Entah sudah berapa lama Ilwoo tak menginjakkan kaki di rumahnya kembali. Bangunannya terlihat tidak asing di memorinya, namun begitu memasuki bagian dalam, semua tatanan perabotan di rumahnya nampak begitu asing.
"Bik, kamar Ilwoo sudah dirapikan kan?" Mama memastikan ke pembantu rumahnya sebelum Ilwoo menempati kamarnya lagi.
"Sudah nyonya." Angguk Bibi Han.
"Yoomi, kau antar Ilwoo ke atas ya. Mama mau ke kamar dulu."
Mama berjalan ke kamarnya yang ada di lantai 1.
"Bik, bisa minta tolong ganti air di tanaman ini?"
Ilwoo menyodorkan bunga hydrangea yang ia bawa sejak keluar dari Rumah Sakit. Bunga tersebut adalah bunga pemberian Chaewon beberapa hari yang lalu. Meski awalnya ia tidak percaya dengan ucapan wanita itu, pada akhirnya ia menuruti sarannya dengan mengganti airnya. Awalnya ia lakukan untuk menghilangkan kebosanan, namun lama-lama ia menyadari keajaiban dari bunga tersebut. Bunga itu masih hidup sampai sekarang. Makanya dia membawanya pulang ke rumah karena menurutnya bunga itu memiliki arti yang spesial untuknya.
"Bunga dari siapa sih sampai kau rawat begitu?" Tanya Yoomi yang sejak tadi merasa aneh adiknya bersikeras membawa bunga tersebut ke rumah. Benar-benar sikapnya tidak seperti biasanya.
Ilwoo tersenyum simpul. "Dari temen kakak." Jawabnya.
Yoomi mengangguk paham begitu kata teman disebut. Ia tahu siapa teman yang dimaksud adiknya.
"Kenapa dari semua bunga yang diberikan padamu, cuma bunga pemberian Chaewon yang kau bawa pulang?" Pancing Yoomi.
"Karena bunga itu spesial." Jawab Ilwoo santai.
"Bunganya apa orangnya yang spesial?" Goda kakaknya keceplosan.
Ilwoo melirik ke kakaknya sambil mengerutkan dahi bingung. Apa maksudnya?
"Kamarmu ada di lantai atas. Kau masih ingat kan?" Tanya Yoomi langsung mengalihkan topik pembicaraan. Ia menggamit lengan Ilwoo yang tidak cidera.
"Tentu saja, Kak." Sahut Ilwoo. Ia tak akan lupa dengan kamar yang ia tiduri dari jaman SMP itu.
Mereka berjalan menaiki anak tangga menuju ke lantai atas.
Pandangan Ilwoo belum lepas dari pemandangan di sekitar rumahnya. Begitu sampai di lantai 2, tatanan ruangannya juga terlihat asing baginya. Tak ada satupun memori yang tersimpan di otaknya.
"Ini kamarku. Kalo ada apa-apa kau bisa panggil aku." Ucap Yoomi saat mereka melewati depan kamarnya.
Ilwoo mengangguk paham sambil melanjutkan perjalanan. Mereka memasuki ruang utama yang di kedua sisinya ada pintu kamar yang masih tertutup.
"Nah, sekarang kita sampai di kamarmu." Yoomi menuntunnya ke sisi sebelah kanan. Ke kamar Ilwoo. "Ini kamarmu." Jelasnya sambil membukakan pintu. "Oh iya, yang bagian seberang itu kamar Moon Chaewon." Tunjuknya sebelum mengajak Ilwoo masuk.
"Moon Chaewon?" Kepalanya menoleh ke kakaknya dengan kening berkerut.
Yoomi membalas lirikan adiknya yang nampak terlihat bingung itu. Dia ingat kalo belum cerita ke adiknya soal ini. "Aku belum cerita ya kalo Moon Chaewon tinggal disini?" Tanyanya retoris sambil mengajak Ilwoo masuk ke kamarnya. "Chaewon tinggal disini udah ada 2 bulan. Dia aslinya menetap di Amerika." Jelasnya lagi sembari berjalan.
"Oh gitu..." Ilwoo mengangguk-angguk paham. "Terus teman kakak sekarang dimana? Tumben nggak kelihatan." Tanyanya sambil menoleh ke belakang. Ke bagian pintu kamarnya yang masih terbuka itu.