Flashback
Silau matahari siang membuatku terbangun dari tidurku. Aku duduk bersandar dipunggung ranjang. Sudah pukul 13.00 WIB dan artinya aku tertidur selama 5 jam. Ya'ampun! Aku ini kenapa jadi pemalas sih? Apa karena aku kurang istirahat jadi badanku terasa lelah? Entahlah.
Bahkan aku lupa dengan janjiku untuk bertemu dengan Karen si dokter kandungan jiwa. Gawat!! Aku yakin pasti Karen bakal marahin aku habis-habisan. Aku langsung menyambar handphone yang berada di nakas. Aku mengecek dan ternyata benar, Karen menelpon dan mengirimiku pesan.
Dipesan itu Karen marah-marah. Kalau sudah kayak gini aku harus bersiap cepat-cepat, kalau dibiarin Karen bakal gantung aku di tiang listrik.
Well! Karen itu kejam dan nyeleneh. Dia paling benci dengan yang namanya pemborosan waktu. Katanya sih, waktu itu nyawa. Aneh emang si Karen ini.
Aku menyetop taksi yang kebetulan sudah dekat jaraknya. Lagi-lagi telpon Karen membuat jantungku semakin berdebar. Alamak! Tolong bantu hamba agar tidak digantung oleh si dokter. Aku mengangkat telponnya dengan bergetar.
"I-iya, Kar--" baru saja aku mau menjelaskan Karen langsung memotong pembicaraanku.
"Dimana, non? Gue udah nunggu dari satu jam yang lalu. Lo gak datang-datang, emangnya gak jadi ya?" Ucap Karen santai.
Aku jadi terenyuh dan juga aneh. Karen enggak marah-marah? Keajaiban banget. "Maaf, bu Dokter. Telat bangun, abisnya badan hayati lelah. Butuh istirahat gegara lembur,"
Aku terkekeh dan aku yakin disebrang sana Karen menggerutu. "Halah, lu lembur begituan bisa. Si Arza emang nafsuan ya? Sampai lu lelah begitu. Yaudah lu ke rumah sakit aja, gue lagi ada pasien tiba-tiba. Bye!!"
Aku melotot. Astajim! Si Karen emang bener-bener. Terus apa katanya? Mas Arza nafsuan? Idih, suami mesumnya kali yang nafsuan. Begituan dimana aja gak tau tempat. Dasar dua sejoli aneh.
Aku memandang Rumah Sakit dihadapanku. Entah kenapa jantungku berdegub tidak karuan seperti mau dioperasi hidup-hidup disini. Tanpa memperdulikan lagi, aku langsung menuju ke tempat dimana Karen praktek. Seorang suster yang baru keluar tersenyum dan mempersilahkan aku untuk menunggu sebentar.
"Silahkan masuk, dokter Karen sedang keluar sebentar." Ucap suster itu.
Aku mengangguk dan masuk keruangan itu. Saat pertama kali melihat monitor, aku jadi membayang suatu saat nanti. Aku dan mas Arza akan kesini, nanti saat aku akan periksa kandungan. Dimana bayi itu akan tumbuh untuk pertama kali didalam perutku. Lalu aku dan mas Arza akan melihat bagaimana perkembangan bayi kami lewat layar monitor itu. Betapa lucunya saat bayi itu bergerak dengan lembut didalam sana. Aku tersenyum bahagia bersama mas Arza.
"Lula.."
Aku terbayang dengan kebahagian kami saat itu, dan juga keluarga kami yang begitu mengelu-elukan kedatangan bayi itu. Mereka akan senang. Ya, tentu saja.
"Lula.."
Aku tersentak. Karen berada dibelakangku memandangku dengan curiga. Kulihat ditangan kanannya menjinjing sebuah makanan resto yang bau nya membuatku ingin muntah.
"Ueekk...Kar...itu..apa..uueekk!!"
Sebelum Karen menjawab aku keburu lari ke kamar mandi. Aku muntah tapi sama sekali tidak mengeluarkan apapun. Kepalaku sedikit pening akibat bau itu. Padahal tadi sebelum kesini badanku merasa segar.
Karen menghampiriku dengan panik. Aku tidak mempedulikannya. Aku terus muntah-muntah, lalu tak terasa Karen membantuku memijit tengkukku. Aku sedikit lega, bau itu akhirnya perlahan-lahan lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mommy
Romance(SELESAI) Note : DILARANG KERAS MENGCOPY/MENJIPLAK KARYA INI. KARENA APABILA MELANGGAR MAKA AKAN TERKENA SANKSI! Hidup sendirian di saat hamil muda memang begitu menyedihkan. Belum lagi saat melalui proses kebiasaan ibu hamil, seperti morning sickne...