Part 15

498 38 22
                                    

"Loh, pulangnya diundur lagi?" Frans menatap kakaknya yang sedang menelphone Frieska dengan tatapan kosong. Mereka berdua ada di ruang makan sekarang. "Iya, deh, Ma. Nanti Ve tanyain tante lagi. ... Hati-hati, ya, Ma." Pip.

"Kenapa, kak?" Frans menyahut cepat, menompang dagu dengan tangan kanannya.

"Mama pulangnya diundur lagi." jawab Veranda setelah meletakkan handphone di meja makan, selanjutnya gadis berkacamata itu berjalan ke pantry untuk mengambil minum.

Frans mendesah panjang, menjatuhkan kepalanya diatas meja. Kalau Frieska pulangnya diundur lagi, Melody sama Zara juga masih ada disini; Kalau Melody sama Zara masih ada disini, janji traktir menraktir itu masih berlaku; Jika itu masih berlaku, habis sudah uang tabungan Frans yang pinginnya mau dibelikan gitar.

Panjang umur. Frans kembali menghela nafas saat suara Zara yang berteriak aku pulang! dari luar sana terdengar. Benar saja, tidak sampai lima menit Zara sudah duduk manis di sebelah Frans.

"Sore ka Ve." Frans jengah, mengikuti gaya bicara Zara tanpa suara.

"Sore juga. Eh, kok jam segini baru pulang? Mama kamu dimana?" tanya Veranda sambil kembali mendudukkan dirinya di tempat semula.

Zara malah terkekeh. Lah, kocak anak satu ini. Ditanya apa jawabnya gimana. "Kesambet apaan lu? Setan sekolah, ya?" Frans menyahut, heran dengan sepupunya itu.

"Eheh.. enggak. Tadi sekalian nungguin temen selesai ekskul, kak. Mama lembur katanya, jadi aku nebeng temen heheh.."

Veranda mengangguk dan membulatkan mulutnya seakan mengucapkan 'oh'. Tapi tidak dengan Frans, pemuda itu menaruh curiga besar pada gerak-gerik anak ini.

"Temen apa demen? Cowok atau cewek? Adik kelas, sepantaran atau kakak kelas? Curiga gua."

"Ih, apaan sih? Over banget. Temen kak, temen. Dan kalau cowok kenapa, kalau cewek kenapa? Kalau adek kelas, sepantaran atau kakak kelas juga kenapa?" Zara balas menantang. Sayangnya, dia langsung menyesal saat Frans mengucapkan kalimat ini:

"Oke, temennya cowok dan sepantaran. Ekskul pulang jam segini, tuh... basket biasanya. Berarti temen lo cowok, sepantaran dan anak basket. Gila, lu, Zar! Gue aduin ke nyokap lo, ye!" Frans sudah akan berdiri jika saja Zara tidak menginjak kakinya dengan pantofel. Sakit loh, gaes. Veranda malah terbahak melihat adiknya menderita.

Ada yang mau kirim kata-kata penyemangat untuk Frans? Mungkin contohnya: Frans, semangat ya hidup diantara para cewek. Sebagai satu-satunya cowok di rumah ini, kami harap kamu kuat menjalani semua cobaan dan godaan. Tuhan memberkati (lalu Frans langsung pengakuan dosa ke gereja).

Tak mau mendengar obrolan (lebih tepatnya "gossipan") yang di bicarakan para cewek, entah itu tentang sekolah, guru, belanjaan, atau apalah itu Frans lupa saking banyaknya, dia lebih memilih berjalan pincang ke kamar. Belajar untuk ulangan matematika dari tantenya sendiri.

Bicara tentang belajar matematika, tadi Gracia mengajak belajar bersama 'kan? Karena banyak yang tidak bisa (anggap saja semuanya tidak bisa, karena hanya Anin yang longgar, jadi dia terpaksa mengalah alias kalah suara), semuanya setuju belajar bersama di chat grup. Maksudnya, nanti kalau mau tanya-tanya tinggal chat aja. Ribet banget, dah.

Tring!

Frans yang baru saja menghempaskan tubuhnya di ranjang langsung menoleh ke nakas samping tempat tidurnya. Sebuah notifikasi masuk, dan Frans mengambil handphonenya.

LINE

SGracia : test

"Wih, Gracia? Dapet ID Line gue dari siapa, tuh, orang?" Frans terkekeh, membalas jawaban untuk seseorang di sebrang sana.

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang