Part 2

836 68 3
                                    

Setelah sekian lama, hujan kembali membasahi daerah Ibukota. Walau hanya gerimis. Siang ini Gracia lupa membawa payung dan kebetulan kedua orangtuanya tidak bisa menjemput. Boby masih ada urusan di kantor, sedangkan Shania masih sibuk dengan urusan café-nya yang entah mengapa tiba-tiba kedatangan banyak pelanggan. Padahal ini musim hujan, mereka malah pergi-pergian keluar rumah.

Oke, kembali ke Gracia.

Kini dia terjebak di dalam mobil bersama Frans. Ya, Frans. Cowok itu tadinya tidak ingin mengganggu Gracia—walau hanya sekedar menyapa—saat mendapati gadis itu melamun di dekat pos satpam.

Setelah perdebatan panjang karena Frans tetap ngotot ingin mengantarkan Gracia pulang—plus PDKT—dan Gracia yang menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan, akhirnya Gracia kalah debat dan terpaksa mengiyakan ajakan Frans.

Dan jadilah sekarang Gracia terjebak dalam mobil dengan keadaan hujan deras diluar sana, bersama Frans.

"Frans," Panggil Gracia lirih saat mobil yang di kendarai Frans berhenti di lampu merah. Frans menoleh. "Lo pernah benci sesuatu nggak?"

Waduh, ntar dia benci sama gue.

"Ng, pernah. Napa?" Frans langsung mengalihkan pandangannya ke depan saat Gracia memergokinya sedang menatap dirinya.

"Gak. Cuma tanya." Gracia menunduk. "Cuma mau bilang, aku benci hujan."

Tunggu. Sejak kapan Gracia bicara aku-kamu saat bersama temannya?

Frans melirik Gracia sejenak, lalu segera melajukan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah hijau. "Kenapa?" tanyanya. Kali ini tanpa menoleh maupun melirik Gracia, Frans tak mau dirinya tiba-tiba ngeblank lalu mendapati dirinya menabrak pembatas jalan saat sadar. Dia tak mau!

"Hujan.. ambil kakak aku." lirih Gracia.

"Ng, Gre, aku nggak mancing kamu buat cerita loh ya, ntar kalo sampe rumah aku dituduh ngapa-ngapain kamu karena kamu nangis, aku nggak mau ya."

Oh tunggu. Bicara tentang rumah...

Gracia membelalakkan matanya. "Astaga, Frans! Café-nya kelewatan!"



***




Pintu Café itu berdenting saat ujungnya menyentuh lonceng di pojok kanan atas ambang pintu, menandakan bahwa seseorang datang. Shania—yang saat itu baru saja keluar dari dapur—nampak tersenyum jahil pada Gracia saat gadis itu mengajak seorang cowok duduk di meja bar.

"Loh, Gre. Ini siapa?" Shania membuat mimik mukanya semanis mungkin—yang nyerempet ke ekspresi tengil bagi Gracia—sambil menumpukan kedua tangannya pada meja.

Gracia mendesis samar. Dia tahu hal ini akan terjadi jika Frans ikut ke Café. Ya, tapi mau bagaimana lagi? Di rumah sepi, hanya ada Bi Inah yang mungkin sekarang sibuk di dapur. Gracia tak mau hanya diam berduaan dengan Frans. Tadi Frans mau langsung pulang saja, lagipula masih hujan, alasan Gracia yang membuat Frans akhirnya ikut Gracia ke tempat ini.

"Namanya Frans. Teman sekelas—"

"Dan sebangkunya Gracia." potong Frans cepat sambil melempar senyum yang tak kalah lebarnya dari Shania.

Shania mengangguk-angguk seperti boneka pajangan di dashboard mobil. "Oh, Mamanya Gracia."

Setelah sesi jabat tangan antara Frans dan Shania, Gracia lebih menjadi sosok yang pendiam. Merasa seakan dirinya hanya menjadi nyamuk saat Shania dan Frans malah bercanda ria. Ya kali, calon mertua—eh.

Ye. Ini malah, anaknya siapa, yang diajak ngobrol siapa.


***


Feni : Gre, gw punya update baru tentang k Pe

Anin : Wah.. ini nih. Udah paan beritanya?

