Suasana di kamar nampak begitu canggung bagi Chaewon. Setelah bangun tidur, ia diberitahu Gayoung bahwa Ilwoo ada di apartemennya. Benar-benar diluar perkiraan dan dia tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah 2 bulan lebih tidak bertemu pasca mereka putus.
"Gimana keadaanmu?" Tanya Ilwoo berbasa-basi. Kakaknya sudah cerita jika Chaewon tidak hamil melainkan mengalami radang di saluran pencernaannya.
Chaewon mengangguk pelan. "Baik kok." Jawabnya. Ia melirik laki-laki yang duduk di sebelahnya. Saat ini keduanya sedang berada di kamar dan sama-sama duduk di pinggir ranjang. "Kenapa kau bisa ada disini?" Tanyanya. "Ehm..apa jangan-jangan, kau kesini karena percaya kalo aku hamil?" Tebaknya hati-hati karena cukup penasaran.
Belum sempat Ilwoo menjawab pertanyaan pertama, wanita itu sudah lebih dulu mengajukan pertanyaan lainnya.
"Ah..itu." Ilwoo menoleh ke wanita di sebelahnya ini lalu mengangguk pendek. "Aku percaya." Jawabnya santai.
"Mwo?" Chaewon benar-benar syok saat laki-laki ini juga mempercayai rumor konyol itu. "Kenapa kau percaya? Emangnya kita pernah...pernah melakukan hal gitu-gituan apa?!" Sahut Chaewon ketus lalu menjauhkan bola matanya kearah lain karena kesal dan malu.
"Kita?" Ilwoo menunjukkan eskpresi heran sambil merundukkan kepalanya ke sosok di sebelahnya ini. "Bukankah kita udah putus ya? Atau jangan-jangan selama dua bulan ini kau belum menemukan pria lain karena masih memikirkanku?"
"Kau bilang apa barusan?" Chaewon benar-benar terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia menoleh dan sedikit mendongak menatap laki-laki itu dengan sinis. "Emangnya kau anggap aku cewek apaan?!" Serunya meluapkan semua kekesalannya lalu beranjak dari tempat duduknya.
Dalam hati, Ilwoo tertawa penuh kemenangan melihat ekspresi wajahnya yang sudah memerah antara marah atau malu tadi. Dia meraih pergelangan tangan wanita itu yang sudah bersiap mau pergi lalu menarik dan membawanya ke dalam pangkuannya.
Chaewon nampak terkejut begitu berada di pangkuan laki-laki ini. Dia tak bisa bergerak karena tangannya sudah lebih dulu mendekap tubuhnya.
"Apa yang kau lakuin? Lepasin nggak?!" Ancamnya dengan pelototan tajamnya. Ia mencoba memberontak, namun semakin ia memberontak, semakin kuat dekapan laki-laki itu.
Ilwoo menggeleng santai. "Kamu tahu? Dari tadi, bibir kecilmu itu ngomong terus nggak ada berhentinya, dan nggak ngasih aku kesempatan sedikitpun buat bicara." Ungkapnya sambil menunjuk bibir mungil wanita itu.
"Habisnya kamu nyebelin sih." Sahut Chaewon dengan tampang merengut kesal.
Ilwoo tidak segera membuka suara dan menatap lekat-lekat wajah cantik yang sedang cemberut itu. Pandangannya berpindah ke benda berkilau yang ada di lehernya. Senyumnya terukir tipis saat mengenali kalung pemberiannya masih dipakai Chaewon. Dia tahu jika wanita ini masih mencintainya.
"Kau masih mencintaiku rupanya." Katanya sambil tersenyum penuh arti.
Kening Chaewon nampak berkerut heran. "PD banget. Emang kapan aku bilang gitu?" Ledeknya. "Bisa lepasin nggak?" Pintanya menuntut.
Laki-laki itu menggeleng tanpa menjelaskan lebih jauh lagi. Dia mengalihkan topik ke pembicaraan awal. "Sekarang giliran aku yang bicara ya?" Ilwoo mulai bersuara. Chaewon tidak tahu maksudnya apa dan tak lagi memberontak seperti tadi. "Pertama, alasanku kesini adalah, karena aku masih sayang dan cinta sama kamu." Jelasnya.
Pernyataan laki-laki itu sedikit membuatnya tertegun. Chaewon mulai membalas tatapannya dan mencari arti kesungguhan di balik sorot matanya.
"Kedua, aku percaya kalo kau hamil nanti, anak yang kau kandung adalah anak kita." Ungkap Ilwoo lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir soft pink milik wanita itu.