Langsung aja yaa. Jangan lupa votement yaaaak. MakasiiihHari ini salah satu dari keluarga Sandy ada yang mengadakan acara kumpul keluarga sekaligus melangsungkan acara pertunangan anaknya. Sebenarnya aku malas untuk datang keacara ini tapi aku menghormati Sandy juga keluarganya jadi mau tidak mau aku harus datang.
"Sudah siap sayang?"
"Udah San. Yuk berangkat. " ajak ku.
"Kalo kamu ga mau ga papa Pee gausah datang. Kita di rumah saja. Bunda juga ga papa kok. Lagian ini cuma kerabat jauh. " Sandy sepertinya sudah bisa membaca raut muka ku.
"Ga papa San. Ayok nanti telat." aku berusaha meyakinkannya. Kami langsung pergi ke rumah tantenya Sandy. Bunda dan papa sudah ada di sana sejak tadi siang.
Sekitar tiga puluh menit kami sudah sampai di tempat acara. Acara pertunangannya sederhana seperti acara makan malam keluarga saja namun sedikit lebih formal.
"Pee!!! Sini sayang bunda di sini. " bunda melambaikan tangannya, aku dan Sandy langsung menuju bunda.
"Malam semua. ." sapa ku pada wanita-wanita yang sedang berkumpul dengan bunda. Semuanya memandangku dengan ramah tapi ada satu orang yang sepertinya aku belum pernah melihatnya.
"Jeng Dila kenalin ini menantuku. Cantikan dia baik lagi. " ucap bunda pada wanita yg dari tadi menatapku dengan tatapan yang berbeda dari yang lain.
"Sayang kenalin ini teman Bunda. "
"Preeta tante. " aku mengulurkan tangan ku dan tersenyum pada tanteu Dila.
"mmm yah. Saya Dila. " jawabnya dingin. Huh sudahlah Pee jangan di ladeni aku membatin sendiri
"Sudah berapa lama kalian menikah?"
"Sudah mau 8 bulan tante. " jawabku.
"Kok kaya belum ada tanda-tanda ngisi ya jeng? " tanyanya pada bunda, membuat tubuhku menegang. Kalau saja Sandy masih ada di sampingku tangannya pasti habis jadi remasanku melampiaskan kekesalan ini."Tidak apa-apa. Lagian mereka kan masih muda juga jadi tidak terlalu terburu-buru. " jawab bunda bijak sambil mengelus punggungku sedikit menenangkan ku mungkin bunda tau perasaan ku.
"Udah di periksa belum tuh jeng. Siapa tau dia mandul. " pernyataan itu benar-benar membuatku gerah ingin sekali rasanya mencakar muka orang di hadapanku ini kalau saja dia bukan orang tua dan temannya bunda. Sekuat tenanga aku mengatur emosiku.
"Tidak perlu jeng dia sehat ko. Tidak usah di check kalau sudah ada rezeky nanti juga pasti ngisi ya sayang. " bunda merangkul ku. Benar-benar mertuaku ini memang paling juara dia tidak terhasut dengan omongan recehan temannya tadi. Dia malah semakin menguatkan ku. Aku sangat berterimakasih karna telah diberi mertua yang baik seperti beliau.
Lagian mana mungkin aku mandul padahal sebelumnya aku pernah mengandung. Jadi sudah dapat di pastikan aku sehat-sehat saja. Lalu kenapa aku belum juga hamil?
Di situ masalahnya. Mana mungkin aku bisa hamil begitu saja tanpa melakukan hubungan suami istri dengan Sandy. Karna sampai saat ini Sandy belum berani menyentuhku sampai ke arah situ. Kami saat ini memang tidur satu kamar di atas kasur yang sama. Setiap pagi juga aku selalu bangun dalam pelukan hangatnya.
Bukan tanpa alasan Sandy tidak menyentuhku. Sandy mau semuanya mengalir saja tanpa harus membuatku merasa tidak nyaman. Aku sangat merasa tidak pantas di sebut seorang istri memang. Karna aku tidak bisa melakukan kewajibanku selayaknya seorang istri. Maaf kan aku San.
