Gracia baru saja menyesap habis milkshake-nya. Sepertinya malam ini adalah malam terindah di minggu ini. Makan makanan kesukaannya, bersama seseorang yang dia kagumi dari dulu.
"Thanks ya, Mids, buat malam ini." Gracia tersenyum manis.
Hamids mengangguk. "Ya, apa sih yang engga buat kamu?"
Duh, gesrek, batin Gracia. "Sa ae, Mids."
Hamids terkekeh geli melihat pipi Gracia yang merah padam, seperti kepiting rebus. "Ng, Gre, aku mau ngomong." ucap Hamids serius, membuat Gracia kembali menengadah dan menatap cowok itu. Hamids meraih tangan Gracia dan mengusap punggung tangannya. "selama ini kamu anggap aku sebagai apa, hmm?"
Gracia terdiam sejenak, lalu tersenyum penuh arti di detik berikutnya. "Kamu maunya aku anggap apa?"
Hamids pura-pura berfikir. Padahal dia tahu apa yang akan dia katakan. "Hmm, kita 'kan udah lama temenan," Hamids menatap lembut Gracia. "Jadi.., aku suka sama kamu, lebih dari teman."
Entah kenapa virus lola Gracia lenyap malam ini. Dia tahu kemana arah pembicaraan ini. "Aku juga suka sama kamu." Gracia tersenyum.
Hamids menatap Gracia dengan mata berbinar. "Jadi sekarang kita...?"
"Pulang." Gracia menarik tangannya dan membereskan barangnya—Handphone—dan memasukkannya ke dalam tas kecilnya.
"Hah? P-pulang?"
"Hahaaha, iya pulang." Gracia tersenyum manis sambil berdiri dari duduknya.
"Terus? Hubungan kita?"
"Hahaha, terserahlah mau kamu bawa ke mana." Sekarang gadis penyuka warna ungu itu berjalan menuju kasir untuk membayar. Sambil terkekeh geli.
Tapi dengan cepat Hamids—yang entah sejak kapan berada di sebelah Gracia—menahan tangannya saat ingin mengeluarkan uang dari dompetnya. Hamids langsung mengeluarkan uangnya sendiri dari dompet dan langsung membayarnya.
"Yah, Mids, sekali-kali lah. Masa kamu terus yang bayar? Gak asik, ah," Gracia memayunkan bibirnya.
Hamids tersenyum setelah menerima kebalian uangnya, lalu menatap Gracia dan menggandengnya keluar restaurant. "Gak papa, lah. Kamu 'kan kebahagiaan aku. Hahaha!"
***
"Napa lu, Frans? Muka di tekuk gitu? Pake mampir ke rumah gue segala? Waahh.. mentang-mentang bonyok gue gak di rumah, main nyelonong masuk aje lu. Udah malem juga, gue kira maling, untung kagak gue timpuk wajan pala lu."
Frans membiarkan Mario bicara sepuasnya. Sedangkan dia sendiri juga bingung kenapa dia tiba-tiba datang ke rumah Mario. Padahal si Mario duduk di sofa ruang tamu ini masih dengah wajah pucat melas. Frans galau.
"Oi, Kang Somai. Napa lu??? Galau hah??"
"Hmm,"
"Oh.. jadi bener nih kata Nabil, lo lagi PMS ye?"
Frans memutar bola matanya malas. "Napa sih hari ini gue di katain PMS mulu? Gue masih normal!" sungut Frans. "Udah ah, lo balik tidur sono, gue mau pulang aja." Lanjutnya sambil berlalu keluar rumah Mario.
"Wah.. bener-bener PMS ni orang."
"Gue denger ya!"
***
"Frans!" bentak Veranda kesal. "Kapan selesainya kalau itu di makan terus? Duhh.. hari ini kamu nyebelin deh. Masalah pribadi nggak usah di bawa baper, dek." sungut Veranda. Perempuan itu langsung mengambil bungkus mie instan yang masih ada mie di dalamnya dari genggaman Frans. Cowok itu memakan mienya tadi. Sambil ngelamun. Plus muka melas kek orang melarat.
"Ck, kayak dulu dia nggak gitu." gumam Frans sambil menompang dagunya di meja pantry.
Veranda mematikan kompornya. "Frans, aku nggak mau bahas itu, oke? Dan aku nggak mau hal itu kejadian lagi." Veranda menghela nafasnya kasar sambil meletakkan sepiring mie goreng itu di meja pantry lalu menyodorkannya pada Frans. "Itu beda dengan kasus kamu yang ngalami masalah cemburu. Aku depresi, Frans. Masalahnya beda."
Frans melirik kakaknya itu. "Kok tau aku lagi cemburu?"
