Mereka sudah berada di ruang kerja Jung Jiwon, ayah Ilwoo. Begitu dikasih tahu Yoomi tadi Chaewon langsung buru-buru ganti baju dan mengeringkan rambutnya secepat kilat. Entah gimana penampilannya saat ini di depan calon mertua, eh salah, bukan calon mertua karena Chaewon nya aja dijodohin nggak mau. Trus apa dong? Entahlah. Biar Chaewon sendiri yang nentuin. Hehe.😅
"Chaewon, aku dan papamu sudah saling mengenal cukup lama. Waktu kami masih muda, dia selalu membantuku. Bahkan aku bisa hidup seperti sekarang ini juga berkat dirinya. Aku berhutang budi padanya." Ceritanya.
Chaewon diam saja sambil batin, 'Kok ceritanya agak beda dengan versi ayah ya?' Entah versi mana yang bener soal 'balas budi' ato 'berhutang budi' itu.
"Waktu papamu memutuskan untuk bermigrasi ke Amerika, aku sangat kehilangan sosoknya, andai dia mau tinggal disini, mungkin tidak perlu waktu selama ini untuk bisa melihatmu berada disini. Aku sangat bahagia saat Papamu menelpon dan bilang bahwa kau akan kembali ke Korea. Waktu itu kamu masih kecil dan sekarang kau tumbuh jadi perempuan secantik ini." Pujinya penuh dengan aura seorang ayah yang nampak menyayangi putrinya.
Chaewon meringis pelan sambil menunduk malu. "Ayah juga sempat cerita ke Chaewon kok, Om." Jawabnya bohong.
Jung Jiwon mengangguk-angguk sambil tersenyum penuh makna melihat sikap Chaewon yang sedikit pemalu itu. Matanya kini mengarah ke Ilwoo yang dari tadi memilih diam dan seakan tidak tertarik dengan obrolan yang diciptakan ayahnya.
"Ilwoo, menurutmu Chaewon gimana?" Tanyaya ke anak laki-laki semata wayangnya itu.
"Biasa aja." Jawabnya pendek.
Diam-diam Chaewon mencibirkan bibirnya saat kepalanya menunduk.
"Chaewon, kalo menurutmu Ilwoo gimana?" Jiwon gantian menatap Chaewon.
Chaewon nampak sedikit tergeragap namun bisa mengatur ekspresinya lagi. Kepalanya menoleh ke sosok di sebelahnya ini sekilas. Sebenarnya dia pengen bilang, 'Dia itu kaku, dingin, cuek, dan keterlaluan, Om.' Tapi kata-kata itu cuma sebatas terucap di batinnya.
"Kami belum saling mengenal, Om. Jadi saya tidak tahu dia seperti apa." Jawab Chaewon dengan kata-kata yang menurutnya cukup bijak.
Ayah Ilwoo hanya bisa tertawa mendengar jawaban Chaewon. Dalam hatinya dia benar-benar menyukai anak ini. (Menyukai buat dijadikan menantu maksudnya). Hahahha.
"Kalian akan saling mengenal kalo sudah menikah nanti." Celetuk Jung Jiwon tanpa basa-basi. "Aku dan papamu dari dulu kepikiran buat menjodohkan kalian berdua. Dan kalo aku lihat, kalian berdua terlihat serasi bersama gini." Godanya.
"Pa, sudah ku bilang kan kalo aku nggak mau dijodoh-jodohkan dengan orang pilihan Papa? Aku ingin fokus kerja dulu dan nggak ingin menikah dalam waktu dekat." Ilwoo langsung menolak mentah-mentah celetukan ayahnya itu. "Lagipula, aku akan menikah, tapi bukan dengan perempuan ini." Tambahnya sambil melirik Chae Won yang duduk di sebelahnya.
Chae Won juga tak suka dijodoh-jodohkan begini, namun mendengar perkataan Ilwoo yang menyebutkan kata 'Perempuan ini' membuatnya kesal. Dia punya nama, dan dengan jelas tadi siang dia memperkenalkan diri padanya, tapi kenapa cuma nyebutin nama saja seolah enggan?
"Maafkan saya, Om. Tujuan saya kembali ke Korea karena pekerjaan. Dan saya sudah bilang ke Ayah bahwa saya menolak perjodohan ini. Saya harap Om memahami penolakan saya ini." Kini Chae Won ikut mengeluarkan pendapatnya sehalus mungkin. Dia nggak mau bikin teman ayahnya ini kecewa.
"Aku tahu kalian berdua akan menolaknya. Tapi aku yakin jawaban kalian akan berbeda setelah dua bulan ini." Kata Jiwon seolah bisa memprediksikan apa yang akan terjadi 2 bulan ke depan.