"Frans, pulang!" seru seorang yang tak lain adalah Frans sendiri, saat dirinya baru saja memasuki rumah. Frans menghempaskan tubuhnya ke sofa, langsung tiduran macam orang tidak pernah tidur dua minggu.
Veranda, seperti yang kalian ketahui, dia masih ada rapat OSIS. Sedangkan Mamanya, atau kita panggil saja Frieska, adalah orang tua tunggal semenjak Suaminya meninggal satu tahun lalu. Sekarang Frieska bekerja di perusahaan yang sama dengan Boby, tapi sepertinya mereka belum saling mengenal dekat.
Frans kembali dalam posisi duduknya saat mendapati ponselnya terus bergetar tanda pemberitahuan dari aplikasi warna hijau dengan suara 'Lain' itu terus berbunyi.
Nabil : gimana lu bro? Sama Gre? Berhasil gak?
Nabil : Frans.
Nabil : Fransiscus!!
Nabil : Frans tikus! Kampret lo!
Paan?
Nabil : et dah, singkat amat bang. Itu, lo sama Gracia, gimana? sukses?
Apanya?
Nabil : wah.. jangan ngajak tubir lo Kang Somai
Nabil : Denger ye, gue and the girls (terutama temennya si Gre) ngedukung lo kok kalo lo mau pacaran sama dia. Sumprit. Suer.
Nabil : tapi lo inget, bro. Lo punya saingan.
Sapa?
Nabil : tuh, anak SMA sebelah, si Hamids. Denger-denger ye, si Gre tu suka sama tuh cowok.
Nabil : eh Kang Somai, dari tadi lo jawab singkat padat tapi gak jelas. yang panjangan dikit kek, sini ngetik capek cuy, belom kuota abis buat ngechat lo sebanyak ini. Lagi bokek, Frans, bokek!
Ya trus?
Nabil : besok traktiran lah, ngerayain hari pertama lo berusaha cairin hatinya Grecot.
Nabil : gue ntar ngadain syukuran deh kalo lo bisa pacaran sama Gre. 😎
Kgk mau.
Nabil : sumpah ye Kang Somai, ini kuota gue sekarat, trus gue juga kena bencana kanker nih. KANtong KERing. Kasian lah.. dikit napa.
Gak.
Frans melempar handphonenya asal ke sofa. Membiarkan notifikasi aplikasi hijau itu terus berbunyi. Sedangkan dirinya kembali terlelap tidur.
***
"Frans," seseorang menyentuh bahu Frans. Membuat cowok itu sedikit terusik. "Bangun, mandi, terus anterin aku ke minimarket."
"Hm," Frans meregangkan otot-ototnya sejenak. "G-Gre?"
Frans menerjapkan matanya berkali-kali. Sampai dirinya benar-benar sadar.
"Oh, kak Ve." gumamnya.
"Gre? Siapa Gre? Pacar kamu?" Pertanyaan dari Veranda itu berhasil membuat Frans benar-benar terbangun dari tidurnya. Dia langsung duduk tegak di sofa.
"Bukan lah!" Sahut Frans cepat. "Tapi maunya sih gitu." gumamnya.
"Hmm, ya, udah deh." kata Veranda. "Eh, cepetan mandi, ntar anterin aku ke minimarket. Disuruh Mama, tadi Mama telpon terus bilang nanti pulangnya agak malam."
Frans menganggukkan kepalanya beberapa kali seperti hiasan di dashboard mobil, sambil berjalan ke kamar.
***
Kini Frans sedang berjalan dengan troli belanjaan dan juga list barang-barang yang akan dia beli dari Veranda. Sedangkan Veranda sendiri berada di tempat buku. Di balik sikap dingin dan pendiamnya, ada satu sisi yang belum di ketahui semua orang, Veranda itu kadang bisa bersikap jahil. Lihat 'kan bagaimana dia menyuruh Frans membeli persediaan makanan sedangkan dirinya sibuk mencari buku novel?
