From Lil Sist:
-Kak, gimana keadaan Kak Ilwoo?
-Apa kau sudah mengatakan semuanya?Saat sedang serius membaca pesan-pesan lain dari adiknya yang ada di ponsel milik Chaewon, tiba-tiba Ilwoo dikejutkan oleh suara wanita yang sedang terlelap tadi.
"Kau sedang apa?"
Ilwoo menoleh dan terkejut melihat wanita itu sudah bangun dengan posisi terduduk. Ia nampak kebingungan menjelaskan tindakannya yang sudah lancang membuka ponselnya.
"Eoh, Cch-Chaewon," Suaranya sedikit terbata-bata. Buru-buru ia sembunyikan ponsel yang masih berada di tangannya itu ke balik punggung.
"Argh, kepalaku pusing!" Keluh Chaewon sambil mencengkeram rambutnya kuat-kuat. Rasa pusing akibat pengaruh alkohol membuatnya sedikit frustasi.
Ilwoo nampak bernafas lega. Sepertinya kesadaran wanita ini masih di bawah kendali alkohol. Namun di satu sisi, ia sangat cemas melihat tingkah wanita ini yang mengeluhkan pusing. Buru-buru ia duduk di pinggiran ranjang.
"Dimana yang sakit?" Tanya Ilwoo sembari memegangi kepalanya
Chaewon menunjuk bagian kepalanya yang terasa sangat pusing. "Disini." Jawabnya sambil memijit-mijit kepala dekat kening.
"Disini?" Ilwoo membantu memijit kepalanya yang pusing. Chaewon mengangguk.
"Ouch.." Aduh Chaewon dengan nada yang dibuat-buat. Ilwoo nyengir pelan mendengarnya.
Tekanan jemari laki-laki ini menimbulkan rasa sakit di kepalanya, namun rasa pusingnya perlahan mulai menghilang. Ia mengangkat wajahnya untuk menatap wajah laki-laki ini. Antara sadar dan tidak, ia terus memandangi pemilik wajah tampan ini. Telapak tangannya bergerak mendekati wajah laki-laki ini lalu menyentuh rahang kokohnya itu.
Ilwoo menghentikan kegiatannya.
"Udah merasa baikan?" Tanyanya sambil membalas tatapan Chaewon.Chaewon menggeleng pelan. "Masih sakit." Katanya.
Laki-laki itu hendak melanjutkan pijatannya namun kedua tangannya langsung disingkirkan oleh Chaewon. Ia bingung melihat sikap wanita ini. Apalagi saat tubuhnya bergerak mencondong kearahnya. Lalu sepersekian detik berikutnya, sebuah ciuman mendarat di bibirnya. Lembut dan hangat. Melelehkan hatinya yang membeku. Menimbulkan desiran hebat di seluruh pembuluh darahnya. Dan yang paling jelas, membuat ritme jantungnya menjadi tidak beraturan.
Meski otaknya terus menolak mengingat wanita ini, tapi hatinya selalu menerima keberadaannya.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku? Siapa Chaewon ini? Apa ucapan Bum tadi untuk segera ingat kembali maksudnya mengingat kembali wanita ini?
"Aku sangat merindukanmu, Jung Ilwoo."
Chaewon melepaskan ciumannya lalu menatap manik mata itu di tengah kegelapan yang hanya dibantu dengan penerangan lampu duduk di sebelah tempat tidurnya. Mungkin besok pagi dia akan menyesali tindakan dan ucapannya saat pengaruh alkohol ini hilang dari otaknya.
Entah pikiran apa yang merasuki otak Ilwoo sekarang, tangannya kini meraih tengkuk Chaewon lalu memberinya ciuman balasan yang lebih dalam. Ia tak peduli terlihat seperti seorang laki-laki yang selingkuh dengan wanita lain. Ia ingin memastikan bahwa perasaan aneh yang berkecamuk di hatinya disebabkan oleh wanita ini.
Chaewon ikut membalas ciuman laki-laki ini. Dia tak peduli memikirkan hari esok. Memikirkan bagaimana caranya berpura-pura saat ingatannya tentang malam ini teringat kembali. Dia benar-benar tak peduli.
Di tengah ciuman mereka, tiba-tiba Chaewon merasakan rasa mual di perutnya lagi. Makanan dan minuman yang bercampur di dalam terasa mengaduk-aduk isi perutnya, menimbulkan gerakan antiperistaltik alias ingin muntah. Ia mendorong tubuh Ilwoo supaya menghentikan ciuman mereka.