“Aku pacaran sama Frans.”
Shania menghentikan gerakan menata piring di meja makan, lantas menatap Gracia dengan kening berkerut. Kenapa tiba-tiba anaknya berkata demikian? Boby juga ikut mengernyit saat Gracia meliriknya.
“Terus?” tanya Shania bingung.
“Mama ... nggak marah?”
“Ck, ngapain?” Boby mengibaskan tangannya di udara sambil setengah terkekeh. “Mau pacaran atau enggak, itu kan terserah kamu. Yang penting jangan sampai kelewatan.”
Shania mengangguk setuju. “Frans yang ajak kamu makan malam kemarin, ‘kan? Ah, Mama yakin dia baik, kok. Duh, jadi keinget si Keenan.” Shania memegang kedua pipinya sambil tersenyum.
Gracia terkekeh kecil mendengar pernyataan ibunya. Keenan, dia adalah kakak Gracia, yang pernah diceritakan Veranda pada Frans dulu. Gracia juga setuju dengan Shania, Keenan dan Frans memang mempunyai sedikit kemiripan. Mereka sama-sama jail, tapi pintar. Mereka juga bukan bad boy yang diincar seantero sekolah, tapi mereka punya daya tarik tersendiri. Dan dua orang itu, selalu bisa membuat Gracia bahagia.
Namun, di menit berikutnya, Shania merasakan suasana di ruang makan ini berubah aneh. Wanita setengah baya itu pun menghela napas dan duduk di kursinya.
“Jangan sia-sia-in Frans, Gre.” Gracia kembali menengadah saat suara Shania terdengar.
“Aku tahu.” sahut Gracia lirih.
“Anggap aja Frans itu Keenan. Dan dia nggak akan ninggalin kamu untuk kali kedua.”
Mata Shania melotot tidak percaya, pandangannya langsung tertuju pada Boby yang sedang tersenyum. Shania tidak salah dengar, ‘kan? Seorang CEO kaku bernama Boby ini, baru saja mengatakan kata-kata motivasi? Hei, Shania masih ingat kalau beberapa kariawan Boby pernah komplain padanya tentang sikap Boby yang kadang mendadak kaku.
Minta Boby turun pangkat mereka, gawat kuadrat.
“Apa?” tanya Boby saat ditatap seperti itu oleh anak dan istrinya.
Shania terkekeh kecil. “Nggak. Eh, ayo sarapan! Telat bukan salah aku!”
***
Satu bulan berlalu dengan cepat. Dan hari ini, Gracia sedang berada di lapangan basket indoor yang akan digunakan untuk pertandingan.
Tim sekolah Gracia akan bermain beberapa menit lagi, jadi mereka tengah bersiap-siap di ruang ganti. Gracia yang sudah selesai pun pergi keluar ruang ganti dan melirik ke arah lapangan. Suara riuh penonton yang menyaksikan pertandingan terdengar begitu jelas dari lorong ruang ganti. Ini memang bukan kali pertama Gracia ikut pertandingan, tapi tetap saja. Bagaimana kalau Gracia tidak bisa mencerna arahan pelatihnya saat bertanding nanti? Atau, bagaimana kalau tiba-tiba Gracia lupa caranya melempar bola? Sungguh tidak lucu.
Beberapa menit kemudian, suara melengking dari Feni membuat Gracia kembali menerjapkan mata setelah sebelumnya melamun. Gracia menghadap ke belakang dan mendapati teman-temannya sedang berlari.
“Oii!” Feni langsung memukul bahu Gracia keras, membuat empunya bahu mengaduh. “Galau, Mbak? Tenang. Kita ada buat semangatin lo.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer in Love
Fiksi PenggemarKalau kata Frans, bahagia itu mudah. Bisa lihat Gracia senyum dan tertawa adalah kebahagiaan tersendiri. Omong-omong, Frans suka sama Gracia.