"Buah, mie instan, telur, daging, ... sayur?" Frans mengernyit setelah membaca tulisan di list terakhir. "Udah tahu gue nggak suka sayur masih aja. Untung cantik lo kak."
Frans kembali berkutat dengan belanjaannya. Kalian tahu 'kan rasanya disuruh beli persediaan sebanyak itu? Sendiri?
"Eh, Frans? Belanja lo?" merasa di panggil, cowok yang tak kalah aneh dengan kakaknya itu menengadah, mendapati Gracia berdiri di depannya. Frans menarik sudut bibirnya ke atas.
"Ya, kaya yang lo lihat." Frans mengendikkan bahunya. "Sama siapa? Sendiri aja?"
Gracia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe, sama Hamids."
Senyum itu lenyap dari wajah Frans mendengar apa yang diucapkan Gracia, ditambah kehadiran cowok bernama Hamids itu sambil membawa dua cone es krim. "Nih. Oh hei, siapa Gre?" Katanya.
"Oh, ini Frans. Frans, ini Hamids." Jawab Gracia mengenalkan mereka.
Seperti biasanya, setelah sesi jabat tangan dengan Hamids, sejujurnya Frans ingin segera kabur dari tempat itu jika saja Gracia tidak menahannya. Apalagi mendengar cara bicara Gracia yang menggunakan aku-kamu dengan Hamids. Sedangkan pada dirinya lo-gue.
"Udah ditunggu kakak gue, Gre. Gue buru-buru." Frans berdusta. Membuat sedikit ekspresi kecewa di wajah Gracia.
"Oh, iya deh." lirihnya.
"Yaudah, gue duluan, Gre, Mids." Ucap Frans lalu pergi dari sana. Sepertinya urusan buah akan di lakukan belakangan saja, pikirnya.
"Mm, siapa Frans tuh?" tanya Hamids sambil berjalan keluar minimarket, bersama Gracia tentunya. "Aku ngerasa ada yang aneh dari dia."
"Dia temen sekelas aku, dan... emang aneh dia. Hahaha," Gadis penyuka warna ungu itu bergelanyut manja di lengan Hamids dan menyandarkan kepalanya di bahu Hamids. "Mids, laper.."
"Oh yaudah, yuk cari tempat makan, sekalian makan malam. Gimana?"
"Yuk ah." Gracia tersenyum dan di balas dengan senyum lebar Hamids.
Sementara itu, mari kembali ke Frans...
"Paan sih yang kurang dari gue?" gumam Frans sambil memilih-milih mie instan dan memasukkannya ke troli. "Kok jadi serba salah sih gue?" Sungutnya. "Udah gitu suruh belanja ginian lagi. Ck, ah. Kzl wa."
"Frans!" Merasa di panggil, untuk ke sekian kalinya Frans kembali menengadah dan mendapati kakaknya sedang tersenyum lebar ke arahnya dengan sebuah buku di tangan kirinya. "Udah belanjanya?"
"Belom, tinggal sayur." jawab Frans ketus.
"Loh? Kok jutek banget sih? Kenapa, hm?" Veranda sedikit memiringkan kepalanya ke kiri. "PMS ya?"
Entah dari mana muncul pemikiran seperti itu. Ternyata sepintar-pintarnya orang akhirnya bisa bego juga. Dan ini pertama kalinya Frans berani memukul kakaknya. Dengan mie instan yang baru diambilnya dan langsung di masukkan ke troli.
"Gini-gini aku masih normal, kak." Frans memutar malas bola matanya.
Veranda terkekeh, "Yaudah yuk, beli sayur." ucapnya mengambil alih troli belanjaan dan menuju spot sayuran.
To Be Continued
[A/N]
Update!!! Oiya, selamat hari raya Natal bagi yang merayakan!! Damai Natal bersamamu ☃🎄🎁🎁
Maaf kalo ada typo dan ga nyambung :) kurang greget yah?
25/12/16

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer in Love
FanfictionKalau kata Frans, bahagia itu mudah. Bisa lihat Gracia senyum dan tertawa adalah kebahagiaan tersendiri. Omong-omong, Frans suka sama Gracia.