Feni : Ini nih, ekhm. Bagi kalian yang jadi secret adminernya jangan kecewa ye. Bagi kalian yg suka kirimin surat, jangan harap di baca ka Ve lo!
Feni : tadi gw lihat dengan mata kepala sendiri kalo kak Ve itu buang surat-suratnya di tempat sampah yang ada di belakang sekolah.

Fen, lu buntutin dia gitu ceritanya?

Feni : ya namanya usaha Gre. Ini juga demi mereka yang jadi secret adminernya di grup ini.

Shani : Ya kali. Eh ini grup anggotanya cuma empat orang, dan yang paling kepo tentang k Ve di sini cuma Anin.

Anin : Nggak juga tuh, 'kan yang cari informasi si Feni. Jadi dia yang kepo dong..

Jadi menurut lo Feni juga diem-diem ketarik jadi secret adminernya kak Ve gitu?

Anin : Yap! Tumben lo pinter, Gre

Feni : Yeeee! Gak gitu juga kali, Neng! Ini juga demi kelangsungan hidup lo, Nin.

Shani : Ish! kok jadi lebay sih?


Gracia terkekeh membaca pesan-pesan yang di kirimkan teman-temannya. Ya setidaknya itu bisa mengurangi rasa bosannya selama hujan masih membasahi Bumi. Frans? Cowok itu masih bertahan di café ini, tidak mau basah lalu sakit, katanya. Padahal mah dia mencari kesempatan dalam kesempitan. Itu cuma alasan buat cari wifi gratis. Percaya deh.

Kini mereka pindah dari meja bar ke salah satu meja di dekat jendela yang menyuguhkan pemandangan basah Ibukota.

Dan membuat gadis penyuka warna ungu itu sedikit terusik dengan suara hujan.

Gracia meletakkan ponsel lalu menatap cowok di depannya itu. "Frans," panggilnya. "Lo nggak pulang?"

Frans yang sedari tadi masih sibuk dengan gamenya akhirnya menengadah dan balas menatap Gracia sejenak, lalu menoleh ke luar. "Masih hujan." lirihnya. "Kamu ngusir aku?"

Gracia sedikit tersentak saat Frans bicara aku-kamu dengannya. Biasanya 'kan lo-gue. "Ng-nggak kok." Gracia langsung membuang pandangannya ke luar lewat jendela.

Entah kesambet setan apa, tiba-tiba tawa Frans meledak. "Hahaha! Lo kayak kakak gue, sumpah! Tsundere banget sih? Udah gitu suka gembungin pipi lagi," katanya sambil menirukan Gracia yang tadinya menggembungkan pipinya. "Hahahaha!"

Gracia menunduk. Oh tunggu, Frans bilang 'kayak kakak gue, sumpah!'. Mumpung virus lola-nya Gracia sedang cuti, dia langsung mengangkat kepalanya dan menatap cowok itu lekat-lekat. Membuat Frans berhenti tertawa.

"A-apa?"

"Lo punya kakak?" Sahut Gracia cepat.

"Punya. Napa? Mau jadi adik ipar-nya, gitu?" Frans menaik turunkan alisnya genit.

"Adek ipar?" ulang Gracia sambil mengernyit. "Eh, enggak! Kita kenal masih satu tahun ya, Frans!"

Frans menyeringai. Seperti dugaannya, Gracia akan masuk dalam perangkapnya. "Lah, kenapa emang?"

Uh, ekspresi itu membuat Gracia ingin mencakar wajah Frans sekarang juga.

"Udah, ah! Ntar kalo di terusin pasti ngarahnya ke sana." Frans kembali terkekeh saat menyadari Gracia benar-benar masuk dalam perangkapnya. "Sekarang jawab! Lo punya kakak?"

"Punya, Gracia Sayang."

Gracia memutar bola matanya malas. "Sekali lagi gue denger loe ngomong gitu, gue tendang dari sini!" Gracia berdusta, padahal nih ya, jantungnya udah dangdutan.

"Iya-iya. Gue punya kakak."

"Namanya?"

"Jessica Veranda."










To Be Continued...






Jadi, ini part ter-gj yg pernah aku buat :v

Wajar aja kalo jelek dan gak nyambung, msih belajar =] Udah ya gitu aja

See u on next part ^^

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang