makan malam

4.5K 93 2
                                    

Hai aku dateng lagi nih. Semoga kalian suka yaa. Jangan lupa vote sama komen nya. Promotin juga ke yang lain ya readers. Hehe

Bukannya aku tidak mengerti yang dimaksud oleh Sandy. Aku mengerti sangat mengerti dan faham dengan yang dia bicarakan. Hanya saja apakah benar dia menyayangi ku? Maksudku apa dia menyayangi ku selayaknya laki-laki pada perempuan atau hanya sayang sebatas sahabat. Dan dia ingin menjadi suamiku karna dia merasa kasihan setelah mengetahui keadaanku yang sebenarnya. Aku tahu dulu dia memang pernah menyukaiku, tapi itu sewaktu kami masih di bangku sekolah.

Entahlah sekarang aku memang sudah merasa nyaman dengan nya. Tapi untuk menaruh hati aku belum tau, apakah aku ini sudah menaruh hati pada sahabatku itu. Atau hanya sekedar rasa nyaman adik yg selalu di lindungi kakaknya. Aku bingung dengan perasaanku sendiri.

Hari ini dia mengajak ku jalan setelah seminggu ini dia menghilang tak ada kabar dan baru kali ini kami pergi bersama lagi. Ada sedikit aneh karna biasanya dia langsung datang dan memaksa ku untuk menemaninya bukan membuat janji seperti sekarang ini.

Tok tok
" Pee ada Sandy! " suara mamah di luar pintu kamar.
"Iya mah, suruh tunggu sebentar. Aku bentar lagi turun. "
"ya sudah, jangan lama-lama kasian tuh dia."
"iya mamah bawel ah. " aku segera keluar. Ku lihat dari tangga kejauhan ada seseorang yang sedang duduk membelakangiku tengah mengobrol dengan papah.

"San? "
Orang yang tadi pagi ku temui di kantor yang penampilannya sangat berantakan dengan rambut dan jambang yang sepertinya sudah tidak di cukur selama seminggu kebelakang. Berbeda dengan yang sekarang aku lihat. Dia terlihat lebih rapih sangat rapih bahkan, dengan setelan kemejanya. Dia terlihat lebih tampan. Ya tuhan kemana saja aku selama ini baru menyadari ini.
"Pee? Yuk udah siap?" Sandy menyentuh tangan ku. Ku tatap wajah dan tangannya yang menggenggam tangan ku secara bergantian.
"Hei lo kenapa? Muka lo itu ga kontrol banget tau ga haha. Gue tau gue ganteng" ucapannya sangan percaya diri.
"Ih lo San apaan sih PD banget jadi orang. " jawab ku malu. Aduh ada apa dengan ku ini. Bisa-bisanya aku mengagumi sahabatku sendiri.

"yu berangkat. " aku hanya membalas nya dengan anggukan. "Om kita pergi dulu ya. Ga lama kok tenang haha."

"Iya. Jangan malam-malam pulangnya." ijin papah ku.
"siaap bos."

.
Di dalam mobil.
"Kita mau kemana San?" tanyaku berusaha mencairkan suasana.

"Rahasia dong, kepo aja lu. " jawabnya yang masih fokus dengan kemudi.

" Yaudah sih terserah ah."

"Gitu aja marah ah. Nanti kalo gue kasi tau ga asik Preeta." jawabnya menatap sekilas mataku. Aku hanya memandangi jalanan yang entah kemana tujuannya.

" Jangan bete gitu dong kita mau makan malam aja kok... Bentar lagi juga nyampe kok. "

"Gue tau. " jawabku kesal.

Tidak sampai 5 menit mobil sudah berhenti di sebuah restauran bergaya Itali.
"Yuk turun." Sandi membukakan pintu untuk ku.

"Sok so sweet lo. " cibir ku.

"Yeeh lo mah di sweet-in gak mau. Salah terus deh gue. " protesnya.

Kami berjalan beriringin ke sebuah meja yang berada di atap restoran yang langsung berada di luar dengan pemandangan malam kota yang indah dengan lampu-lampu jalan yang semakin mempercantik penglihatan ku.

Sebuah meja sudah siap beradadi tengah tengah. Dengan lilin yang menghiasi atas meja. Dan di sekeliling kami. Andaikan kami sepasang kekasih ini sudah mirip makan malam romantis kalao orang-orang bilang.

Tidak lama menunggu seorang pelayan yang datang langsung memberikan sajian pembuka. Mungkin Sandy sudah mengaturnya lebih dahulu.

"Selamat makan Pee." ucapnya dengan senyuman bahagianya.

"ya selamat makan San. " kami makan dalam diam hanya suara sendok dan garpu serta di iringi musik klasik dari piano yang di mainkan seorang pianis sampai makan malam kami selesai.

Sandy bangkit dari duduknya menuju pianis itu, berbicara pada orang itu tak tau apa yang mereka bicarakan dan Sandy sudah menggantikan pianis tersebut memainkan piano. Ku perhatikan sahabatku itu memainkan piano sangat menghayati. Lagu yang dia mainkan adalah sebuah lagu romantis milik Jon Mclaughlin- So Close.

Setelah menyelesaikan lagunya ia bangkit membawa sebuket bunga dari belakang piano. Yang entah dia dapat dari mana. Dia berjalan menghampiriku dan berhenti di depan meja dimana tadi kami makan malam.

"Preeta. " aku diam tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Preeta aku tau mungkin ini terlalu cepat, tapi ini keputusanku. Preeta temanku, sahabatku aku mau kamu selalu jadi sahabatku selamanya sahabat yang selalu ada untukku saat aku susah dan senang. Menjadi teman ku selamanya menemani ku sampai aku meenua dan mati termakan usia.?" aku hanya diam mencerna ucapan Sandy.

"Pee? "

"Ii... Iy.... Iya San? "

"Will you marry me Pee? " Sandy berlutut di depan ku dengan sebuket bunga di tangan kirinya dan sebuah kotak yang isinya cincin di sebelah kanan.

"San lo jangan becanda kaya gini deh. Ga lucu."

"Gue ga bercanda Pee gue sungguh-sungguh." Jawabnya dengan posisi yag masih sama.

"Jadi gimana Pee.? Gue pegel niih. Mau ga nikah sama guee Preeta Natakusumah.?" Sandi menatap mataku lekat.

Sebuah gerakan yang menjadi jawaban dariku mmembuat Sandy berdiri, bunga yang ada di genggamanya jatuh ke tanah, ia menundukan kepalanya. Apakah jawabanku adalah jawaban yang tidak di inginkan Sandy? Lalu aku harus bagaimana.? Aku hanya melakukan yang aku rasakan.

"Sa.... Saannn? " panggilku pelan.

VIRGIN (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang