuk Feni sesasat setelah Gracia melepaskan bungkamannya di kelas.

Gracia hanya mengendikkan bahu lalu berjalan ke arah bangkunya.

Tunggu!

Tas teman sebangku Gracia kenapa menjadi warna hitam dengan garis merah? Bukannya warna pink dengan gantungan kunci warna ungu? Itu bukan tas-nya Shani, tapi—

"Frans?" gumam Gracia saat cowok itu duduk dengan santainya di bangku sebelah Gracia. "Frans?!" pekik Gracia tidak percaya.

"Ngapain lo di sini?!" Jerit Gracia seperti orang kesetanan saat benar-benar sadar bahwa yang duduk di sebelahnya itu memanglah Frans. Cowok pendiam tapi gesrek itu hanya menyeringai sambil menunjuk papan tulis yang tertera tulisan:



'MULAI SEKARANG DUDUKNYA HARUS COWOK CEWEK ! GAK ADA PENOLAKAN ATAU LO SEMUA GUE DEPORTASI KE KELAS 10 !

-MARIO
(Ketua Kelas)


"Hah?" Lutut Gracia lemas begitu saja. Pasti Gracia salah kirim ke anak laki-laki kemarin. Pasti.

"Lo kenap—"

"Stop, Frans, jangan buat gue beneran jatuh cinta sama lo." ujar Gracia sambil menaruh tasnya di bangku dan pergi ke luar menuju loker untuk mengambil buku yang tertinggal.

***

Mata Gracia membulat sempurna saat melihat kakak kelas pendiam-aneh-dan-menyebalkannya baru saja membuka loker dan bersamaan dengan keluarnya puluhan surat dari dalam lokernya.

Oh tunggu, sejak kapan Gracia menambahkan kata 'nya' di belakang kalimat yang mendiskripsikan kakak kelas bernama Veranda itu? kakak kelas pendiam-aneh-dan-menyebalkannya. Memang Veranda itu miliknya?

Bel masuk yang berbunyi nyaring berhasil menyadarkan Gracia yang sudah jatuh dalam pesona kakak kelas berkaca mata yang sedang membereskan sampah surat yang berserakan di lantai. Membuatnya menerjap beberapa kali lalu memaksakan kakinya untuk mengarah ke lokernya.

Gracia mengumpat dalam hati saat menyadari lokernya tepat berseberangan dengan loker milik Veranda yang kelihatan sangat rapi jika di perhatikan Gracia. Sejenak Gracia menatap isi lokernya lalu kembali menatap isi loker milik Veranda. Jauh berbeda.

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang