Part 10

476 40 1
                                    

"Frans, kamu ngga ada perasaan apa gitu ke Anin?"

Cowok itu hampir tersedak makanan begitu mendengar kalimat yang baru keluar dari mulut Veranda beberapa detik yang lalu. Buru buru dia meneguk air putih di sebelahnya. Anin sudah pulang, jadi Veranda berani membahas hal ini.

"Apa?" tanya Frans yang sudah merasa sedikit baikan.

"Enggak deh, ga jadi." Veranda berjalan menuju wastafel, dan meletakkan piring kotornya di sana. "lupain aja."

"Kenapa kakak ngomong gitu?" Frans menyusul kakaknya ke dapur -tak lupa dengan piring kotornya- selesai dengan urusan makannya. Dia berdiri di sebelah Veranda. "kakak comblangin aku sama dia, gitu?"

Veranda mengendikkan bahunya. Dia sedang mencuci piring. "Well, kalian cocok cocok aja."

"Nggak! Eh, maksudku, kita pernah janji kalo kita bakal terus temenan," Frans bersedekap. "apapun yang terjadi." tambahnya.

Veranda terkekeh, "Enggak mungkinlah. Masa kamu nggak peka, sih, dek?"

"Iya iya, cowok ga pekaan, puas?"

"Ish, ngga gitu. Maksud aku, kalian udah kenal lama, pasti ada lah perasaan apa gitu." Veranda kembali menyela saat Frans hendak berbicara, "mungkin kamu enggak, tapi aku tau, Anin punya perasaan itu."

"Kak, aku nggak suka, ya, di comblangin sama orang yang... yang nggak aku suka."

Okelah, Veranda bisa apa kalau Frans memang ngga ada perasaan ke Anin? Frans udah punya target jika kalian lupa. Dia masih menjalankan proses PDKT secara tidak langsung.

Tapi, gimana ya kalo Frans tau Gracia pacaran sama Hamids?




***




Gracia PoV



Panas. Pak Dika tadi jemur kita di tengah lapangan waktu matahari masih dalam keadaan semangat-semangatnya memberikan sinar ke bumi. Satu lagi, Feni sama Okta, Si Cowok Tiang Penyangga Kelas Sebelah yang mengaku sebagai pacarnya, heboh sendiri waktu aku masih latihan. Mereka berdua duduk dengan so sweetnya di tribun penonton dan teriakin nama aku kayak pas tanding. Aku kan... aku kan malu!

Sekarang, kita bertiga jalan keluar sekolah sambil ngobrol--untuk yang ngobrol, itu cuma mereka berdua. Di sini aku jadi nyamuk.

Panas banget, ya, hari ini. HuftMids..

Ah, Hamids! Dia dengan wajah tololnya sedang melambaikan tangan tinggi-tinggi padaku dari atas motornya. Aku hanya senyum dan menggeleng pelan. Tapi, Feni dan pacarnya itu merusak suasana. Di saat adegan aku sama Hamids lagi pandang-pandangan kayak film FTV, mereka tiba-tiba lewat di depan aku sambil ngobrol.

"Halah, merusak suasana lu berdua!" Hamids melempar mereka berdua dengan... astaga! Kok punya pacar gini-gini amat ya? Dia lempar Feni sama Okta pakai daun. Masih baik kalau daunnya kena mereka, tapi ini daunnya balik lagi ke dia.

"Gaje, ah. Dah, pulang sono lu berdua!" Okta terkekeh, diikuti Feni yang berdiri di sebelahnya.

Hamids ikut terkekeh, lalu memberikan helm padaku. "Dah, biarin aja mereka. Pulang, kuy."

"Jaga baek-baek, tuh, Si Grecot!" Hamids hanya mengacungkan jempolnya dan mulai cap-cus setelah aku naik.

Sebenernya, aku nggak tau kenapa Feni sama Okta bisa ada waktu aku latihan. Mau tanya, tapi udah terlanjur pulang. Tanya besok aja kali, ya?

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang