Part 7

504 43 1
                                    

Gracia baru saja menelan potongan terakhir martabak kejunya. Sepertinya sore ini Gracia juga akan meminta Frans untuk mengantarkannya pulang. Duh.. jadi enak, eh gak enak maksudnya. Setelah memberikan martabak pesanan nenek pada orangnya, Frans dengan berbaik hati mengantarkan + menraktir gadis penyuka warna ungu ini untuk membeli martabak. Lagi. Lalu memakannya di taman kota, sambil ngelihat para Cogan yang lagi main basket.

"Duh, Frans. Jagi gak enak gue." Gracia tersenyum kikuk.

"Gak papa lah. Kita 'kan temen." Frans terkekeh. "Oh ya, ngapain loe tadi di rumah sakit?"

"Gak tau deh. Tadi Papa bilang kalo Mama itu pingsan, tapi setelah gue sampai, Mama udah sadar dan... baik-baik aja, tuh. Mungkin nanti malem bisa pulang." Gracia mengendikkan bahunya.

Frans hanya menganggukan kepalanya beberapa kali tanda paham.

"Oh, Frans, satu lagi." Kali ini Frans menoleh mendengar ucapan Gracia. "Mm... anterin gue pulang ya? yayaya?"

Entah kapan terakhir kali Gracia melihat cowok aneh di sebelahnya itu kembali tertawa. Sepertinya dia merindukan tawa itu. "Gre, Gre. Enak banget hidup lo, hahahaha!"

"Oh, nggak mau?"

"Ya mau lah. Kalo gue ngga mau, loe pulang naik apa? Jalan? Rumah loe dari sini 'kan jauh. Mau naik taksi? Angkot? Ojek? Gue yakin uang loe udah habis." Frans menyeringai, dan sekali lagi dia berhasil membuat Gracia terpojok.

"Frans, kadang... gue tuh pingin lempar lo ke Danau Toba deh." sungut Gracia sambil memutar bola matanya malas. "Kalo masalah debat, udahlah, gue kalah, Frans."


***


"Lo, gak mampir?" Tanya Gracia sesaat setelah dirinya turun dari mobil Frans.

Frans menggeleng. "Gue mau ngurusin landaknya kak Ve."

"Oh oke—Tunggu! Landak?" Gracia mengernyit dan Frans mengangguk. "Hewan yang ada duri-durinya kek durian itu? Lucunya di mana coba?"

Frans terkekeh kecil, "Gak taulah, Gre. Katanya kak Ve sih lucu." Frans mengendikkan bahunya acuh. "Terserahlah."

Gracia menganggukkan kepalanya beberapa kali "Ya deh, hati-hati."

Frans tersenyum lalu segera melajukan mobilnya untuk kembali memebelah jalanan Ibu Kota.

Hari mulai senja, dan bahkan gadis penyuka warna ungu ini masih mengenakan seragam lengkap. Beruntung nasib tidak mempertemukannya dengan Melody, jika sampai hal itu terjadi, entah bagaimana nasib Gracia besok.


***



"Feni yang lucu, besok gue nggak bisa. Siang gue ada janji buat hunting foto bareng klup, sorenya ada latihan." ucap Gracia sambil mengapit handphone dengan bahu dan telinganya. Sekarang dia sedang membereskan buku pelajaran yang akan di bawa besok. "lusa deh, palingan Pak Dika juga ngadain latihannya seminggu berapa kali gitu. Kalo event-nya udah deket, kemungkinan bisa tiap hari."

"..."

"Ya ampun, Feni. Ngapain sih lo terus comblangin gue sama dia? Gue nggak ada hubungan apa-apa, Fen."

"..."

"Ih! Yaudah, matiin aja. Jangan lupa kubur sekalian tuh hp."

Secret Admirer in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang