bantu aku

3.1K 74 0
                                    

Sinar matahari masuk kedalam kamar menembus melewati celah-celah tirai yang menutup jendela membangunkan ku pagi hari ini. Aku membuka mataku perlahan mengumpulkan seluruh ingatan ku. 

" Morning  Princess." suara laki-laki mengagetkan ku. Ah aku lupa kalau aku sudah menjadi istri dari Sandy Harmawan sejak kemarin.

" Morning San. Ngagetin aja ." rutuk ku

"Maaf sayang. Cepat mandi semua sudah menunggu kita di bawah, jangan sampai kita terlambat kalu tidak ingin jadi bahan bully-an mereka." ucapnya lalu mengecup keningiku dan beranjak dari tempatnya. Sanddy sangat aneh pagi ini, uh aku gak suka itu. Aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.


Sekitar setengah  jam aku sudah siap dengan pakaianku. Aku langsung turun ke tempat dimana keluargaku berkumpul di sana sudah ada mamah papa ku dan juga Bundanya Sandi bersama papanya.

" pagi semua. " Sapaku

"Pagi sayang. Penganten baru kok suntuk banget mukanya. kamu apain San?" goda papanya Sandy

"Aku ga apa-apain pah dasar dianya aja itu mah." Lah ada apa dengan orang ini tadi saja dia memperlakukan ku manis sekarang malah ikut mengejekku. Aku menatap Sandy sambil mengerucutkan bibir ku.

" Ya pantas saja kamu tidak apa-apain San, ya dia bete mungkin." Timpal bunda

"Bundaaaa."Ucapku malu.

" Lihat bun menantumu mukanya merah, dia malu bundaa, jangan seperti itu nanti dia tambah jelek." jawab Sandy yang langsung mengundang tawa semua orang yang ada di meja inii. Huh aku kira dia sudah berubah ternyata dia tetap saja Sandy yang menyebalkan. 

"Sandy awas ya lo." jawabku

"Sudah- sudah kasian Preeta. Kamu ini San udah nikah masih aja ga berubah. Kita sarapan saja sekarang, sebentar lagi papa ada urusan di kantor yang harus papa bereskan." Akhirnya ada juga yang membelKU . terimakasih papa mertua. hihihi 

Kami makan dalam diam masinng- masing menikmati hidangan yang ada di atas piringnya.  selesai makan kami kembali ke kamar masing-masing bersiap-siap untuk keluar dari hotel ini. 



*****

Saat ini aku sedang membereskan beberapa baju yang sebenarnya tidak banyak. Aku ingin sekali bertanya pada Sandy kenapa tadi malam dia tidur di sofa tidak tidur denganku . Tapi nanti dia malah besar kepala menyangka kalu aku yang ingin tidur bersamanya.

" Kenapa Pee?  Mau ngomong apa?" tanya nya

"Nggak." Jawab ku singkat

"Aku tau kamu mau ngomong sesuatu." ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah yang tengah dia baca.

"Lo kok aneh sih San? Pake aku kamu segala biasanya aja lo gue, mana lo mendadak so baik sama  gue lagi." gerutuku sebenarnya bukan itu yang ingin keluar dari mulutku.

"KIta harus biasain manggil aku kamu dong Pee kitakan udah nikah udah beda sekarang sayang."

" Sok manus lo panggil-panggil sayang segala."

"Emang ga mau aku panggil sayang?" tanyaya sambil menatapku.

"Terserah ah. Aneh lo dasar."

"San?"

"Ya? Kenapa Pee?"

"Tadi malam lo tidur di sofa ya? Kenapa San?"

"Ga papa Pee, gue gau kalo lo nantinya malah risih tidur sama gue. Gue mau bikin lo nyaman dengan keberadaan gue Pee. Gue sabar ko buat nunggu lo bisa nerima gue." pernyataannya secara tidak langsung menusuk dadaku sanpai ke inti seakan menyadarkanku bahwa aku belum seutuhnya bisa membahagiakan sahabatku ini karna jujur perasaanku masih sama seperti kemarin.

"Maaf San." jawabku lesu.

"Ga papa sayang , aku ngerti kok.Jangan sedih kaya gitu ah."

" Lo bantu gue ya San biargue bisa jadi yang terbaik buat lo. biar gue bisa bahagiain lo."

"Pasti pee aku pasti bantu kamu. Tappi aku sudah cukup bahagia kok."

"makasih San."aku memeluk tubuhnya berusa membiasakan situasi seperti ini. 

Ya Tuuhan aku mohon luluhkanlah hati ini aku ingin membuat orang yang menyayangiku bahagia. Sandy membalas pelukanku mengelus  kepalaku. 


***

Sandy pov

Aku tahu orang yang sekarang dalam pelukanku ini tengaah beradu dengan hatinya sendiri, tengah berusaha untuk bisa menerimku. Aku tau kalau orang yang ada dalam pelukanku saat ini belum menyayangiku sebagai seorang suami mungkin berbekal rasa sayang pada sahabat yang membuatnya berani menerima lamaranku. Aku tau itu semua , itu bukan rahasia lagi bagi ku juga keluarga kami semuanya sudah mengetahui itu. Tapi aku tetap yakin kalau suatu saat nanti Preeta bisa membalas menyayangiku sebagai istri pada suaminya bahkan kelak dia akan mencintaiku. Aku yakin itu, walau entah kapan.

Aku mencintainya. AKu akan menunggunya walau harus sampai dia  atau aku yang akan terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Lebai memang tapi itu kenyataannya kalu aku memang benar-benar mencintainya. 





 hai readers maaf baru itu aja yang baru bisa aku up maaf banget yah jangan kecewa yah.:( makasih buat yang udah like sama komen karyaku yang yang ga jelas ini jangan bosan ya,  pay pay. 



VIRGIN (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang