Seunggi mengedarkan pandangannya ke penjuru kantor polisi mencari sosok Chaewon. Begitu wanita itu menelfon dengan suara seperti orang habis nangis, ia langsung meluncur kesini. Ia menghela nafas pelan begitu menemukan sosok yang ia khawatirkan itu sedang duduk di kursi yang terletak di pojok ruangan.
Kedua kaki jenjangnya melangkah menghampiri wanita yang nampak menundukkan kepala itu. Sesampainya disana, luka lecet di kedua lututnya yang putih itu langsung menarik perhatiannya. Ia kembali menatap sosok wanita ini dengan tatapan simpati. Pasti kejadian tadi cukup membuatnya terguncang. Meski tak diceritakan secara detail oleh mantannya ini, tapi ia cukup memahami pokok permasalahannya.
Chaewon melirik ujung sepatu Seunggi yang berdiri di hadapannya itu lalu mendongakkan kepala menatap laki-laki itu. "Maaf sudah memintamu datang kesini malam-malam begini." Jelasnya. Ia tak tahu lagi harus menghubungi siapa malam ini.
Seunggi mengedipkan kedua matanya sambil tersenyum tipis. Ia duduk berjongkok di depan wanita ini supaya bisa mensejajari posisinya.
"Gwaenchana?" Tanyanya sembari menengok wajah Chaewon yang terlihat menunduk kembali. Kedua matanya terlihat sembab. Ada lecet di dahinya juga.
Chaewon menggeleng pelan. Bibirnya kembali bergetar seakan mau menangis lagi. Entah sudah berapa tetes airmata yang ia keluarkan malam ini. Yang jelas hatinya cukup terguncang dengan kecelakaan yang menimpa Ilwoo. Ia langsung menghambur ke pelukan Seunggi. Membuat laki-laki itu merubah posisinya jadi bersimpuh dengan kedua lutut sebagai tumpuan.
"Seunggi, aku harus gimana? Hiks.." Tanyanya sambil terisak di pelukan mantannya itu.
Seunggi membalas pelukan Chaewon sambil mengusap-usap punggungnya dengan sayang. Ia memilih menenangkan keadaan wanita ini terlebih dahulu.
Keadaan Chaewon berangsur-angsur mulai kembali tenang dengan keberadaan Seunggi disini. Dia melepas pelukannya itu sambil mengusap eluh di pipi. Ditatapnya sosok yang bersimpuh di hadapannya ini.
"Seunggi, bantu aku. Please.." Pinta Chaewon. Hanya Seunggi satu-satunya orang yang bisa ia andalkan saat ini. Ia tak mau hanya mengandalkan polisi saja.
Seakan tahu arti sorot matanya, Seunggi menganggukkan kepala. "Sebaiknya kita keluar dulu aja ya?" Ajaknya.
***
Mereka berdua memasuki kantor yang nampak gelap gulita. Beberapa detik kemudian ruangan itu menjadi terang benderang setelah Seunggi memencet saklar lampu. Chaewon sedikit mengedarkan pandang melihat kondisi kantor Seunggi yang mulai padat terisi. Terakhir kali dia kesini kantornya masih terlihat kosong.
"Mau minum apa?" Tawar Seunggi sebelum berjalan ke pantry yang ada di belakang.
Chaewon menggeleng.
"Teh, kopi, jus?" Tawarnya lagi seolah tak terpengaruh dengan gelengan Chaewon barusan.
"Aku lagi nggak selera minum, Lee Seunggi."
Sekarang giliran Seunggi yang geleng kepala. "Meskipun kamu nggak selera, tapi tubuhmu butuh minum, Moon Chaewon." Bantahnya. "Aku ambilkan jus ya?" Tawarnya lalu berjalan ke belakang membuatkannya minuman sekalian mengambil kotak obat untuknya. Chaewon akhirnya pasrah saja.
Tak berapa ia muncul ke depan membawa segelas jus jeruk dan kotak obat di kedua tangannya. Ia meletakkan gelas jus tersebut di meja depan Chaewon.
"Diminum ya?"
Chaewon tersenyum tipis. "Gomawo.."
Seunggi mengambil tempat duduk di sebelahnya. Ia sibuk membuka kotak obat yang ia bawa tadi. "Tadi polisi bilang apa aja?" Tanyanya sambil mencari antiseptik dan kapas untuk membersihkan luka Chaewon.