Perjalanan dari Seoul ke Daegu memakan waktu hampir 4 jam dengan mobil. Namun hal itu tidak membuat Ilwoo ngantuk atau bosan karena ada Chaewon di sebelahnya. Wanita itu tak pernah bisa diam. Entah ngajak ngobrol, ngoceh sendiri, nyalain musik sambil ikutan nyanyi, pokoknya dia berisik. Meski awalnya sedikit terganggu tapi lama-lama dia merasa terbiasa melihat tingkah Chaewon yang nggak bisa diem ini.
Chaewon menurunkan kaca jendela mobil lalu menghadapkan wajahnya keluar. Menikmati terpaan angin yang menyapu wajahnya. Udara pegunungan yang belum tercampur polutan membuat pikirannya menjadi lebih rileks.
"Ahh...sejuk sekali udaranya." Ucapnya sambil memejamkan mata.
Ilwoo melihat GPS di mobilnya lalu menoleh ke Chaewon. "Chaewon, ini bener alamat yang kau sebut tadi?"
"Iya bener kok. Ayah yang ngasih alamatnya kemaren." Chaewon mengangguk sambil menatap Ilwoo.
"Ini kita udah sampai di pinggiran sungai. Kau ingat dimana makam ibumu?" Tanyanya lagi.
Chaewon nampak berfikir keras mengingat-ingat makam ibunya. Sudah lama dia nggak berkunjung ke makam ibunya. Terakhir kali saat umurnya masih 10 tahun. Sebelum dia dan keluarganya memutuskan menetap di Amerika.
"Seingetku di dekatnya sungai terus dekat gunung juga. Tapi aku lupa sebelah mananya. Banyak makam soalnya." Jawabnya agak pesimis.
Mobil yang dikendarai Ilwoo berhenti di pinggir jalan begitu melihat ada makam di bawah dekat sungai.
"Itu kayaknya ada makam. Kita coba cek disana dulu yuk!" Ajaknya sambil melepas sabuk pengaman. Chaewon mengangguk menyetujui lalu ikut keluar dari mobil.
Chaewon agak kesusahan turun dari tanjakan rumput dan sedikit beetanah itu karena dia memakai ankle boots yang ada hak-nya sekitar 6 cm. Harusnya dia tadi pake flat shoes atau sneakers saja kalo tahu tempatnya bakal off road begini. Ilwoo yang lebih duluan turun menoleh ke belakang dan menyaksikan wanita itu masih belum beranjak turun.
"Kau kenapa nggak turun-turun?" Teriaknya dari bawah.
"Sabar dikit napa sih? Aku kesusahan nih turunnya gimana! Mana jalanannya bertanah gini lagi." Sahutnya sambil menggerutu pelan.
Ilwoo menyadari sepatu yang dipake wanita itu. Dia menghela nafas secara kasar lalu akhirnya memutuskan naik lagi ke atas.
"Kenapa nggak sekalian bawa heels yang ujungnya runcing aja hah?" Sindirnya sambil berkacak pinggang.
Chaewon melirik kesal sambil memasang wajah cemberut. Ada orang susah harusnya dibantuin kek, ini malah disindir! Dasar nggak punya perasaan!! Umpatnya dalam hati.
"Kesiniin tanganmu!" Ilwoo mengulurkan tangannya kearah Chaewon.
Chaewon yang melihat uluran tangan itu agak tertegun. Tumben banget. Namun melihat wajah Ilwoo yang melengos kayak ogah-ogahan nggak ikhlas gitu, dia jadi mengurungkan niat. Apalagi dia keingat kontrak yang dia bikin beberapa waktu lalu. Masak mau kemakan omongan sendiri?
"Nggak ah. Nanti kamu nagih uang kompensasi di belakang lagi!" Tolaknya.
Ilwoo kembali menatap wanita di atasnya ini seolah ingin memaki sikap jual mahalnya tadi. "Aku nggak matrealistis kayak kau ya?! Udah buruan sini sebelum aku berubah pikiran!" Burunya lagi.
"Beneran kamu nggak bakal nagih?" Chaewon memastikan sekali lagi. Dia nggak begitu mengenal Jung Ilwoo. Bisa aja laki-laki ini bohong dan hanya mempermainkannya.
"Oh." Angguk Ilwoo dengan wajah malas. "Lagian siapa juga yang bikin peraturan konyol begitu?" Ingatnya. Chaewon berdecak pelan.
Akhirnya Chaewon menerima uluran tangan Ilwoo. Daripada jatuh kepleset. Setidaknya ada pegangan yang bisa dibuat untuk menjaga keseimbangan biar nggak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me [Completed]
Roman d'amour- Life is always better when we're together -