Part 20

422 34 16
                                    

“Kok kamu tahu kalau Frans mau dihajar?” tanya Gracia pada Zara—dia masih menunggu Veranda yang katanya ingin mengantar pulang. Kini mereka ada di kamar Frans.

“Aku tahu dari Kyla—kakak aku.” jawab Zara. “Waktu itu dia bilang, pas di kantin, nggak sengaja denger obrolannya kakak kelas yang duduk di bangku belakang. Terus, tiba-tiba mereka ngomongin Kak Frans sama Kak Gracia. Denger namanya Kak Frans disebut, akhirnya Kyla nguping, tuh, rencana mereka.

“Salah satu dari mereka ngomong kalau bakalan ngehajar Kak Frans di belakang sekolah. Setelah itu Kyla telpon aku dan suruh ngomongin ke Kak Frans buat nggak usah dateng ke belakang sekolah.”

“Lah, terus, kenapa lo nggak ngomong ke gue?” Frans menyahut.

Lantas, sepupunya itu meringis, “Lupa, hehe.”

Frans mendengus. “Seharusnya l—”

Ucapan Frans terpotong saat suara teriakan Veranda terdengar, “Zara, ayo! Aku udah siap!”

Hari ini menyebalkan. Sepertinya Frans sedang tidak beruntung sekarang. Ia hanya menghela napas saat Zara berdiri dari duduknya di tepi ranjang bersama Gracia. Lalu, sepupunya itu menerjap ke arah Frans.

“Kak..”

“Hm?”

“Pintunya jangan ditutup!” sepersekian detik setelah mengatakan hal itu, Zara langsung melesat pergi keluar kamar. Haruskan Frans bersabar sampai film Dilan tayang di televisi? Kadang Frans bingung, tante-yang-merangkap-menjadi-gurunya itu ngidam apa, sih, waktu mengandung Zara? Kenapa anaknya menyebalkan?

Frans menengadah dan tersadar dari lamunan saat Gracia berdiri dari duduknya. Ia mengambil tas dan menatap Frans kemudian, “Kayaknya gue harus pulang. Udah sore.”

“Makasih udah anterin gue tadi.” kata Frans lalu terkekeh, “kapan-kapan gue beliin coklat.”

Gracia memutar bola matanya, “Lo tahu Frans, kalo wajah lo nggak lebam kayak gini, gue mau—”

“Cium?”

“Tabok!” lalu Gracia menarik telinga Frans gemas, “lo nyebelin juga, yah, ternyata.”

Frans terkekeh kecil. Gracia adalah pribadi yang cukup menyenangkan setelah diamati lebih jauh lagi, membuat Frans gugup saat 'berdua' bersamanya. Kapan lagi dia bisa bercanda dengan Gracia? Mereka hanya sering adu mulut, ingat? Bahkan untuk menuruti kemauan Gracia yang mengajaknya ke kantin tadi, Frans sudah sangat gugup. Dia ingin mati saja.

“Mau dianter sampe depan?” tanya Frans, coba melakukan usulan dari Nabil yang menyuruhnya perhatian.

Gracia menggeleng, “Lo harus istirahat. Gue... gue bisa ke depan sendiri.”

“Lo yakin?”

“Frans, depan rumah lo itu bukan di Bandung. Gue bisa ke sana sendiri.” ulang Gracia sekali lagi, sampai akhirnya pemuda itu mengalah dan membiarkan Gracia keluar kamar setelah berpamitan dan menutup pintunya.

Frans menghela napas berat. Mungkin benar, dia harus istirahat. Tak bisa dipungkiri, Hamids memang sakit jika memukul, bahkan perut Frans masih terasa nyeri sampai sekarang.

Tidur adalah pilihan terbaik saat ini.


***


“Loh, sudah mau pulang, Gre?”

Saat menuruni tangga, kebetulan Gracia berpapasan dengan Frieska yang membawa beberapa perlengkapan untuk mengobati Frans. Gadis itu tersenyum manis dan menyalami tangan Frieska.

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang