Chaewon yang hendak berjalan ke kamar mandi tiba-tiba ditarik Ilwoo menuju ke kamarnya.
"Apa-apaan sih kamu?!" Seru Chaewon nampak kebingungan.
"Ikut aku!" Ucap Ilwoo dingin.
"Hei, lepasin nggak? Sakit tau!" Chaewon mencoba memukul tangan Ilwoo namun usahanya tak digubris sedikitpun oleh laki-laki ini.
Begitu sampai di kamar Chaewon, Ilwoo langsung menutup dengan kasar pintu kamar tersebut. Barulah, dia mau melepaskan pegangannya di pergelangan tangan Chaewon.
Chaewon mendesis pelan sambil memegangi pergelangan tangannya yang habis dicengkeram oleh Ilwoo. Matanya melirik kesal ke laki-laki itu.
"Kau kenapa sih? Sembarangan narik-narik tangan orang! Sakit tau!" Serunya sambil melampiaskan semua kekesalannya. "Dasar keterlaluan!" Cibirnya lalu melengos ke arah lain.
Ilwoo menatap tajam wanita menyebalkan ini. "Keterlaluan?" Ulangnya sambil mendengus kesal. "Kamu tuh yang keterlaluan. Kerjaannya cuma ngadu ke orangtua! Apa hobimu memang suka mengadu, hah?" Hardiknya.
Chaewon balas menatap laki-laki songong ini sambil melipat kedua tangan di depan dada. Bibirnya nampak menyeringai tipis seakan paham maksud laki-laki ini.
"Oh..jadi kau habis dimarahi papamu gara-gara aku ya?" Tebaknya sambil tersenyum mengejek. "Salah sendiri nurunin orang di pinggir jalan." Cibirnya.
"Hei! Siapa suruh teriak-teriak di mobil orang, hah?" Balas Ilwoo mengungkit hal tadi pagi.
"Jelas-jelas aku nyanyi. Apa kau nggak bisa bedain mana orang nyanyi sama orang teriak?"
"Nyanyi? Orang nyanyi suaranya nggak jelek kayak gitu!" Ledek Ilwoo sambil tersenyum sinis.
Emosi Chaewon benar-benar disulut sama laki-laki ini. Tangannya semakin mengepal kuat menahan rasa geram. Dih, percuma bersikap sabar menghadapi laki-laki galak kayak dia. Batinnya. Dia berjalan mendekati Ilwoo lalu melampiaskan semua kekesalannya.
"YAAAAA....!!!"
Kuping Ilwoo hampir budek gara-gara suara melengking wanita ini. Buru-buru dia menutup mulut Chaewon sambil mendekatkan telunjuk ke bibirnya sendiri.
"Sstt. Diem! Bisa diem nggak?" Burunya dengan wajah panik.
Chaewon nggak peduli. Dia berusaha menjauhkan tangan Ilwoo yang membekap mulutnya. Namun ia kalah tenaga. Sebuah ide terlintas di benaknya. Dia menggigit salah satu jari tangan Ilwoo dengan kuat.
"Argh..argh.." Ilwoo mengerang kesakitan lalu segera menjauhkan telapak tangannya jika tidak ingin jadi santapan wanita gila ini lagi.
"Terserah aku dong mau nyanyi kayak apa! Mulut, mulutku. Suara, suaraku! Ngapain kamu yang sewot?!" Seru Chaewon geram. Dia nggak peduli Ilwoo sedang kesakitan gara-gara digigit barusan.
"Dasar wanita sinting!" Umpatnya lalu keluar dari kamar Chaewon.
Deru nafas Chaewon nampak kembang kempis akibat luapan emosi tadi.
***
Sore ini Ilwoo terpaksa menemani Chaewon jalan-jalan. Ini semua gara-gara papanya yang dari kemaren menyuruh dia buat nemenin wanita ini keliling Seoul.
Sebenarnya Ilwoo ogah nemenin wanita urakan seperti Chaewon. Mengingat perlakuannya beberapa hari yang lalu masih membuatnya kesal. Namun dia tak bisa menolak permintaan papa karena kondisi papa yang punya penyakit jantung. Dia nggak mau papanya drop lagi gara-gara dirinya membangkang sama orangtua.
"Mau kemana?" Tanya Ilwoo malas-malasan.
"Aku pengen shopping." Ucap Chaewon tanpa pikir panjang. Mengingat kesempatan di Seoul cuma 2 bulan, dia nggak mau melewatkan agenda satu ini.