Part 13

450 42 26
                                        

"Gre oper, Gre! Aku kosong!"

Gracia bola memantulkan bolanya ke dasar, melakukan passing bawah. Bola di tangkap Naomi, gadis itu langsung mendribble bola maju. Iya, Naomi.

Tapi bukannya kelas duabelas udah gaboleh ikut event ya?

Iya, sih. Ini cuma latihan, dan Pak Dika yang menyarankan latihan dengan para senior. Katanya agar mereka bisa belajar banyak dari senior.

Peluit berbunyi nyaring di udara, pertandingan berakhir tepat di detik-detik terakhir Naomi mencetak skor. Tim Naomi bersorak lalu melakukan hi-touch dengan tim lawan.

"Ayo sini-sini kumpul." Pak Dika memanggil, dengan kompak mereka yang ikut latihan di hari Sabtu pagi ini berkumpul mengelilingi Pak Dika. "Permainan bagus kalian, cuma kerja samanya masih kurang. Tadi saya lihat masih banyak yang main individu. Kalau kalian terkepung, oper ke temen, dan kalian juga harus peka, sadar keadaan temen kalian yang kepepet."

"Iya, coach."

"Dah, latihannya sampai sini dulu. Besok coach tunggu dilapangan, oke? Jamnya sore." dan setelah mereka menjawab kompak, selesailah latihan pada pagi ini.

Tampak satu per satu dari mereka berhamburan keluar lapangan, mengambil tas mereka yang ada di sisi lain lapangan lalu pergi meninggalkan lingkungan sekolah. Dan saat itu, Gracia menemukan Hamids sedang duduk diatas motornya dengan senyum mengembang.

Gracia tetap pada ekspresinya yang biasa saja. Gadis itu kembali teringat tentang cerita Feni, membuat kadar kepercayaannya pada Hamids berkurang beberapa persen. Gracia tulus, Hamids main-main. Kalian tahu rasanya di kecewain, 'kan? Ga enak!

"Mids, aku mau ngomong." ucap Gracia to the point saat dia sudah berdiri di depan cowok itu, membuatnya terkejut.

"Ng-ngomong apa?"

"Tapi nggak disini."

Dengan begitu, Hamids segera melajukan motornya ketempat yang Gracia maksud. Dari arahan yang diberikan Gracia, sepertinya mereka menuju rumahnya. Tapi dugaan Hamids sedikit meleset, Gracia mengajaknya ke taman kecil dekat kompleks perumahannya.

Setelah memarkir motor, mereka mencari spot yang tepat untuk membicarakan entah apa itu, Hamids tidak tahu.

"Duduk." laki-laki itu menurut saat Gracia menyuruhnya duduk di bangku taman. "Aku mau kamu jawab jujur." Hamids mengangguk patuh.

Gracia mengambil handphonenya, membuka galeri dan menunjukkan sebuah foto pada Hamids. Membuat pemuda itu sedikit terkejut.

Itu adalah foto saat Hamids masuk ke toko boneka bersama seorang perempuan yang ternyata juga pacarnya itu. Ingat waktu Feni selesai menelphone dan langsung bertemu Hamids? Dengan cepat ibu jarinya menekan icon kamera dan mengabadikan foto itu tanpa sepengetahuan Hamids.

"Ini apa? Dan dia siapa?"

"E-eh, dia, dia sepupu aku, Gre. Beneran." Hamids mengumpat dalam hati, gawat jika Gracia tahu.

Gadis itu sudah menebak Hamids akan menjawab seperti itu. Keluar dari galeri, Gracia memutar sebuah rekaman suara yang juga dia dapat dari Feni (sepertinya Feni bisa jadi admin comblang yang cukup niat. Buktinya, dari foto sampai rekaman dia punya. Atau jangan-jangan dia salah satu kru acara televisi Katakan Kandas?).

"Mau putusin aku, hm?"

Hamids berdecak, mengacak frustasi rambutnya yang sudah terlihat berantakan. Selanjutnya, dia tidak berani menatap Gracia.

"Kamu tahu, 'kan, cewek nggak suka dibohongin, Mids?" tanya Gracia (mencoba) lembut, "oh, semua orang pasti nggak suka dibohongi. Sekarang, coba kamu yang ada di posisi aku. Gimana rasanya?"

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang