Part 6

520 47 4
                                    

Frans meneguk habis air di botolnya, lalu kembali meletakkannya di meja kantin. Sungguh, cewek yang sekarang duduk di depannya itu membuat Frans juga ikut di hukum karena keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung. Bay the way itu sih katanya Bu Melody. Cewek yang di ketahui bernama Elanie—yang notabennya adalah kakak kelas Frans dan teman seangkatan Veranda—itu berjanji menraktirnya sebagai tanda permintaan maaf karena membuat Frans ikut di hukum. Dan kini Elanie sedang menepati janjinya.

Mereka tadi di hukum sampai jam pulang. Kebetulan hanya satu jam. Hei, ternyata cewek mungil yang kelihatan seumuran dengan Frans ini lebih banyak diam sambil mengamati setiap inci wajah Frans, membuat pemiliknya sedikit merasa risih.

"Kenapa, Ci? Ada yang salah sama gue?" Frans meraba wajahnya, memastikan tak ada kotoran di wajahnya.

Elanie terkekeh. "Nggak kok. Ternyata adiknya Ve boleh juga." ucapnya sambil tersenyum.

Frans mengerutkan keningnya. Bukan bingung, dia hanya mencoba mencari kebenaran dari kata kakak kelasnya itu barusan.

"Nggak usah di pikirin. Cuma canda, Frans." jelas Elanie.

"Frans!" Suara melengking itu memancing perhatian dua sosok yang masih mengobrol ria disana, membuat mereka mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Nabil. Cowok itu langsung duduk seenak jidat di sebelah Frans.

"Yaudah ya, aku duluan." Elanie beranjak dari duduknya meninggalkan Frans dan Nabil. Khusus untuk Nabil, dia sedang melongo bego melihat salah satu kakak kelas populernya itu dari kantin.

"Gila lo, Frans! Gracia gak dapet, Ci Ilen loe embat!" sembur Nabil yang langsung pindah duduk di depan cowok itu.

Frans berdecak. "Siapa juga sih yang ngembat dia?" Frans memainkan tutup botol yang masih terpasang di mulut botol di depannya itu. "Malez. Gue setia kok."

"Yeee.. Kang Somai," sindir Nabil. "Lo tuh ya. Oke, gue bilangin si Nyai kalo lo itu Playboy."

"Enak aja! Palingan juga lo yang playboy." Frans menompang dagunya sambil memutar malas bola matanya.

"Eh, Kang Somai, gue itu bukannya playboy, cuman kagak laku-laku doang." Nabil ikut menompang dagunya di atas meja.

Frans terkekeh kecil, lalu bangkit dari duduknya. "Kang Bajaj," Panggil Frans. "Lo lihat deh loker lo, udah ada suratnya tuh. Ohh... atau jam tangan lagi? Hahahaha!"

Frans melirik jam tangan Nabil yang katanya adalah pemberian secret adminernya. Dan semua teman sekelasnya tahu bahwa satu-satunya secret adminer Nabil yang setia hanyalah satu orang, Gaby, anak kelas sebelah. Dan baru saja Frans melihat Gaby keluar dari koridor yang di penuhi loker itu. Kebetulan beberapa hari lalu, Frans, Dyo dan Mario berhasil memergoki Gaby yang meletakkan surat di loker Nabil.

Kembali ke Frans.

Kini cowok itu berjalan santai sambil senyum-senyum gaje menuju parkiran. Tak memperdulikan tatapan sinis dari Sang Kakak yang sudah menunggunya sampai lumutan di dekat mobil. Sekarang Veranda menyesal telah memberikan kunci mobilnya pada Frans. Dan dia tak akan memberikannya lagi pada adiknya itu.

"Kemana aja?"

"Ke kantin. Si Nabil galau dan yang seperti kakak tau, tadi aku di hukum bareng Ci Ilen." Frans memutar malas bola matanya, mengingat kakaknya tadi malah menertawainya saat lewat untuk mengambil berkas-berkas di ruang OSIS.

Veranda kembali terkekeh. "Hahaha, yaudah, bukain gih mobilnya."

***

"Nih," seseorang menyodorkan sebuah cone ice cream dengan ice rasa vanila di atasnya. Gracia tersenyum lalu menerimanya.

"Thanks, Mids."

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang