Flashback 18 tahun silam..
Setiap sore begini, taman di kompleks perumahan Ilwoo cukup ramai oleh anak-anak yang asyik bermain. Tidak terkecuali Ilwoo dan Chaewon. Ilwoo mengajari Chaewon bermain sepak bola. Ia memang jago bermain olahraga tersebut dan bercita-cita menjadi pemain sebak bola nantinya.
Langkah kaki kecil Chaewon berlari mengejar bola yang saat ini berada di kendali Ilwoo. Semangatnya tidak pernah surut untuk bisa merebut bola meski Ilwoo nampak mahir dalam menggiring bola. Ada senda tawa di sela-sela keseriusan mereka.
"Oppa, gantian sini dong!" Seru Chaewon sedikit frustasi karena sejak tadi dia belum berhasil merebut bola darinya. Ia memang payah.
Ilwoo ketawa cekikikan melihat wajah merengut gadis itu. "Hihi, oke oke. Kamu lari kesana nanti bola aku oper." Dia akhirnya menyuruh Chaewon untuk membuat jarak supaya ia bisa menendang bola.
"Ilwooya, ayo main bareng!" Ajak teman yang sebaya umurnya.
Ilwoo yang hendak mengoper bola ke Chaewon tiba-tiba menunda aktivitasnya. Chaewon juga mendengar ajakan temannya Ilwoo itu, lalu berlari menghampiri bocah laki-laki yang masih menahan bola di kakinya. Bocah itu menoleh ke Chaewon seperti ragu-ragu, antara mau menerima tawaran bermain dengan temannya atau tetap bermain dengan Chaewon.
Seakan paham maksud tatapan Ilwoo barusan, "Oppa main aja sama mereka. Chaewon bisa main sendiri kok." Chaewon menyuruhnya bermain dengan teman laki-laki sebayanya.
"Ya udah kamu main sendiri udah bisa kan?" Tanyanya. Chaewon mengangguk kecil. Ilwoo bernafas lega dan akhirnya ikut bergabung dengan teman-temannya.
Bermain bola sendirian lama-lama membuatnya merasa bosan. Chaewon mengedarkan pandang ke area sekitar. Rata-rata anak-anak yang bermain disini sudah menggerombol sendiri dengan teman-teman mereka. Tiba-tiba dia kepengen duduk di salah satu ayunan yang ada di taman tersebut. Ia menghampiri ayunan yang kebetulan ketiga-tiganya sedang dipakai oleh 3 bocah perempuan.
"Eonni, bisa gantian main ayunannya?" Tanyanya hati-hati. Dia memanggil kakak karena postur mereka lebih tinggi darinya.
"Kau nggak lihat kita masih pake ayunannya?" Sahut salah satu di antara mereka dengan wajah dan nada ketus.
"Iya. Disini itu, siapa cepat dia dapat!" Sahut yang lain.
"Tapi Chaewon lihat dari tadi kalian pake ayunan ini. Gantian dong!! Ini kan sarana umum!" Chaewon tetap bersikeras ingin bermain di ayunan tersebut.
Gadis yang dari tadi belum bersuara tiba-tiba mulai terpancing dengan sahutan Chaewon yang terdengar ngotot dan maksa. Telinganya merasa terganggu dengan ocehan bocah yang mengganggu keasyikan mereka. Dia beranjak dari ayunan tersebut lalu menghampiri Chaewon yang posturnya lebih pendek darinya.
"Hei bocah kampung! Ini daerah kekuasaan kami ya! Kalo kau macem-macem sama kami, kau tanggung sendiri akibatnya!!" Ancamnya sambil melotot tajam dan penuh intimidasi.
Namun Chaewon sama sekali tak terintimidasi dengan ancaman tersebut. "Kata siapa daerah kekuasaan? Ini tuh tempat umum! Semua anak bebas menggunakan fasilitas disini!" Balasnya lagi dengan logat daerah yang semakin kentara.
Bukannya dijawab, dia malah dihadiahi sebuah tawa dari anak-anak perempuan itu.
Chaewon nampak tertegun. "Kenapa kalian ketawa? Apa ada yang lucu?" Tanyanya lagi. Chaewon masih belum paham kenapa diketawai begitu.
Tawa mereka semakin keras dan nampak terpingkal-pingkal sambil menunjuk-nunjuk kearah Chaewon seperti sedang mengejeknya.
"Dasar kampungan banget logatnya." Ucap anak pertama yang memiliki postur paling tinggi.