Veranda terkekeh. "Kamu kira aku nggak pernah ngalami yang namanya cemburu, hmm? Dia yang bikin aku jatuh cinta, tapi dia malah udah punya orang lain. Sekarang giliran dia udah milik aku, dia pergi. Ninggalin aku dan semua jadi sad ending. Udah 'kan? Aku hancur."
Kini Frans yang terkekeh. "Kakak tuh selalu masuk perangkap aku dengan mulus. Bay the way, secara tidak langsung, bukan aku yang nyuruh kakak cerita." Frans menyeringai bangga, "kakak yang baper sekarang."
Yup! Memang Kang Pancing si Frans. Turunan mantan kakak iparnya dulu. Dia yang ngajarin Frans cara mancing orang buat cerita masa lalunya, and this work to everyone. Termasuk kakak bahkan keluarganya sendiri.
"Sumpah ya dek, kamu nyebelin hari ini," bukannya marah, Veranda mencubit pipi adiknya yang kini sedang mengunyah makanan. Lalu beranjak dan pergi ke kamarnya.
Frans mengekor pada Veranda lewat matanya, "Aneh."
***
"Frans galau~ uwowowow!"
"Lanjut, Yo! Tarikkk manggg! Eak!"
Kini dua sejoli Nabil dan Dyo sedang menari-nari gaje di depan kelas, seakan mereka sedang mengadakan konser untuk mengisi jam kosong siang ini. Mereka menyanyi secara asal dengan menyangkut-panutkan Frans yang sedang di landa galau. Sedangkan cowok yang sedang di bicarakan itu malah berdiri di luar kelas, menatap lapangan sekolah dengan menumpukan tangannya di tembok pembatas, karena kelas nya di lantai dua.
"One, two, three, four! Frans galau~ Frans galau~ Frans galau~ di tinggal Gracia..!"
Mungkin jika dalam film-film anime, ada tanda perempatan merah di kening cowok itu. Bahkan suara Nabil dan Dyo yang masih asik berkonser ria di dalam kelas terdengar sangat menyebalkan di telinga cowok itu.
HuftGre..
"Rasa sayang yang terus menerus meluap, sekarang si Frengki Galau~!!"
Frans makin memperdalam kerutan di keningnya sambil memasang ekspresi se-bete mungkin. Frans mendengus kesal. Oke, kali ini dia benar-benar ingin menyumpali Nabil dan Dyo dengan surat-surat penggemar kakaknya. Dari pada di buang dengan sia-sia, lebih baik di gunakan untuk menyumpali mereka. Frans berbalik dan—
Bruk!
"Aw, S-sorry." Gadis yang tak sengaja bertabrakan dengan Frans itu menerjap beberapa kali saat melihat cowok itu mengusap hidungnya yang memerah. "M-maaf."
"Ya." Jawab Frans singkat, lalu berjongkok untuk mengambil buku cewek yang menabraknya tadi, yang berserakan di lantai. "Nih. Gue juga minta maaf."
Cewek berkacamata itu menerimanya, lalu tersenyum sesaat Frans pergi melewatinya kembali masuk ke dalam kelas. Bukan karena malu apa semacamnya, tadi pengelihatan cowok itu menangkap kedatangan Bu Melody dengan tatapan sinis sedang berjalan di belakang cewek itu. Karena tak mau mendapat masalah dan harus berurusan dengan guru killer itu, Frans memilih cepat-cepat masuk. Dan menyuruh duo sejoli Nabil dan Dyo untuk berhenti konser dan segera duduk. Kelas berubah menjadi kuburan.
"A-adududuh!" Frans terkekeh mendengar seseorang memekik dari luar sana. Kalian ingat 'kan kebiasaan Melody yang akan menarik telinga siapapun yang tidak mematuhi menuju ke ruangannya? "B-bu, Maaf-maaf. Tadi Bu Nat minta saya mengambil buku di perpustakaan."
"Kamu tuh ya, jangan mentang-mentang pegang status murid teladan bisa keliaran seenaknya di luar." Melody mendelik tajam pada cewek berkacamata itu. "Tadi Ibu lihat kamu ngobrol sama Frans," lanjutnya sambil menarik nafas dalam dalam. Dan..
"FRANSISCUS! KAMU IKUT KE RUANGAN SAYA!"
Waduh.. salah juga? batin Frans.
To Be Continued
Ps. Hbd Kinaruuu~
Ga ada note 🙈🙊maap molor..
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer in Love
FanfictionKalau kata Frans, bahagia itu mudah. Bisa lihat Gracia senyum dan tertawa adalah kebahagiaan tersendiri. Omong-omong, Frans suka sama Gracia.