"hei ko ngelamun sih?" aku melirik orang yang merangkul pinggangku. Dengan mendengar suaranya saja aku sudah tau siapa dia.
"kenapa sayang? Mau pulang? " tanyanya.
"maafin aku San. Maafin aku. " aku langsung menghambur ke pelukannya menyembunyikan wajah ku dalam dada bidangnya .
"hei kenapa? Kita ke belakang yu? Atau mau pulang aja? " aku mengangguk menjawab pertanyaan dia.
"yaudah kita pulang yah. Nanti kamu cerita di sana. " aku mengangguk tapi masih dalam pelukannya.
Sekarang kami sudah berada di apartmen seperti tadi Sandy bilang. Dia tidak berkata apapun hanya memeluku dan mengelus rambutku sambil sesekali mengecup pucuk kepalaku. Sepanjang perjalanan aku hanya diam.
"What happend honey? "
"I'm sorry San. "
"kamu ga ada salah apa-apa sayang. Kenapa harus minta maaf? " aku semakin terisak dalam pelukan nya.
"aku blm jadi istri yang baik buat kamu. Aku ga baik buat kamu. Aku juga belum bisa memberi apa yang seharusnya jadi hak kamu. Aku ga bisa jadi istri yang seh,..." Sandy tiba-tiba mengecup bibirku membuatku diam membeku. Itu adalah caranya membuatku diam saat sedang mengocrh seperti tadi.
"udah yah. Jangan ngomong kemana aja. Toh aku pun yang menjadi suamimu tidak masalah, tidak pernah menuntut semua itu dari kamu jadi kamu ga usah dengerin mereka semua yah. Aku sayang sama kamu Pee. Jangan nangis gara-gara ini lagi. Okey? "
"Tapi San.."
"Udah aku ga mau denger apa-apa lagi. Sekarang tidur yah " Sandy mengecup keningku.
"Saaaan.? "
"Hmm apa Pee? " jawabnya. "San aku sayang sama kamu San. " aku menatap wajah tampannya.
"Aku lebih sayang sama kamu Pee. " jawabnya lalu menatapku. " Aku tau itu San. " aku terus menatapnya yang membuat dia malu sendiri. Hihi lucunya . Aku semakin mengeratkan pelukanku.
"Aku ingin punya anak San. Aku mau hamil San. " ucapku malu-malu.
"Iya nanti sayang yah kalo kamu udah siap yah. " dia mengecup kening ku.
"Sekarang aku udah siap San." aku menelusupkan wajahku ke lehernya karna malu.
"Benarkah? Sepertinya kamu hanya masih marah dengan orang tadi."
"Ngga San aku udah siap. Aku mau jadi istri yang sebenarnya buat kamu. Bantu aku San. " Sandy hanya menatapku tanpa mengucapkan apapun.
"Kamu ga mau punya anak dari aku San? " jawabku cemberut. Sandy lagi-lagi hanya mengecup kepalaku.
.
"Aku mau punya anak dari kamu Pee. Aku sayang kamu Preeta. " lagi-lagi dia mengecup keningku. Lalu beralih mengecup kedua mataku, beralih ke hidung dan pipi ku dan yg terakhir,,,,"bolehkah?" tanyanya. Aku hanya mengangguk meng-iyakan.
Dengan lembut Sandy mengecup bibirku melumatnya lembut tak ingin membuat Sandy kecewa aku membalas lumatannya. Sandy memperdalam ciuman kami semakin lama ciuman kami semakin panas dan menuntut.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRGIN (Tamat)
RandomKisah 3 orang sahabat yang pada akhirnya satu persatu kehilangan keperawanannya pada waktu yang bukan seharusnya oleh orang yang bukan seharusnya. Semuanya berawal dari sebuah kebodohan dan akibat broken home yang mereka alami. Preeta Chynta Anan...