Suasana pertunangan sepupu Ilwoo nampak ramai dan megah meski hanya dihadiri oleh kelarga dan beberapa kerabat dekat. Keluarga besar Ilwoo memang kaya dan banyak yang sukses. Ilwoo sendiri adalah seorang dokter, Yoomi membuka usaha kafe pasca bercerai dari suaminya, dan sepupu mereka yang bertunangan saat ini adalah anak pemilik dari perusahaan properti terbesar nomer tiga di Korea. Tamu-tamu yang datang juga ada dari kolega-kolega ayah sepupunya.
Chaewon merasa terasingkan disini. Dia diajak papanya Ilwoo datang daripada menganggur di rumah. Jung Yoomi tak bisa datang karena anaknya sakit. Alhasil, tak ada satupun orang yang Chaewon kenal disini. Dalam hati dia berharap Ilwoo datang meski ujung-ujungnya mereka bakal saling mengejek satu sama lain. Tapi dia bener-bener butuh teman buat diajak mengobrol.
Berbagai jenis makanan tersaji rapi di atas meja besar yang disediakan untuk para tamu. Chaewon yang kebetulan gampang lapar langsung berjalan ke tempat tersebut dan mulai mencicipi satu per satu hidangan yang tersedia. Dia nggak peduli gimana pendapat orang tentangnya. Daripada bosan, ya mending makan. Batinnya.
"Nggak di rumah, nggak disini, kerjaanmu makan terus."
Sebuah suara mengagetkan Chaewon dan membuat makanan yang mau dia masukkan ke mulut jatuh mengenai bajunya. Rasa kesalnya nggak bisa ditahan lagi dan dengan refleks dia memukul lengan Ilwoo keras.
"Aw..kau ini kenapa sih, mukul orang sembarangan!" Ilwoo mendesis kesal sambil mengusap-usap lengannya.
"Kau mengagetkanku, Bodoh!!" Seru Chaewon nggak kalah kesalnya. Dia mengambil tissue lalu membersihkan bekas makanan yang mengenai gaunnya. Untung Cuma sedikit. Kepalanya kembali terangkat dan dia menatap laki-laki di depannya ini. "Darimana saja kau? Aku terasingkan disini tau nggak?" Keluhnya.
"Hah, bagiku kau ini juga orang asing! Jadi nggak usah sok-sokan akrab." Sahut Ilwoo sambil tersenyum sinis.
Ilwoo mengacuhkan Chaewon dan memilih berjalan ke arah sepupunya yang sedang menyalami tamu-tamu undangan.
Chaewon mendengus kesal, "Siapa juga yang mau akrab sama cowok nyebelin dan nggak tau diri kayak kamu?" Cibirnya setengah bergumam. Dia kembali asyik dengan makanannya tadi.
Sementara itu, Ilwoo sudah berhadapan dengan sepupunya. Senyumnya mengembang dan nampak rona bangga dan bahagia terpancar jelas di wajahnya. "Selamat, Hyung." Ucapnya lalu memeluk sepupunya.
"Thanks. Kapan kau nyusul? Bukankah wanita itu calonmu?" celetuknya sambil menunjuk Chaewon yang sedang asyik makan.
Ilwoo ikut menatap wanita itu dengan ekspresi sebal. "Bukan dia. Pasti papa berkoar-koar tentang wanita itu ya?" Keluhnya.
Sepupunya itu tertawa melihat ekspresi yang ditunjukkan Ilwoo. "Tapi aku suka kok kalau kau dengannya. Dia wanita yang apa adanya. Buktinya dengan gaun seperti itu, dia bisa makan dengan lahap." Celetuknya jujur.
Iya, dia memang apa adanya. Tapi bagi Ilwoo sikap Chaewon itu benar-benar memalukan dan menjijikkan. "Dia bukan tipeku, Hyung." Jawabnya.
Mata Ilwoo kembali beralih ke wanita tadi. Seorang laki-laki datang menghampiri Chaewon dan mengobrol cukup akrab. "Ngapain dia deketin Chaewon?" Tanyanya heran. Namun perhatiannya teralihkan oleh tamu-tamu yang memberikan ucapan selamat untuk sepupunya. Mau tak mau dia ikut menyapa tamu itu dengan senyum seramah mungkin yang dipaksakan.
Sementara itu di tempat Chaewon berdiri, seorang laki-laki datang menghampirinya. Kedua sudut bibirnya nampak tersungging melihat sikap cuek wanita ini yang nggak berubah sama sekali.
"Lama nggak bertemu.." Sapa laki-laki tadi.
Chaewon mengangkat wajahnya dan dia nampak tercengang melihat laki-laki di hadapannya ini.